Hukuman Bagi Pengguna Dua Hati

559 33 0
                                    

       Motor itu berhenti di depan sebuah gedung yang sangat tinggi. Aripin memasuki area parkiran dan menyimpan motornya di sana. Mereka berdua berdua melepas helm dan berjalan memasuki gedung itu.

     "Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya seorang pria yang berdiri di depan pintu sambil memegangi tongkat plastik.

      "Aku ingin bertemu Chandra," padahal Betty asal padahal Chandra tidak ada.

      "Maksudnya Chandra menyuruh kami untuk mengambil beberapa berkas di dalam. Kami harus menyerahkannya pada Chandra malam ini." Ucapan Aripin itu membuatnya percaya. Pria itu membiarkan Betty dan Aripin masuk ke dalam.

     Beberapa pegawai masih berada di dalam kantor. Padahal jam kerja mereka seharusnya berakhir pada sore hari. Tetapi Vanhoustoun memang berbeda. Mereka dapat mengubah semua peraturan hanya dengan uang. Jelas, Vanhoustoun merupakan keluarga terpandang gengs! Tinggal sumpal uang jadi peraturan baru.

       "Kenapa kau mengalihkan pembicaraan?" tanya Betty saat keduanya berhenti berjalan dan diam di dekat vas bunga yang cukup besar.

      "Aku sudah mengatakannya padamu. Chandra tidak ada di kantornya malam ini."

      Mereka berdua berjalan sambil menengok kesana-kemari mencari sesuatu. Sampai pada akhirnya langkah kedua manusia itu berhenti ketika memasuki area dapur.

     Kedua matanya tertuju pada seorang wanita yang duduk di bawah wastafel. Aripin dan Betty saling bertukar pandang.

      "Dia kenapa?" tanya Betty yang hanya mendapatkan gelengan kepala sebagai jawaban yang Aripin berikan.

       Betty melangkah mendekat pada wanita itu. Dia menggerakan tangan untuk menyentuh tubuhnya namun Betty mendapat penolakan dari wanita itu.

       "Apa yang terjadi padamu?" Betty melembutkan suaranya agar tidak mencurigakan.

       "Kau tidak perlu tahu urusanku!" Wanita itu berdiri dan mengambil pisau kemudian mengarahkannya pada Betty. "Kau pasti salah satu dari mereka!"

       "Tenang, aku tidak bekerja di sini. Aku tidak mengerti apa yang kau katakan," ucap Betty tegang antara harus membunuh atau dibunuh.

       "Aku tidak percaya!"

       Dengan cepat Aripin mengambil pisau yang wanita itu todongkan dan mengunci lehernya. Wanita itu kini tidak dapat berontak karena pisau tajam sedang mengunci lehernya.

       "Tidak diperkenankan untuk membunuh, tetapi jika dibunuh itu boleh," bisik Aripin membuat wanita itu ingin segera pergi.

       "Lepaskan Aripin! Kita bisa menggunakannya sebagai umpan."

       Aripin melepas wanita itu dan mendorongnya menghadap Betty. Dia memegang erat pisau sebagai alat perlindungan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

       "Apa yang membuatmu menangis seperti ini?" Betty menghapus air mata di wajah wanita itu namun tidak jadi karena lawan bicaranya menjauh. "Tidak, jangan takut. Tenanglah."

         Betty mendekatinya dan menatap wajahnya yang seperti selalu penuh dengan masalah. Wanita itu masih tidak bisa menghentikan tangisnya hingga berulang kali suara senggukannya terdengar.

         "Aku benci Billneyer!" ucapnya sedikit berteriak. "Kenapa dia harus bersama wanita lain! Aku tidak setuju jika Billneyer menjadi milik orang lain. Aku tidak akan membiarkannya!"

        Betty tersenyum sinis. Dia bersyukur karena Billneyer membuat rencanaya semakin mudah. Jika tidak ada wanita itu, Betty pasti akan kesulitan dalam menjalankan rencanya.

THE PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang