Betty menatap Aripin yang masih duduk di atas motor. Pria itu melepas heml-nya dan berjalan menemui Betty. Tanpa dia sadari Aripin menonjok wajah Usep. Dia sangat terkejut melihat itu, Bettu segera mengambil tindakan cepat untuk menghindari pertengkaran yang lebih besar.
"Kenapa kau menahanku?" tanya Aripin ketus karena belum puas melihat Usep babak belur.
"Jangan bertengkar di keramaian, itu memalukan!" ucap Betty kemudian menarik lengan Aripin menghampiri motornya yang terparkir di pinggir jalan. "Kau anak kecil, kau memalukan."
Aripin hanya tersenyum simpul. Dia memperhatikan Usep yang sangat tidak dia sukai. Aripin mengalihkan pandangannya pada Betty, sepertinya dia mulai empati.
"Ayok kita pergi!" ucap Betty tanpa memedulikan Usep.
Aripin hanya diam kemudian memakai helm-nya kembali dan naik ke atas motor. Betty menyempatkan untuk menatap Usep yang sedang memegangi hidungnya. Dia tidak peduli dengan pria yang telah menyakitinya. Betty segera naik ke atas motor dan mereka pergi meninggalkan lokasi kebakaran.
"Antarkan aku pulang," ucap Betty ketika motor yang ditumpanginya berjalan.
Aripin hanya diam tanpa membalas apa yang Betty ucapkan. Dia memperlambat kecepatan motor agar Betty merasa sedikit tenang. Dia tidak mengetahui apa hubungan Betty dengan pria itu. Tetapi yang pasti, dia tidak menyukai oranglain menyakiti Betty.
Motor itu berbelok dan berhenti di depan sebuah pohon besar. Aripin menuruni motornya dan membuka helm, menatap Betty yang sedang kebingungan.
"Kenapa kita berhenti disini?" tanya Betty kebingungan dengan keadaan disekitar yang hanyan dipenuhi semak dan pohon-pohon besar.
"Turun," titah Aripin sembari melepas kunci motornya. Betty pun melangkah turun sambil tetap menggunakan helm.
"Apa yang menarik disini?" ujar Betty pada Aripin yang sedang memarkirkan sepeda motor di samping pohon beringin.
"Ikuti aku."
Meskipun ragu, Betty melangkah mengikuti Aripin pergi. Mereka berjalan membelah semak belukar dan masuk ke dalam hutan. Terlihat seperti tempat yang indah tanpa kekurangan cahaya. Aripin tersenyum pada Betty.
Aripin menunjukan burung yang indah pada Betty. Wanita itu sepertinya tidak suka, karena burung yang Aripin tunjukan tidak pernah dia lihat sebelumnya.
"Itu burung merak. Indah bukan?" Aripin memegang tangan Betty untuk mendekati burung itu. "Jangan takut."
Burung merak itu merekahkan bulu-bulu yang indah. Betty sangat tertarik melihat keindahan itu, dia menyukai warna bulu merak.
"Aku boleh menyentuhnya?"
"Jangan! Dia tidak terbiasa dengan manusia."
Mereka berdua menyaksikan burung merak itu berjalan sambil mematuk-matuk rumput kering. Baru kali ini Aripin menunjukan tempat penenang baginya. Tidak ada oranglain yang mengetahui tempat itu selain Betty.
"Indah bukan?"
"Tentu saja."
Mereka berdua saling tatap, merasakan ada sesuatu yang menyengat pada hati mereka. Aripin membuang muka, dia tidak mungkin jatuh cinta. Serharusnya Betty yang menjadi korbannya, dia tidak akan menaruh perasaan pada korbannya.
"Ayok kita pulang." Aripin kembali menarik tangan Betty namun wanita itu menolak.
"Aku masih ingin melihatnya."
Aripin melepas tangannya yang menggenggam tangan Betty. Dia begitu bahagia melihat Betty menyukai apa yang dia tunjukan. Burung merak itu dapat membuat hati tenang, Aripin juga seperti itu.
"Kita pulang sekarang," imbuh Aripin sembari berjalan meninggalkan betty.
Aripin merasakan ada sekelumat rasa yang menyentuh hatinya. Tetapi tidak untuk sekarang. Karena Aripin hanya membutuhkan kesenjangan di antara kebosanannya.
Mereka berdua kembali naik ke atas motor. Aripin menarik pedal gas dan mengendarai motor di bawah kecepatan rata-rata. Pelukan hangat Betty membuat dia menjadi sangat terganggu. Berulang kali Aripin menarik pedal gas agar Betty melepas pelukannya. Tetapi berbeda dengan ekspektasi yang dibayangkan. Betty malah semakin erat memeluk tubuhnya.
"Berhenti!" Sontak Aripin menghentikan motornya dan dia menatap ke samping. Tempat dimana tragedi itu terjadi.
"Kenapa kita berhenti disini?" Aripin menekan Betty agar kembali melanjutkan perjalanannya.
Tanpa menjawab Aripin Betty lekas turun dari atas motor dan menghampiri keramaian. Betapa terkejutnya dia ketika melihat seorang nenek tua yang sudah tewas dengan luka di dadanya. Beberapa orang keluar dari dalam rumah dan membawa jasad seorang kakek yang diletakan di atas tandu besi.
Betty sangat tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Mayat lansia membuatnya menjadi tidak tega menyaksikan semua tragedi itu. Dia berlari menaiki motor Aripin dan mereka berdua kembali berjalan.
"Apa yang kau lihat?" Aripin menatap kaca spion dan memperhatikan wajah Betty yang sangat panik.
"Kakek dan nenek itu meninggal, mengenaskan sekali." Betty melepas pelukannya dan membenarkan helm yang tidak nyaman. "Menurutmu siapa yang melakukan semua itu?"
Aripin hanya terdiam mendengar apa yang Betty bicarakan. Wanita itu setidaknya sudah melihat korban-korban Aripin. Dia senang, karena sebentar lagi Betty akan mengenal siapa dia sebenarnya.
"Entahlah siapa yang tega melakukan itu, kasihan sekali mereka." Aripin tersenyum simpul dibalik helm yang menutup wajahnya.
Motor yang mereka berdua berhenti di dekat pelabuhan. Aripin menatap kembali spionnya dan melihat wajah Betty yang begitu cantik. Dia sudah tidak sabar, Aripin akan melakukan sesuatu yang gila di dalam kapal. Membuat Betty menyerah dengan apa yang akan dilakukannya.
"Simpan helm itu," ucap Aripin setelah keduanya turun dari atas motor.
Mereka berdua kemudian duduk di dermaga, menatap birunya air laut. Betty tersenyum pada Aripin. Dia merasa nyaman berada di dekat pria itu. Pria yang selalu menawarkan kebaikan dan membuat rasa sakit dikepalanya menghilang.
"Aku mau berenang, maukah kau berenang bersamaku?" ujar Aripin tetapi mendapat penolakan dari Betty.
Kau pasti tahu, macam-macam rencana Aripin untuk membuat korbannya cepat mati. Ya, dia akan menenggelamkan wanita itu dan membiarkannya mati disana. Tetapi karena Betty menolak, alhasil renacanya gagal. Padahal bisa saja Aripin mendorong Bettu untuk masuk ke dalam air. Tetapi tidak, dia tidak bisa melakukannya.
"Kau mau es-krim?" tanya Aripin kembali tetapi tetap mendapat penolakan.
Dia sangat bosan, beberapa tawaran yang ia berikan selalu ditolak Betty. Wanita itu terlalu kuat untuk dia hipnotis. Aripin menyukai itu, membuatnya menciptakan permainan baru yang lebih menakutkan.
"Ayok ikut denganku!" Aripin berdiri dan mengambil helm-nya kemudian naik ke atas motor disusul dengan Betty.
"Sebenarnya kau akan membawaku kemana?" tanya Betty ketika sepeda motor itu sudah berjalan.
Aripin kembali tersenyum dibalik helm yang dia gunakan. Kali ini pasti rencananya tidak akan gagal, Aripin akan membawa Betty masuk ke dalam dunianya. Dia sangat senang mempunyai teman seperti Betty. Wanita itu begitu asyik dan sangat sulit untuk dibujuk. Aripin menyukainya.
"Aku akan mengajak kau untuk gabung bersama kami, menikmati indahnya dunia hitam."
Betty memegangi helm yang tidak pas dengan ukuran kepalanya. Dia tidak mendengar apa yang Aripin bicarakan. Betty menyukai Aripin, pria itu loyal dan baik hati.
🕯️🕯️🕯️

KAMU SEDANG MEMBACA
THE PSYCHOPATH
Mystery / ThrillerKehausan dalam dirinya untuk membunuh semakin tidak normal ketika bertemu dengan pria dingin dan juga bengis. ---------------------=[PSYCHO]=--------------------- 🚫TIDAK DIPERUNTUKAN UNTUK MANUSIA PENGIDAP PHOBIA DARAH DLL. 🚫TIDAK DIPERBOLEHKAN U...