Betty memutar tubuhnya dan mendapati seorang wanita tua sedang memperhatikan apa yang dia lakukan. Wanita itu mendekat dan memegang wajah Betty.
Bruk
Wanita tua itu tiba-tiba terjatuh karena seseorang mendorongnya. Betty menatap wajah yang muncul di tengah kegelapan. Aripin datang.
"Kau gila!" Betty melepaskan kayu yang dipegangnya dan membantu wanita tua itu untuk berdiri.
Tanpa dia sadari, korbannya yang belum mati terbangun dan mengambil kayu yang Betty lepaskan. Dia memukul kepala Betty hingga Betty jatuh pingsan di atas wanita tua.
Pria itu melempar kayu yang dipegangnya ke sembarang tempat kemudian berjalan sambil memegangi perutnya yang masih terasa sakit. Tetapi Aripin tidak tinggal diam. Dia mengambil kayu dan memukul kepala pria itu.
"Bedebah!" Pria itu terjatuh dan merangkak di atas tanah hendak meminta bantuan.
Aripin menarik baju pria itu dan menggusurnya ke dalam hutan. Hutan yang sangat gelap. Cahaya lilin pun hilang berganti dengan ranting yang saling meranggas.
"Kau bukanlah laki-laki. Ayok bangun, bertengkarlah denganku." Aripin menendang pria itu berulang-ulang, memburu nafas yang sudah berada di ujung tanduk.
"Ma-maaf," ucap pria itu sambil memegangi perutnya dan tetap konsisten dengan keadaan disekitar.
Aripin mendekat, kemudian menarik baju pria itu dan menonjok hidungnya hingga berdarah.
"Maafmu tidak cukup. Aku menginginkan yang lebih. Kau harus memberikanku hiburan!" Aripin menggerakan tangan kanannya masuk ke dalam perut pria itu, mengoyak-ngoyaknya hingga pria itu merasakan sakit yang luar biasa.
"Aaaa...."
Beberapa kali pria itu meringis kesakitan saat tangan Aripin berhasil memutuskan usus-usunya. Tangannya berulang kali mendorong Aripin agar menjauh, tetapi tenaganya sudah habis. Dia hanya bisa bertingkah seperti perempuan.
"Hentikan....!!"
"Tidak, ini menyenangkan. Hahahaha...;)"
Aripin benar-benar tidak memberikan pria itu kesempatan untuk bernafas. Dia terus mengacak-ngacak isi perut si korban hingga sesuatu yang keras menimpa pundaknya.
Pria itu merangkak, mengusur tubuhnya di atas tanah. Aripin melihat seorang wanita tua. Dia yang bersama Betty tadi. Wanita tua itu tidak menyenangkan, dia layak untuk merasakan sedikit jilatan daun talas.
"Nenek." Aripin bagun sambil tersenyum simpul. Tangannya meraih kayu yang tergeletak di samping kemudian berjalan menemui sang wanita tua. "Aku menyayangimu."
Aripin melempar kayu itu kepada wanita tua yang sedang berlari. Aripin membuka mulutnya lebar-lebar ketika kayu itu mengenai targetnya. Dia berlari, kemudian menarik kepala sang wanita tua.
"Rumah terakhirmu ada di sini," ucapnya sambil memasukan kepala wanita tua itu ke dalam tanah gembur dan menariknya, berulang-ulang hingga korbannya benar-benar mati.
Aripin berjalan mundur meninggalkan wanita tua yang kepalanya masuk ke dalam tanah. Dia melihat seorang pria yang sedang mengusur tubuhnya di atas tanah hendak menuju keramaian. Aripin berlari dan duduk di atas punggungnya.
"Kursi yang keras," gumamnya kemudian berdiri dan seperti biasa, memasukan tangan ke dalam perut pria itu dan mengoyak-ngoyaknya sambil tertawa.
Rasanya memang geli, itu sebabnya Aripin tertawa. Aripin menaikan tangannya. Dia menyentuh sesuatu yang berdenyut kemudian memencetnya hingga pria itu berulang kali seperti terkena asma.
"Kita bertemu di Neraka." Aripin menarik jantung pria itu dan seketika tidak ada pergerakan. Hanya tubuh yang lemas.
"Hebat! Pertunjukan yang sangat mengharukan. Aku akan merindukanmu sobat."
Aripin menggusur pria itu menemui nenek tua yang masih menenggelamkan kepalanya di dalam tanah. Aripin menarik kedua lengan korbannya untuk saling menyentuh. Ya, itu dia lakukan agar menghilangkan jejak. Menciptakan beberapa sidik jari seolah mereka saling membunuh.
Aripin mengelap darah di lengannya dengan baju kedua korbanya. Sebagai bukti, bahwa Aripin tidak pernah melakukan apapun. Dia beralih meninggalkan korbannya dan menemukan Betty sedang bersama Netty. Dia menghampirinya, menatap Netty yang memandangnya dengan tatapan yang tidak pernah dia sukai.
"Hallo Netty!" sapanya sembari tersenyum namun Netty hanya diam dan membantu kakaknya untuk bangun. "Biar aku saja."
Aripin membopong Betty keluar dari tempat diadakannya pesta Halloween itu. Dia memang tidak pernah ingkar dari tujuannya. Semenjak Betty pergi, Aripin selalu mengikuti wanita itu hanya untuk sekedar menjaganya. Aripin sangat tidak ingin melakukannya. Tetapi hatinya selalu memberi perintah untuk menjaga Betty. Apakah dia mencintainya?
"Kenapa kau membawa kakakku ke sini?" Netty menahan Aripin yang membawa kakaknya masuk ke dalam hutan, tidak melalui jalan raya atau keramaian.
"Ini jalan pintas," jawabnya sambil terus berlari hingga akhirnya menemukan sebuah jalanan yang dipenuhi cahaya penerangan.
Aripin berlari menuju apartemen Betty dan ketika sampai disana, penjaga lobi itu kembali menutup pintu dan bertanya ini itu. Begitupun ketika Aripin sengaja membawa Betty masuk ke dalam lift, orang-orang bertanya begitu antusias.
Setelah pintu lift terbuka Aripin lekas berlari menghampiri pintu kamar apartemen.
"Cepat buka pintunya!" Aripin menatap Netty yang membuat perempuan itu meraba-raba saku pakaian Betty.
Netty mengambil sesuatu kemudian ditempelkan pada sebuah sensor dan pintu pun terbuka. Aripin berlari dan menidurkan Betty di atas ranjang.
"Silahkan pergi," pinta Netty lembut.
Netty memang mencurigai Aripin dari sejak peretemuannya di sekolah. Dia tidak mempercayai Aripin. Ditambah dengan kemunculannya yang secara tiba-tiba membuat rasa curiga itu bertembah.
Aripin tersenyum dan pergi meninggalkan kamar itu. Dia melangkah dengan santainya menuruni satu-persatu anak tangga. Aripin akan menunjukan sikap baik pada Netty meskipun dia tidak menyukainya.
"Aripin!" Aripin menatap seorang pria yang memanggil namanya. Dia sepertinya pernah bertemu orang itu sebelumnya.
"Kenapa kau ada di sini?" Matanya menatap pria itu dengan seksama.
"Biasalah, bersenang-senang dengan teman-temanku. Bagaimana kau bisa ada di sini?"
Aripin menunduk untuk menghilangkan kecurigaan temannya, kemudian menengadah kembali. "Aku hanya berjalan-jalan."
Pria itu menatap Aripin bingung. Dia tersenyum dan menepuk pundak Aripin.
"Aku tahu, kau pasti mencariku," ucapnya sambil tersenyum manis. "Aku akan mentraktirmu minum."
Mereka berdua kemudian melewati lobi dan penjaga itu kembali menyapa. Aripin memposisikan diri agar nyaman berada di dekat temannya. Sebenarnya dia tidak suka dipaksa-paksa atau harus terlihat baik. Aripin tidak seperti itu men! Dia bukan boneka.
Mereka berbelok memasuki sebuah tempat yang cukup ramai. Aripin berhenti melangkah, dia tidak menyukai keramaian.
"Ada apa kawan?" Pria itu mendekat pada Aripin. Menciptakan udara panas yang memuakkan.
Aripin membuang nafasnya kemudiannya tersenyum. "Tidak ada apa-apa."
Mereka berdua kemudian masuk ke dalam tempat itu yang dikunjungi banyak orang. Aripin duduk di sebuah kursi sedangkan temannya berjalan ke depan, mengantri untuk memesan.
Matanya menyusuri setiap sudut ruangan dan menemukan pria kaya sedang menatapnya. Aripin tidak memedulikan itu dan tiba-tiba temannya datang dengan membawa dua buah gelas kecil.
🕯️🕯️🕯️
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PSYCHOPATH
Mistério / SuspenseKehausan dalam dirinya untuk membunuh semakin tidak normal ketika bertemu dengan pria dingin dan juga bengis. ---------------------=[PSYCHO]=--------------------- 🚫TIDAK DIPERUNTUKAN UNTUK MANUSIA PENGIDAP PHOBIA DARAH DLL. 🚫TIDAK DIPERBOLEHKAN U...