Aripin segera menyusul Betty yang meninggalkannya. Padahal itu adalah acara pernikahan yang seru dan tidak boleh dilewatkan. Tetapi Betty terlanjur kecewa. Dia tidak menyangka ternyata pengantin wanita itu adalah adiknya sendiri.
"Kenapa kau meninggalkanku? Padahal itu adalah acara yang sangat sakral dan suci," celoteh Aripin ketika dia dan Betty berdiri di samping motornya.
Betty hanya diam sambil meraih helm yang diletakan di spion. Dia menatap Aripin ingin mengatakan yang sebenarnya. Tetapi Betty terlalu gugup dan pada akhirnya dia hanya menutup mulut.
"Antarkan aku pulang!" ucap Betty kesal sambil melihat rumah besar bak istana itu dengan nanar.
Aripin mengambil helm yang akan dipakainya dan naik ke atas motor disusul Betty. Mereka berdua meninggalkan acara pernikahan itu. Betty masih menatap rumah yang dijadikan tempat pernikahan hingga hilang di balik pohon. Betty merasa jantungnya yang berdetak dengan normal tiba-tiba saja tidak terkontrol. Melihat Netty yang sudah menikah, membuat hatinya benar sedih.
Aripin memarkirkan motornya di tempat biasa. Mereka berdua memasuki ruangan itu dan menemukan banyak orang sedang berlalu-lalang. Tempat itu sangat kecil tetapi hampir mirip dengan kantor, bisa juga disamakan dengan tempat gym. Mereka semua bekerja dan berlatih. Namun pekerjaan mereka tidak bisa dianggap enteng.
"Aku masih tidak mengerti kenapa kau ingin cepat-cepat pergi dari sana." Aripin memegang tangan Betty.
"Pengantin perempuan itu_" Betty melepaskan tangan Aripin yang memegangnya. "Dia adikku, Netty."
"Benarkah? Bagaimana kau bisa mbegetahuinya?" Aripin terkejut sambil berjalan membawa Betty memasuki tempat latihan Asep.
"Aku melihat wajahnya saat tidak sengaja terbuka." Betty membuang nafasnya kasar. " Aku tidak menyangka Netty akan menikah secepat itu."
Aripin tersenyum simpul. Setidaknya karena Netty sudah menikah tidak ada halangan baginya untuk bersama Betty. Yang harus dia lakukan sekarang adalah mendekati Betty, mencuri hatinya kemudian membunuhnya. Bukankah itu mengasyikkan?
Beberapa orang berdiri melihat Asep yang sedang bertarung di dalam ring. Teriakan tidak pernah berhenti untuk mengiringi satu tonjokan yang mengenai lawannya. Betty sangat bingung dengan tempat itu. Bau darah, kamar tidur, tempat penyekapan dan arena tinju semua ada di sana. Dia sangat bingung kenapa orang-orang diam di tempat seperti itu.
"Duduk di sini!" ucap Aripin menyuruh Betty duduk di sampingnya dan menonton Asep yang sedang bertanding. "Kau mau minum?"
"Jika ada air soda boleh," tutur Betty sambil menatap wajah Asep yang terkena pukulan beberapa kali.
"Di sini tidak menyediakan air soda."
Betty menatap Aripin dengan tajam. "Air apa saja yang tersedia di sini?"
"Air yang memabukkan ada, yang membuat hasratmu meningkat ada, dan ada tersedia juga air yang dapat membuatmu mual."
"Air apa yang terakhir?"
"Air yang membuatmu mual."
"Maksudmu pemicu kehamilan? Brengsek sekali!"
Betty berdiri dari kursi yang di dudukinya dan meninggalkan Asep yang sedang bertanding.
"Tunggu!" Aripin menarik lengan Betty dan memutar tubuh wanita itu agar bisa berhadapan dengannya. "Kau marah padaku?"
Betty tersenyum sinis. Dia melepaskan tangan Aripin yang memegangnya dengan kasar. "Aku tidak pernah berhubungan dengan pria manapun."
"Maksudmu apa?"
"Kau mencurigai aku hamil bukan?"
Aripin tertawa geli membuat Betty semakin kesal. Dia meraih tangan Betty namun wanita itu menepisnya. "Ikutlah denganku!"
Aripin berjalan memasuki sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat beberapa laki-laki yang sepertinya sedang kehilangan kesadaran.
"Lihat itu!" Aripin menunjuk 3 buah tabung besar yang berisi beberapa cairan menjijikan. "Yang kiri isinya minuman keras, yang tengah air putih dan sebelahnya darah hewan."
