Jakarta, 11 februari.....
Emil baru saja tiba dibandara Soekarno-Hatta. Tiga tahun sudah Emil meninggalkan kota kelahirannya, kota yang membesarkannya, kota yang menjadi saksi betapa berjuangnya Emil untuk mendapatkan hati seorang wanita yang sudah lama ia nantikan membalas cintanya. Dan kota yang menjadi saksi ucapan Bella untuk pertama kalinya mengatakan Cinta kepadanya.
Tapi saat ini, kota ini juga akan menjadi saksi pengucapan janji seseorang kepada pujaan hatinya–Bella. Seseorang yang akan memasangkan cincin kejari manis Bella. Hal yang sangat Emil nanti-nantikan. Dan itu akan terjadi hari ini. Dengan seseorang yang sama sekali belum Emil ketahui.
"Udah siap Mil?" tanya Alvin dengan wajah datar tapi nada bicaranya seperti meledek.
"Gue selalu siap, menghadapi apapun!" kata Emil seraya berjalan menggandeng Mamanya yang sedang digandeng juga oleh Ayahnya.
"Ishh... Kamu apa-apaan sih Mil!" omel Ayahnya begitu tahu anaknya juga menggandeng Mamanya.
"Yeuu... Emang gak boleh apa aku gandeng Mama, kan Mama aku" ucap Emil dengan manja sambil usel-usel diketiak Mamanya.
Selly hanya tertawa bahagia. Beruntungnya dia memiliki Suami dan Anak yang menyayanginya.
"Kamu tuh ganggu tauk! Ayah tuh mau nostalgia sama Mama" sahut Ayahnya dan Emil menegakkan tubuhnya menatap Ayahnya.
"Gayaan nih Ayah. Emang dulu pernah ajak Mama keluar negri. Palingan juga Ayah sering ajak Mama ke Pasar Malem kalo enggak nonton layar tancep ditempat hajatan hehe..."
"Kok kamu tau sih?" tanya Mamanya.
"Emang iya Ma?" Emil balik bertanya.
Mamanya memgangguk, "Papa kamu tuh gak pernah modal!" celetuk Mamanya dengan kikikan kecil.
"Ishh... Mama mah gitu. Sakit nih hati Papa"
Selly hanya cekikikan geli, melihat tingkah suaminya yang makin tua makin banyak tingkah.
✏✏✏
Sampailah Emil didepan pintu rumahnya. Tapi ada pemandangan yang berbeda. Ada sebuah tenda megah yang terpasang didepan rumahnya. Terpusat dirumah Bella.
Dan ada beberapa orang yang tengah sibuk menyusun tenda yang belum terpasang. Disana juga ada Ayah Bella yang langsung menyambut kedatangan Emil dan keluarga.
"Apa kabar Lik? Gimana liburannya??" tanya Ayah Bella kepada Papanya Emil.
Papa Emil terkekeh, "alhamdulillah baik Yo, luar biasa. Kamu tau? Emil menjadi lulusan terbaik tahun ini dikampusnya" ucap Malik antusias.
Rio tampak terkejut, "alhamdulillah. Gak nyangka ternyata kamu hebat juga ya Mil" kata Rio seraya menepuk pundak Emil dengan bangga.
"Yaudah Yo, saya tinggal dulu ya. Mau istirahat sebentar" ucap Malik mengakhiri bincang-bincangnya.
"Iya iya... Maaf ya saya tahan hehe..."
"Enggak papa kok"
Setelah itu Papa dan Mama Emil meninggalkan Rio, sementara Emil dan Alvin harus memindahkan koper dan peralatan lain dari mobil kerumah.
"Om?" tanya Emil kepada Rio yang akan kembali kedalam rumahnya.
Rio berbalik dan menegadahkan kepalanya, "ada apa Mil?"
"Emil boleh tanya gak?" kata Emil ragu-ragu.
Rio mengangguk, "silahkan" ucap Rio dengan senyuman.
"Apa bener Om, besok Bella akan menikah?" tanya Emil masih merasakan sesak didada.
Rio menepuk pundak Emil dan tersenyum kecut, "iya itu benar" berat rasanya Rio mengucapkan itu. Tapi ini memang saatnya Emil untuk mengetahui semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔My Stupid Bad Boy (END)
Teen Fiction(Sedang proses revisi) Benci adalah sebuah rasa cinta yang malu untuk diungkapkan. Bermula dari acara MOS ketika Bella Amalia Wikrama memergoki peserta MOS yang diajak nongkrong bareng dikantin oleh Emilliazyano Al Fariz pada saat jam Istirahat yang...