Berkebalikan

381 28 0
                                    

      Asep berjalan mendekat pada 3 manusia yang sedang menunggunya. Pria itu masih sama. Tidak mengenakan baju saat bertemu oranglain. Asep lebih suka membiarkan tubuhnya bebas menonjok tanpa terhalang oleh kain.

       "Ada apa memanggilku?" tanyanya sambil melemparkan saru tangan tinju ke atas kursi.

        "Aku mempunyai seseorang yang bisa kita andalkan," sahut Aripin mendorong Gewend maju.

        "Aku sedikit meragukan dia. Kita mencobanya sekarang." Asep naik ke atas ring bersiap-siap untuk beradu tinju.

        "Temui dia di atas sana." Aripin mendorong Gewend agar naik ke atas ring.

        "Tunggu!" Gewend menahan posisi tubuhnya. "Aku harus bertarung dengannya?"

        "Ya. Kita kau menang kau boleh bergabung bersama kami. Tetapi jika tidak kau lebih baik mati."

        Gewend menatap Asep yang berprilaku seperti sang jagoan. Dia naik ke atas ring dan mulai siap bertarung. Aripin dan Betty duduk di atas kursi tempat Asep menyimpan sarung tinjunya. Mereka menonton dengan sangat serius.

       Asep mengulurkannya tanda pertandingan akan dimulai. Gewed menonjok pelan kepalan tangan Asep dan mereka mulai menjaga jarak.

       "Percepat sedikit! Kami bosan," ucap Aripin menyemangati mereka berdua.

       Gewend memasang kuda-kudanya dengan baik. Asep memukul dengan cepat namun tidak mengenai Gewend.

       "Lebih baik berhatan daripada melawan," sindir Gewend membuat Asep sedikit marah.

       Pria itu berjalan mendet pada Gewend. Dia mengepalkan tangannya dan memukul dengan tepat hindung Gewend.

        "Hebat! Terus pukul dia!"

         "Berisik Aripin!" Betty berdiri dan menghampiri ring. Dia berteriak dari bawah namun tidak ada yang mendengarnya.

         Asep kembali memukul rahang kanan Gewend tanpa mendapatkan perlawanan. Dia terus menonjoki Gewend hingga Gewend terjatuh dan disaat itu Betty berteriak histeris.

        "Berhenti!" Betty naik ke atas ring dan membangunkan Gewend. "Jangan pukul dia lagi!" ucapnya ketika Chandra mendekat.

       Luka lebam di wajahnya mengingatkan Betty pada tragedi yang merenggut nyawa kedua orang tuanya. Dia mengerjap ketika merasakan sakit yang memenuhi kepalanya. Betty pun akhirnya turun dengan membawa Gewend yang sudah sangat lemas.

       "Kau gila!" Betty mendorong Asep dengan kasar. "Dia lawan yang tidak seimbang denganmu!"

        Betty memegangi kepalanya yang benar-benar sakit. Dia tidak dapat melihat apa-apa selain gelap. Hanya suara-suara kecil yang dapat dia dengar hingga akhirnya Betty terjatuh dan membuat Aripin berbegas membawanya keluar.

        "Aku serahkan semua padamu, aku akan mengurus Betty!" Aripin membopong Betty dengan berlari.

        "Pakai kamarku saja!" teriak Asep ketika Aripin mulai hilang di balik pintu.

         Asep menatap Gewend yang sedang meringis kesakitan karena luka lebam di wajahnya. Asep berjongkok kemudian tersenyum pada Gewend. Laki-laki itu menarik perhatiannya.

        "Tenanglah, aku tidak akan membunuhmu. Aku hanya memerlukan alat yang dapat membuatku senang." Asep berdiri mengambil sarung tinju yang dia lemparkan dan memakainya. "Bangunlah! Aku tidak akan menggendongmu."

        Gewend bangun sambil sesekali meringis kesakitan. Asep mendorongnya hingga keluar dan membawa Gewend ke dalam sebuah ruangan yang sepertinya adalah ruangan pribadinya.

THE PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang