Dendam Tersirat

623 45 6
                                    

     "Tidak, aku baik-baik saja," jawab Betty sembari beranjak dan mengikuti Chandra pergi.

     "Kau akan melakukan apa?" tanya Aripin dari belakangnya.

     "Aku ingin kita mengikutinya."

      Betty mengambil helm yang tergantung di spion motor dan mereka berdua mengikuti dua mobil yang menjaga mobil hitam yang dikemudikan oleh Chandra.

       "Sebenarnya apa yang akan terjadi?" Betty mengeraskan suaranya agar tidak hilang terbawa angin.

       Namun percuma. Saat sedang berkendara Aripin memang sangat sulit untuk diganggu. Berulang kali Betty mengucapkan hal yang sama tetapi Aripin tidak merespon. Sangat fokus sekali.

       "Kau mendengarku atau tidak?" Betty berteriak di samping telinga Aripin.

       "Tidak!"

      Betty menggeleng. Dia kemudian duduk sambil menatap dua mobil yang menghalangi pemandangan. Dia diam karena sudah tahu bahwa Aripin akan mengabaikannya. Betty tahu Aripin mendengar apa yang dia ucapkan. Tetapi pria itu, sepertinya sengaja membuat Betty kesal.

      Kedua mobil itu berhenti di depan sebuah rumah mewah. Aripin mengehentikan motornya jauh dari mereka. Chandra menuruni mobilnya dan pria bertubuh besar itu mengawalnya.

       "Kenapa tidak berhenti di sana?" tanya Betty sambil melepas helmnya.

       "Aku tidak akan mencari masalah dengan orang besar." Aripin turun dari atas motor kemudian disusul Betty.

        "Kita akan pergi kemana?"

        "Ikuti aku!" Aripin menyimpan helm yang dia pakai di spion dan pergi sambil sesekali bersembunyi dibalik mobil-mobil yang terparkir.

        "Apakah ada acara besar?" Betty bertanya lagi dengan tatapan serius.

       "Pernikahan." Aripin berpindah posisi diikuti Betty yang selalu bersamanya.

🕯️🕯️🕯️

     Fredys kembali memasuki ruangan itu. Hatinya sangat lega sekali ketika melihat Netty sudah terbangun. Dia mengulurkan tangannya untuk mengajak gadi itu pergi. Tetapi Netty menolak. Dia diam tanpa memegang tangan Fredys.

     "Aku tidak akan menikah dengan Chandra," keluh Netty membuat tangan yang ada di depannya jatuh ke tempat semula.

      "Jangan seperti itu, ini demi nama baik keluargaku. Kau harus bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah kau lakukan."

      Netty mengalihkan pandangannya menantap keluar lewat jendela yang terbuka. Kabur? Tentu saja akan sia-sia. Karena Ferdys Vanhoustoun bisa melakukan segalanya.

       "Baiklah." Netty menginjakan kedua kakinya ke atas lantai.

       Fredys tersenyum. Dia kemudian berjalab bersama Netty memasuki mobilnya yang sudah siap untuk berkendara. Fredys memang orang yang kuat dengan keputusannya sendiri. Vanhoustoun adalah salah satu nama besar di kota Welis setelah Ivanyagothana.

        Bisa dibilang Fredys memang cukup terpandang. Dia mampu membeli beberapa perusahaan dan barang-barang mahal. Jadi tidak aneh jika banyak yang berharap untuk menjadi pewaris tahta keluarga besar Vanhoustoun. Tetapi Netty malah berbanding terbalik. Dia tidak mencintai Chandra yang memiliki wajah lebih tampan dibandingkan dengan Gewend.

       "Masuklah!" Fredys membukakan pintu dan Netty masuk.

      Begitu Fredys sudah masuk ke dalam mobil, kendaraan beroda empat itu mulai berjalan meninggalkan rumah sakit. Fredys menatap Netty yang kebetulan saat itu sedang menatapnya. Dia tersenyum manis. Netty tidak tahu apa arti dari senyuman Fredys. Seperti manis tapi juga pahit, sama seperti Chandra.

THE PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang