Udara dingin di pagi hari menyentuh kulitnya. Betty memasukan tangannya ke dalam jaket Aripin. Dia kedinginan karena tidak biasa keluar tanpa memakai sweeter-nya. Aripin meminggirkan motornya ke samping dan berhenti.
"Jauhkan tanganmu dari dalam bajuku!"
Betty menarik tangannya kembali dan memeluk tubuh sendiri merasa kedinginan. Aripin menetup matanya kemudian membuang nafas. Dia tersenyum simpul di balik helm dan membuka mata.
"Lakukan itu," ucapnya membuat Betty lekas memeluknya tetapi tidak seerat sebelumnya.
Aripin kembali menarik pedal gas dan melanjutkan perjalanannya kembali. Lampu mobil yang menyorot begitu tajam membuat Aripin berulang kali menyipitkan matanya. Dia membelokan setang motornya untuk mengambil jalan yang lebih sepi.
Aripin menurunkan kecepatan motornya. Dia merasakan tangan Betty bergetar. Aripin menggerakan tangan kirinya dan memegang tangan Betty. Dingin sekali, Betty membutuhkan kehangatan.
Aripin berbelok menuju apartemen Betty hingga akhirnya dia memberhentikan motornya dan penjaga lobi itu datang dengan beberapa pertanyaan.
"Tolong bawa dia ke kamarnya. Dia kedinginan," katanya sembari memberikan Betty pada penjaga lobi.
Penjaga lobi menggangguk mengiyakan. Dia kemudian berjalan menuntun Betty masuk ke dalam lift. Aripin secara refleks menggerakan tangan kirinya dan melambai pada Betty yang menghilang di balik pintu lift tertutup.
"Huh," desahanya sambil menurunkan tangan dan mengosok-gosokan telapak tangan agar merasa hangat.
Aripin menggantug helm yang di pakai Betty. Dia naik ke atas motornya dan pergi meninggalkan Betty bersama penjaga lobi. Wajahnya terlukis senyuman tanpa disengaja. Hatinya merasa sedikit tenang ketika melihat Betty sudah selesai menjalani operasinya.
Motornya dia parkir di depan tempat biasanya berkumpul. Aripin menaruh helm yang dipakainya di atas spion kemudian berjalan memasuki tempat itu. Kakinya berhenti melangkah untuk menatap tempat yang begitu sepi.
Aripin kembali melangkah dan memasuki tempat Asep biasa bertanding. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Gewend sedang dipegangi dua orang dan Asep menonjokinya.
"Hentikan!" Aripin berlari mendekat.
Dia melepaskan tangan kedua temannya yang memegangi Gewend. Tetapi mereka terlalu keras kepala dan Asep kembali maju untuk memukuli Gewend.
"Jangan pukul dia!"
Asep menatap Aripin dan menurunkan tinjunya. Dia menatap tajam wajah Aripin. Semua orang yang ada di sana hanya menonton. Sedangkan Gewend sudah benar-benar hampir mati.
"Kau mengaturku untuk ke tiga kalinya," Asep terkekeh kejam. "Kau juga tidak bisa menepati janjimu. Sekarang lawan aku!"
"Tidak, aku tidak mau melawan temanku sendiri."
Asep tersenyum menyeringgai. Dia berbalik dan mengangkat tangan untuk menunjukan pamornya.
"Lihatlah pria yang selama ini kalian percaya! Ternyata dia pengecut," ledek Asep membuat semua orang yang menonton menertawakan Aripin.
"Aku bukan pengecut. Aku tidak akan bertarung dengan temanku sendiri."
Asep kembali berbalik dan mendekat pada Aripin. "Jika kau tidak mau, maka aku yang akan memulainya!"
Asep melayangkan tonjokan mengenai dada Aripin. Aripin terjatuh dan menahan sakit di dadanya. Orang-orang yang berada di sana menjauh, meberikan Aripin ruang untuk bertarung.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PSYCHOPATH
Mistério / SuspenseKehausan dalam dirinya untuk membunuh semakin tidak normal ketika bertemu dengan pria dingin dan juga bengis. ---------------------=[PSYCHO]=--------------------- 🚫TIDAK DIPERUNTUKAN UNTUK MANUSIA PENGIDAP PHOBIA DARAH DLL. 🚫TIDAK DIPERBOLEHKAN U...