"Kenapa air putih diletakan di tengah?"
"Karena dia harus dijaga, sepertimu." Aripin tersenyum. "Semua air itu memiliki rasa yang berbeda. Kau boleh mencobanya jika mau."
"Aku tidak ingin mencobanya." Betty berjalan keluar dari dalam ruagan itu dan berhenti di luar. Kedua matanya mersa begitu segar sekali ketika udara kota Welis yang sejuk menguras kotornya udara di dalam paru-paru.
"Kenapa tidak mencobanya sedikit saja?" Aripin mendekati Betty kemudian memegang tangannya. Namun lagi-lagi Betty menepisnya.
"Aku mual melihat air itu." Betty menatap Aripin. Kedua matanya seperti mengatakan sesuatu yang sulit untuk diucapkan langsung. "A-aku sekarang tahu air yang dapat membuatku mual."
Aripin tersenyum. "Baguslah."
"Oh ya, yang aku masih penasaran dengan Chandra. Bisakah kau menceritakannya padaku?"
"Tidak bisa."
"Kenapa?"
"Kau harus melihatnya sendiri." Aripin berjalan menghampiri motornya dan mengulurkan helm pada Betty yang masih berdiri di sana. "Ayok kita pergi!"
Netty menghampiri Aripin dan menerima helm yang diberikan pria itu dengan baik. Mereka berdua naik ke atas motor dan pergi meninggalkan temoat itu. Tempat yang sederhana tetapi memiliki banyak makna.
Pohon yang seharusnya menjadi tombak dalam suatu wilayah harus berganti dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Hanya tersisa beberapa pohon yang kadang setelah tumbuh selama 4 tahun ditebang. Entah apa maksud pemerintah kota Welis melakukan itu. Dia hanya mengatakan agar kota tidak terlalu seperti hutan.
"Kenapa berhenti di sini? Kita kan harus ke acara pernikahan itu lagi," ketus Betty ketika Aripin menghentikan motornya di depan tempat Chandra bekerja.
"Chandra bekerja di sini. Mau masuk?"
"Tidak, aku hanya ingin bertemu dia. Aku ingin tahu apa motivasi dia menikahi adikku. Cepatlah Aripin! Jangan banyak tanya."
Aripin kembali melanjutkan perjalanannya dan meninggalkan gedung yang sepertinya tidak pernah sepi pegawai. Betty hanya ingin mengatahui apakah Netty benar-benar yang dia lihat saat itu atau bukan. Dia ingin mendapatkan informasi yang lebih jelas dari Chandra. Jika laki-laki itu merusak adiknya, Betty tidak akan segan-segan untuk melakukan hal yang sama padanya. Seperti apa yang dilakukannya pada Penta di acara Halloween itu.
"Cepat ikuti mobil itu!" teriak Betty ketika melihat sebuah mobil yang dihiasi bunga berada di depan mereka.
Aripin berusaha mempercepar kecepatan motornya. Dia harus mendapatkan perhatian dari Betty agar bisa membunuhnya. Tetapi hati dan pikirannya saling bertolak belakang. Aripin bingung ketika dalam keadaan seperti itu. Labil dan sangat membosankan.
Mobil itu berbelok dan berhenti di depan sebuah rumah berdesain minimalis. Betty menepuk-nepuk pundak Aripin menyuruh pria itu berhenti. Dia memperhatikan sepasang kekasih yang keluar dari dalam mobil dan berjalan berdampingan tanga lengan yang dikaitkan.
"Bukankah ini tempat pesta tempo lalu?" Betty melepas helmya dan hendak berlari menyusul namun Aripin menahannya.
"Jangan ke sana! Berbahaya." Aripin getir karena mengucapkan itu.
Bukan karena dia takut sesuatu akan terjadi pada Betty. Tetapi dia takut jika mayat pria yang ada di dalam gudang ditemukan Betty. Aripin tidak merelakan jika Betty akan terkurung di dalam jeruji besi hanya karena menemukan mayat pria yang telah dibunuhnya.
🕯️🕯️🕯️
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PSYCHOPATH
Mystery / ThrillerKehausan dalam dirinya untuk membunuh semakin tidak normal ketika bertemu dengan pria dingin dan juga bengis. ---------------------=[PSYCHO]=--------------------- 🚫TIDAK DIPERUNTUKAN UNTUK MANUSIA PENGIDAP PHOBIA DARAH DLL. 🚫TIDAK DIPERBOLEHKAN U...