Glorius

1.5K 103 5
                                    

     Betty merunduk merasakan sakit yang membuat dengung pada telinganya. Dia menatap pria yang sedang bersamanya tewas. Betty berdiri ketika rasa sakit itu menghilang dari dalam kepalanya. Dia melangkah menuju dapur dan duduk di kursi meja makan.

     Dia menatap pria itu yang masih tergeletak di atas lantai. Dia menganggkat tangannya dan mengusap darah yang menodai wajah.

     "Kau sangat hebat!" Aripin membukakan pintu balkon dan Betty beranjak dari duduknya kemudian tangannya meraih pisau yang berada di atas nampan.

     "Jangan mendekat!" Betty mengarahkan ujung pisau yang dipegangnnya menuju Aripin yang terus melangkah dan melewati Betty untuk membantu pria itu bangun.

     "Tenang, dia masih hidup." Aripin terseyum pada Betty. "Jangan takut, karena aku sama sepertimu."

     Betty menurunkan pisau yang dia pegang dan seger berjalan memasuki kamar mandi. Dia melepas semua pakaiannya dan membersihkan diri untuk membuat noda darah menghilang terbawa air.

     Aripin tersenyum melihat apa yang baru saja dia lakukan. Aripin memang sangat pintar, dia mengikuti Betty dan bersembunyi dibalik balkon. Dia menyaksikan semua pertunjukan itu, dia menyukai Betty.

      Aripin mengangkat pria itu dan berlari membawanya keluar kamar apartemen. Beberapa orang yang sedang berada di luar menatap Aripin dengan sinis. Mereka berfikiran negatif.

     Dia melangkah dengan begitu cepat hingga penjaga lobi menahannya.

     "Tunggu sir, apa yang baru saja terjadi?" tanya penjaga lobi itu membuat orang-orang berkerumun dan Aripin sangat tidak menyukainya.

     "Dia bunuh diri. Aku harus segera membawanya ke rumah sakit."

       Penjaga lobi itu membukakan pintu dan Aripin segera berlari kemudian menaiki sebuah taxi. Dia tersenyum simpul melihat wajah pria itu. Dia mengusap wajah pria itu dan membuat matanya tertutup. Betty hebat bukan?

     Betty yang sedang berada di dalam kamar mandi segera memakai handuk dan keluar. Matanya membelalak kaget karena Aripin dan korban itu sudah hilang. Betty benar-benar takut masuk penjara. Dia tidak ingin menghabiskan umurnya di dalam penjara. Tidak, Betty tidak mau jika harus tinggal di dalam jeruji besi.

     Betty berlari mengambil kain dan mengelap semua noda darah tanpa terkecuali. Dia juga mengambil pisau yang menempel di pintu dan menyimpannya kembali ke tempat asalnya.

     Dia berlari ke dalam kamar dan menganti handuk itu dengan pakaian. Setelah itu dia menangis menyesali apa yang telah dia lakukan. Kakinya melangkah keluar dan dia meraih pisau yang tergeletak di atas meja makan. Dia berjalan menuju balkon kemudian mengarahkan pisau itu ke urat nadi.

     "Kau sedang melakukan apa Nona!" Betty menengadah melihat seorang nenek memperhatikannya. Betty masuk dan menutup pintu balkon membuat nenek itu kebingungan.

     Betty sangat tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Jika dia bunuh diri, bagaimana dengan sekolah Netty. Tetapi jika dia diam saja, maka polisi akan memburunya.

     Teng

     Bel itu berbunyi. Betty menjadi tak karuan untuk membuka pintu. Dia melangkah menuju pintu dan mengintip melalui lubang pintu. Dia melihat seragam sekolah, itu Netty. Betty mengusap air matanya dan membuka pintu.

     "Kau menangis?" Netty memegang wajah Betty.

     "Masuklah, aku akan menutup pintunya."

     Netty melangkah mendahului kakaknya. Dia melihat pisau yang dipegang Betty. Netty segera melempar tasnya ke atas ranjang dan memperhatikan apa yang akan dilakukan Betty.

     "Jangan kak!" Netty berlari dan merebut pisau yang Betty pegang. Dia menatap wajah kakaknya yang kembali mengeluarkan air mata. Netty melempar pisau itu kebelakang dan memeluk kakaknya.

      "Jangan tinggalkan aku kak," ucapnya sambil menangis.

     Mereka berdua saling menangisi. Betty sangat menyesal telah membunuh teman kerjanya. Tetapi Netty, dia membuat Betty merasa tidak ingin pergi.

     Teng

     Bunyi bel membuat Betty beranjak dan membuka pintu. Aripin muncul dengan senyumannya yang khas. Tetapi Betty mendorong tubuhnya dan menutup pintu. Dia takut jika Aripin akan mengatakan apa yang telah terjadi pada Netty.

     Netty segera membawa kakaknya masuk ke dalam kamar. Dia tahu, kakaknya menangis karena Aripin. Netty mulai naik pitam dan berjalan menghampiri pintu kemudian membukanya.

     "Pria bodoh!" Netty mendorong Aripin, dan menamparnya. "Kau telah menyakiti hati kakakku!"

      Aripin tersenyum pada Netty. Seketika pasangannya berubah dan mendorong Netty dan menahannya di depan tembok.

     "Aku tidak menyakiti kakamu," ucapnya sambil tersenyum sinis.

     "Lepaskan!"

     Netty berlari menghampiri pintu yang terbuka namun Aripin menerobos masuk. Netty sangat tidak suka dengan pria yang tidak sopan.

     Aripin masuk ke dalam kamar dan memeluk Betty. Betty berontak tetapi Aripin tetap konsisten untuk menenangkannya.

     "Tenang, dia sudah mati. Semu orang percaya bahwa dia bunuh diri. Maaf aku telah berbohong padamu," bisiknya pada Betty.

     Netty masuk ke dalam kamar dan menemukan kakaknya sedang dipeluk pri menyebalkan. Dia mengambil tindakan cepat, Aripin dia tarik sehingga Betty dapat terbebas dari pelukannya. Netty menjambak rambut Aripin dan menggoyang-goyangkannya.

     Aripin hanya diam diperlakukan seperti itu. Ketika bersama Betty dia tidak bisa melakukan apa-apa selain diam.

     "Sudah, jangan seperti itu." Betty menarik adiknya dan membiarkan Aripin duduk bersamanya. "Pergi dari sini."

     Aripin berdiri dan berjalan keluar kamar. Dia menatap wajah Betty yang tenggelam dalam tangis. Dia merasa begitu sedih melihat Betty menangis terus-menerus. Tetapi tenaglah Betty, Aripin akan membawamu merasakan duni yang indah.

     Aripin mengarahkan kedua matanya ketika melihat pisau berada di atas meja. Aripin tersenyum kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar apartemen Betty.

      Kakinya melangkah dengan sangat santai. Hatinya senang melihat Betty seperti itu. Tetapi disisi lain Aripin juga ikut menyesal seperti apa yang Betty rasakan. Sial! Lagi-lagi perasaan itu membuat dia seperti orang tidak berguna.

     "Hei sir, bolehkah kita berbicara sebentar saja?" tahan penjaga lobi membawa Aripin untuk duduk dengannya. "Pria tadi temanmu?"

      "Ya, dia temanku saat di sekolah."

      "Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan teman yang kita banggakan. Tetapi sir, kenapa kau masih murung?"

     Aripin mendelik dan menatap penjaga lobi.

      "Dia marah padaku."

     "Maksudmu wanita?" Aripin hanya diam mendengar penjaga lobi itu terus bertanya. "Sir, jangan terlalu bersedih hanya karena seorang wanita. Sir, wanita itu hanya ingin kita berada diposisi mereka. Mereka tidak peduli dengan kita, mereka hanya mementingkan diri tanpa mengerti kita. Jika kau ingin membuat wanita itu tersenyum, maka bahagiakanlah dia dengan apa yang kau bisa."

     Penjaga lobi itu membuat Aripin menjadi mendapat sebuah ide. Dia tersenyum, kemudian berterimakasih pada penjaga lobi dan segera pergi keluar apartemen.

     Hatinya menjadi sangat tenang. Perasaan sedih Menghilang begitu saja karena penjaga lobi. Aripin tentu akan membuat Betty senang. Dia akan menghilangkan kesedihan itu. Betty tidak boleh menghambur-hamburkan air matanya.

                                   🕯️🕯️🕯️

THE PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang