Apakah Ini Rasa Persahabatan?

187 18 1
                                    

Di bawah teriknya sinar matahari tidak sebanding dengan air mata yang terus mengalir. Tetesan darah pun mengiringi tagisan itu. Apa yang telah dilakukan Chandra memang sangat buruk.

"Kau bodoh! Kau bukan laki-laki. Kau iblis!" Netty berusaha untuk berdiri tetapi kakinya lemas. "Kau pengkhianat! Kau tega membunuh adikmu sendiri!"

"Diam!" bentak Chandra.

Chandra menatap Netty. Perlahan kakinya melangkah membawa tangan berototnya menyetuh dagu Netty.

"Berani sekali kau mengatakan aku seperti IBLIS!" Chandra menampar Netty yang sempat membuat gadis itu terjatuh ke hadapan Betty.

"Lepaskan aku!" Betty berontak dari polisi yang memeganginya. Dia berniat untuk menyentuh adiknya, tetapi mereka tidak memberi kesempatan sama sekali.

"Dengar! Sejak awal aku sudah curiga dengan kalian semua! Terlebih Aripin." Chandra memandang Aripin sinis. Dia kemudian berjalan mendekat kepada Betty dan membelai rambutnya. Dia memajukan wajahnya dan berbisik, "Aku ditugaskan ayah untuk membunuhmu."

Betty membelalak kaget. Dia berontak sambil terus meminta tolong untuk dilepaskan. Tetapi tetap, borgol itu malah menyakitinya.

Chandra berdiri dan tersenyum sinis. "Semua! Bawa pria itu pergi. Dan biarkan ketiga wanita ini bersamaku!"

"Jangan melawan! Ikut saja," ucap polisi yang menggiring Aripin masuk ke dalam mobil yang tertutup.

Aripin menatap wajah Betty yang sedang menangis. Dia tersenyum ketika melihat tangisan itu. Indah menurutnya. Bukan Aripin senang melihat Betty menangis. Tetapi, kejadian itu akan membuat Chandra terancam bahaya.

Beberapa polisi mulai meninggalkan Chandra dengan mobilnya. Kedai kopi itu memang sudah kosong dan tidak dibiarkan seorangpun masuk ke kedai itu. Chandra telah merencanakan semuanya. Dia menang.

"How, adik? Kakak dan mertua ya?" Chandra mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. "Aku punya kuncinya! Kalian boleh mengambilnya, tetapi semudah itu. Ada syarat-syarat yang harus dilakukan. Bagaimana? Kalian siap?" Chandra menatap ketiga orang wanita itu. Tidak ada jawaban yang dia dapatkan. "Hoo.... Baiklah, aku sudah memutuskannya. Aku akan melakukan apa yang telah Aripin lakukan_"

"Tidak!" sela Betty. Dia berusaha berdiri kemudian menghampiri Chandra. "Aku yang akan memenuhi syarat itu."

"Wow tidak mengejutkan. Bagaimana jika nenek tua itu?" Chandra menunjuk wanita tua itu dengan kunci borgol di tangannya.

"Dia tidak bisa berjalan."

"Hem, adikmu saja bagimana? Oh ya aku lupa. Tadi malam aku tidak sengaja membuat dia terluka."

"Brengsek!" Betty melayangkan pukulan dengan tangan yang diborgol namun Chandra dengan mudah menangis dan mendorongnya hingga Betty terjatuh di dekat Netty.

"Aku tidak hanya menyentuh. Aku juga melakukan hubungan intim denganya."

Mendengar itu, Betty merasa detak jantungnya berhenti sesaat. Dia menatap wajah Netty yang sedang bersembunyi di dalam tundukan. Air matanya mulai menetes membasahi pipi kemudian terjatuh ke atas aspal.

"Benarkah itu Netty? KAU MELAKUKANNYA?"

Netty mengangkat wajahnya yang habis dengan air mata. Dia menatap kedua bola mata Betty. Hatinya seperti hancur. Netty sebenarnya tidak ingin melakukan itu. Dia hanya diper-alat oleh Chandra.

"Ma-maaf," ucapnya terdengar rendah dengan isak tangis.

"Kau mengkhianatiku. Aku pikir kau pergi tidak untuk melakukan hal yang tidak berguna seperti itu. Aku kecewa denganmu, kau benar-benar pergi dari kehidupanku!" Betty menarik kakinya dan mulai terbangun.

"Jangan tinggalkan aku kak!" pinta Netty sembari menarik kaki kakanya.

"Sekarang biarkan aku yang pergi Netty. Kau sudah memiliki kehidupan yang baru." Betty menendang kaki adiknya dan berlari meninggalkan Netty.

Tangis itu menetes setiap 2 detik di atas aspal. Betty terus berlari sambil sesekali menyeka air mata dengan lengannya. Dia tidak menyangka ternyata adiknya telah menjadi orang asing. Netty melupakan dirinya. Pergi, dan 'tak kan kembali.

"Tolong kejar wanita itu, jangan biarkan dia lepas," ucap Chandra pada seseorang melalui sambungan telepon. Dia menutup sambungan teleponya dan menatap Netty dengan tertawa.

"Semua salahmu Chandra! Aku membencimu. Kau lebih dari iblis!"

Chandra berjongkok di depan Netty. Dia memberikan senyum yang begitu manis kemudian,

Plak!

Plak!

Chandra menampar Netty sebanyak dua kali. Dia kemudian berdiri dan menghampiri mobilnya yang terparkir di dekat pohon cemara. Kakinya melangkah dan dia duduk di balik kemudi. Jari tangannya menekan tombol down yang membuat kaca pintu mobil terbuka.

"Kunci untukmu nenek!" ucapnya kemudian melempar kunci itu ke tengah jalan.

Mobil hitam yang dikemudikan Chandra melintas dengan cepat meninggalkan kedua wanita itu. Dia akan segera pulang untuk kembali berbenah atas kehancuran yang telah dibuat Aripin.

Wanita tua itu merangkak ke tengah jalan untuk mengambil kunci. Jalanan yang sepi memperkuat tekadnya untuk mengambil kunci itu.

"Awas nenek!" teriak Chandra yang memundurkan mobilnya dengan cepat.

Mendengar itu Netty segera berdiri dan mendorong tubuh wanita tua itu agar tidak terlindas.

"Awass!!"

Brak!

Chandra segera turun dari dalam mobilnya. Senyum yang dia ukir perlahan menghilang dengan rasa panik yang menguasai jiwanya.

Tangannya mengulur ke depan dan sedikit bergetar. Kedua matanya menatap tubuh Netty yang terbaring di atas aspal. Dia begitu merasa sedih melihat Netty tidak lagi menangis.

"Ayo berdiri, kau tidak pintar dalam ber-akting. Ayo berdiri agar aku bisa melihat wajahmu yang penuh air mata itu," ucapnya sambil menekan-nekan pundak Netty namun gadis itu belum juga terbangun.

Chandra membalikan tubuh Netty dan terkejut ketika melihat hidung gadis itu berdarah. Dia panik dan kemudian menatap wanita tua yang sedang duduk memegangi kepalanya di samping jalan.

"Argh!" Chandra membopong tubuh Netty dan memasukannya ke dalam mobil.

Dia kemudian berjalan mengambil kunci yang masih berada di atas aspal dan memberikannya pada wanita tua itu.

"Ambilah ini nenek! Pulanglah sendiri atau kau bisa meminta bantuan oranglain."

Chandra kemudian masuk kembali ke dalam mobilnya dan segera tancap gas meninggalkan ibu Aripin yang masih duduk. Dia benar-benar merasa kehilangan jika melihat Netty dalam keadaan seperti itu. Karena hubungan persahabatan Chandra mungkin dapat merasakan apa yang Netty rasakan. Bukankah sahabat itu pecahan hati? Tetapi kenapa mereka selalu mengambil apa yang seharusnya milik kita?

"Ya ampun wanita ini.... Kenapa kau selalu membuatku khawatir?" cercanya sembari fokus mengendarai.

Sebuah rumah sakit yang memiliki banyak ruangan menjadi tempat pelariannya. Chandra segera memarkirkan mobilnya dan membopong Netty memasuki rumah sakit itu.

Beberapa mata tertuju padanya ketika dia sampai di depan pintu. Chandra menoleh kesana-kemari mencari Fredys. Tetapi pria itu belum juga menunjukan batang hidungnya.

"Argh!" gumamnya.

Chandra segera masuk ke dalam sebuah ruangan yang kebetulan ruangan itu sepi dan sudah dibersihkan. Dia menidurkan tubuh Netty di ranjang rumah sakit dan keluar dari tempat itu.

"Ayah!" teriaknya di tengah-tengah lorong tetapi tidak ada yang muncul.

Chandra memejamkan kedua matanya. Dia menyenderkan punggung pada dinding. Tanpa sadar air matanya menetes dan segera mungkin Chandra menyekanya.

🕯️🕯️🕯️

THE PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang