Buruk

924 63 0
                                    

     "Astaga!!"

     Suara di pagi hari itu membuat Gewend terbangun. Dia berlari dengan cepat menuju arah suara itu berasal. Seketika langkahnya terhenti ketika melihat ayahnya sedang berdiri di ambang pintu kamar Chandra. Dia mendekati pria itu dan menatap Chandra sedang tidur bersama Netty. Ya, Chandra memeluk tubuh Netty seperti guling.

     "Apa yang kalian lakukan?" Pria itu masuk ke dalam kamar Chandra dan menarik putranya yang sedang tertidur pulas.

      Netty membuka matanya ketika tidak kuasa mendengar suara bising. Pria itu membaringkan tubuh Chandra di atas lantai dan dia berhasil membuat putranya terbangun.

     "Apa yang kau lakukan pada gadis itu!" tunjuknya pada Netty yang sedang terduduk di atas ranjang kebingungan.

     Chandra memejamkan kedua matanya dan mengalihkan pandangan, menatap Netty yang sejak malam sudah tidur dengannya. Sial! Chandra pasti sangat menyukainya.

     "Kau? Kenapa tidur denganku!" ketus Chandra membuat ayahnya berulang kali menggeleng melihat tingkah putranya yang sudah mencoreng nama baik keluarga.

      Gewend hanya diam menyesali apa yang telah dia lakukan. Padahal renacanya hanya membuat Chandra dapat mengenal Netty. Tetapi ayahnya memang selalu datang dengan tidak tepat waktu. Seperti penjaga lobi di dalam apartemen Betty.

      "Kau sudah merusak nama keluarga ini! Sekarang, dengan terpaksa aku akan menikahkan kalian berdua." Pria itu menatap Netty yang sepertinya tidak terima dengan keputusan itu.

     "Tidak tuan, kau salah paham." Netty turun dari atas ranjang kemudian menghadap pria itu. "Aku hanya menginap di sini, aku yang salah. Aku masuk ke dalam kamar ini tanpa melihat ada putramu. Maafkan aku tuan."

     Pria itu tersenyum senang. "Sekarang kau pergi dari sini!"

     Netty memutar tubuhnya dan mengambil tas yang diletakan di atas lantai. Namun saat ia akan pergi, Gewend menarik lengannya dan membuat perjalanan Netty sedikit terhambat.

     "Aku tidak akan membiarkanmu pergi," ucap Gewend sambil menatap ayahnya. "Aku salah telah memerintahkan dia untuk tidur bersama Chandra. Maafkan aku ayah."

     Pria itu berdiri dan melepaskan tangan tangan Gewend yang memegang erat Netty. Dia mendorong Netty untuk segera pergi, namun Gewend kembali menahannya.

      "Jika itu keinginan ayah, aku akan menikahi Netty," ucapnya membuat Chandra dan ayahnya terkejut.

      "Tidak bisa, kau tidak boleh melewati kakakmu." Chandra berdiri kemudian menarik Netty dan mendekapnya. "Aku akan menikahinya."

     Netty melepas tangan Chandra yang melingkar di pundaknya. Pria itu terlalu sexsi untuk Netty. Dia tidur tanpa mengenakan baju. Jadi, pantas saja ayahnya curiga.

      "Apa maksud kalian." Pria itu menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghampiri pintu. "Aku akan menikahkan kalian secepatnya, apapun caranya." Pria itu pergi.

       "Ini semua salahmu!" Chandra mendorong Netty hingga menyentuh Gewend.

      Chandra beringsut dari dalam kamarnya memasuki kamar mandi. Dia sangat kecewa atas apa yang telah terjadi. Netty bukanlah wanita yang dia sukai. Tetapi karena dia tidak ingin menyakiti ayahnya dan juga Gewend, maka terpaksa dia melakukan semua itu. Menikah dengan Netty tanpa memiliki perasaan yang cukup mendukung teorinya.

  Gewend menatap Netty kemudian mereka lepas. Terlihat wajah Netty yang begitu marah. Dia sama sekali tidak menatap Gewend. Baginya, pagi buruk itu begitu menyiksa. Dia harus menikah muda dengan seorang pria yang lebih tua. Netty tidak menyukai itu. Karena yang dia inginkan hanyalah Gewend, bukan Chandra.

      "Maafkan aku," ucap Gewend tetapi tidak mendapatkan jawaban dari Netty.

      Gadis itu melepas tasnya dan berjalan keluar kamar meninggalkan Gewend. Kakinya melangkah menuju kamar mandi, kemudian tangannya membuka perlahan pintu itu.

       "Aaaaa.... Kau mengintipku!" Chandra segera menutup pintu dan membuat Netty terkejut.

      Bagaimana Netty membuat pria itu agar merubah sikapnya. Netty menepuk jidat karena bingung dengan apa yang harus dilakukannya.

       "Masuklah!" Chandra keluar dengan handuk yang menutupi bagian pusar hingga lutut.

      Netty melangkah masuk ke dalam. Sebuah handuk biru itu membuat dia teringat Chandra. Pria itu masih bertingkah seperti anak kecil, dan begitu enaknya semalam Chandra memeluk tubuhnya. Apa yang mungkin pria itu lakukan pada Netty?

       "Keluar dari dalam kamarku," imbuh Chandra sembari mengambil beberapa pakaian dari dalam lemari.

       "Kau yakin dengan keputusanmu?"

        "Tentu saja tidak."

        "Lantas mengapa kau mengatakan itu di depan ayah? Jika kau tidak berniat untuk membuat Netty senang, biarkan aku saja yang menikahinya."

      Chandra melangkahkan kakinya menghampiri Gewend. Dia menatap wajah adiknya yang lugu, "Aku lebih tua darimu. Aku yang seharusnya lebih dulu menikah. Kau masih muda."

      Chandra berjalan ke sisi lain meninggalkan Gewend. Dia mulai mengganti pakaiannya sangat rapi dengan dasi kupu-kupu yang mengikat kerah. Gewend masih menatap lurus ke depan. Dia tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi pada Netty.

      "Kau tidak pergi, aku akan memukulmu." Chandra mengambil sebuah tas yang terletak di atas ranjang kemudian memberikannya pada Gewend. "Bawa ini. Ayok pergi sana!"

     Pintu kamar itu tertutup dan Gewend hanya diam tanpa suara. Dia sangat menyesali perbuatannya. Tidak seharunya dia menyuruh Nettu untuk tidur bersama Chandra. Seharusnya dia menyuruh Netty tidur di sofa atau kamarnya. Itu lebih baik bukan?"

       "Kembalikan tasku," pinta Nettt yang tiba-tiba datang dengan dibungkus handuk.

      Gewend memberikannya tanpa satupun suara. Netty mengambilnya tanpa menyapa atau berbasa-basi. Gewend pun mengerti. Dia segera menuju kamar tidur dan mengambil handuk dari sana, kemudian segera membersihkan diri.

      Chandra keluar dari dalam kamar dan melihat Netty sedang duduk di sofa. Dia tidak melihatnya sama sekali. Chandra berjalan menuju pintu lalu mengambil sepatu untuk segera pergi.

      Mobil merah itu mundur kemudian pergi meninggalkan rumah yang memiliki desain sangat minimalis. Gewend memang sering memanggil kakanya dengan nama. Tidak seperti Betty dan Netty. Memang, kebanyakan pria di kota Welis sering memanggil kakaknya dengan nama.

      Chandra dan Gewend hidup di bawah naungan nama besar keluarganya, yaitu Vanhoustoun. Ya, seperti kebanyakan orang lainnya, gelar Vanhoustoun itu sering dijadikan pelengkap nama. Jarang sekali mereka mengungkit kenapa mereka diberikan gelar aneh seperti itu. Tetapi Chandra memang berbeda. Dia lebih menyukai kebebasan, tidak seperti Gewend yang loyal dengan apapun.

      Fredys Vanhoustoun, itu mungkin sebuah nama yang mengambarkan karakter baik seseorang. Tetapi tidak dengan ayah Chandra dan Gewend. Dia lebih mengutamaman Vanhoustoun dari pada keluarganya. Apalagi ditambah dengan profesinya sebagai seorang dokter yang memiliki dua industri besar. Terkadang Fredys Vanhoustoun lupa dengan keluarganya dan sibuk mengurusi pekejaannya. Itu memuakkan bukan?

      "Ayok kita pergi!" ajak Gewend yang datang menemui Netty dengan seragam sekolah.

     Netty mengesampingkan tasnya dan merapihkan rambut. Dia tidak menatap Gewend. Baginya pagi ini seperti mimpi buruk. Chandra mendapatkan keuntungan besar sedangkan dia hanya mendapatkan rugi.

🕯️🕯️🕯️

THE PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang