Jangan Meremehkan Mereka

942 48 2
                                    

     "Berhenti di sana!" Betty menunjuk gerbang sekolah yang sudah ditutup.

     Aripin segera menghentikan motornya tepat di depan gerbang. Seorang penjaga yang pernah dia lihat menemui mereka.

     "Cepat buka pintu ini pak!" pinta Betty dengan terburu-buru.

     "Kalau boleh saya tahu, ada urusan apa? Atau anda sudah memiliki janji?" Penjaga sekolah itu diam, menatap Betty yang sedang gelisah.

      "Ya! Em... Saya sudah memiliki janji dengan seseorang."

      Penjaga sekolah itu membuka gembok yang terkunci dan membiarkan Betty masuk. Aripin masih duduk di atas motornya. Mereka berdua saling tatap. Misterius dan membingungkan.

      "Kau tidak masuk?" Penjaga sekolah itu menunggu jawaban pasti. Tetapi Aripin tetap diam, entah apa yang dia inginkan.

       "Aku akan masuk, tetapi kau harus menjaga motorku."

      Aripin melepas helmnya dan berjalan mendekati penjaga sekolah. Dia memajukan kepalanya hingga dekat dengan telinga pria itu.

       "Jaga baik-baik motor itu, atau aku akan memakanmu," ucapnya membuat penjaga sekolah itu mengeluarkan keringat dingin.

      Wajar saja jika penjaga sekolah ketakutan akan ancaman itu. Berhubung di kota Welis banyak desas-desis tentang kematian yang misterius membuat semua orang ketakutan. Penjaga sekolah itu mengangguk. Aripin masuk ke dalam sekolah dan segera menyusul Betty.

      "Kau akan kemana?" tanya Aripin dengan senyuman yang tidak pernah terlupakan.

      "Aku sudah bilang." Betty terus berjalan tanpa melihat senyuman itu.

       "Oh, adikmu."

      Mereka berdua berhenti ketika berada di depan sebuah ruangan. Dinding yang sudah bolong dan jarang dipakai membuat ruangan itu terlihat janggal.

       "Tempat apa ini?" Betty membuka pintu ruangan dan melihat beberapa alat pemotong.

       "Itu gudang!" Mereka berdua berbalik menatap wanita yang datang dengan elegan. "Jadi, kenapa kalian bisa sampai di sini? Apa yang kalian cari?"

      Wanita itu membenarkan kacamatanya dan menatap Aripin dengan isyarat. Sepertinya wanita itu tidak menyukai Betty.

      "Aku mencari Netty, adikku." Betty mendekat padanya, tetapi wanita itu menjauh. Seakan tidak ingin Betty sentuh.

      "Sayang sekali... Adikmu sudah dikeluarkan dari sekolah." Kedua matanya menyipit menatap Betty. Dia sangat tidak menyukainya.

       "Tunggu, apa maksudmu?"

       "Adikmu!" Wanita itu mendekatkan wajahnya pada Betty. "Sudah dikeluarkan dari sekolah. Mari ikuti aku!"

      Betty sempat marah, namun Aripin menahannya dan mereka berdua mengikuti wanita itu. Mereka berdua dibawa ke dalam sebuah ruangan yang penuh dengan kertas berantakan. Wanita itu duduk di atas kursi kemudian bersikap seperti ratu.

       "Gadis bernama Netty itu sebenarnya masih sekolah di sini. Tetapi aku sangat tidak menyukai murid yang absen sebanyak 2 kali_"

       "Tunggu!" Betty mendekat pada wanita itu. "Jangan kau katakan, kau akan mengeluarkan adikku! Kau labil."

       "Memang benar ucapanmu. Sekarang juga..." Wanita itu mengambil cap dan menempelkannya pada berkas yang tertera domisili Netty. "Aku mengeluarkan adikmu."

      "Dasar iblis!" Betty menampar wanita itu dan membuatnya beranjak dari kursi.

      Betty begitu marah sekali melihat apa yang baru saja dilakukan wanita itu. Tanpa adanya konfirmasi atau kesempatan, dia mengeluarkan Netty hanya karena alasan tidak masuk sekolah 2 kali. Kepala sekolah yang sangat baik bukan?

THE PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang