Motor itu melintas di jalanan yang cukup ramai kemudian berbelok ke kiri untuk berhenti di sebuah tempat yang sangat sepi. Aripin memarkirkan motornya dan mereka berdua turun, sambil melepas helm lalu digantungkan pada spion.
"Apa maksudmu membawaku ke tempat seperti ini?" Betty melangkah mengikuti Aripin. Wanita itu merasa tidak nyaman berada disana, tempat itu menyeramkan.
"Aku akan menunjukan sesuatu padamu," jawab Aripin sambil terus berjalan membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan yang sangat bersih.
"Aku akan pulang, aku tidak nyaman berada disini." Betty membalikan tubuhnya namun Aripin dengan sigap menahan Betty. Dia memegang tangan Betty hingga Betty tidak dapat melarikan diri.
"Ikuti saja," ucapnya sembari melepas pegangan dan mereka kembali berjalan, membuka pintu yang lainnya.
Betty sudah masuk ke dalam perangkap. Dia berada di pintu pertama menuju dunia hitam. Betty tidak menyadarinya. Mungkinkah kalian mengetahui apa yang akan terjadi?
Para pembunuh atau sering disebut Psychopath, mereka tidak hanya berada dalam posisi negatif. Sebagian dari mereka ada yang menyukai kebersihan sehingga membuat tempat itu bersih. Psychopath bukanlah orang terkutuk atau orang gila. Dia masih sadar, tetapi dalam mengontrol emosinya sering tidak bisa mereka lakukan. Itulah yang mungkin akan terjadi pada Aripin, mengkhianati Betty.
"Lihat itu!" Aripin menunjuk seorang pria yang sedang menonjok samsak. "Asep!" Dia berteriak membuat pria itu turun dari atas ring dan menghampiri orang yang memanggilnya.
"Bagaimana kabarmu sobat?" Pria bernama Asep itu tersenyum dan memeluk Aripin. Mereka seperti seorang sahabat, dan Aripin tidak menyukai persahabatan yang berujung permusuhan.
"Baik." Aripin melepas pelukannya dan menatap Betty. "Kau tidak akan memeluknya?" tanya membuat Betty risih karena tidak mungkin dia memeluk pria yang tidak dikenalnya.
Betty menggeleng dan menarik jaket Aripin. Dia bersembunyi dari tatapan Asep yang mengintrogasi.
"Asep." Pria itu mengulurkan tangan kanannya pada Betty.
Aripin menatap Betty dan memberi isyarat dengan mulutnya agar menyalami tangan Asep.
"Betty," ucapnya sambil merasakan telapak tangan Asep yang sangat lembut. Biasanya petinju memiliki permukaan tangan yang kasar, tetapi Asep berbeda. Dia sangat spesial.
Mereka berdua melepas tangannya yang saling terikat. Asep masih menatap Betty, membuat wanita itu merasa tidak nyaman. Berulang kali Betty menarik kain jaket Aripin, namun Aripin sama sekali tidak merespon.
"Jadi, kau kesini untuk apa?" Asep memalingkan wajahnya untuk menatap Aripin.
"Aku membawa anggota baru." Aripin menatap Betty. "Dialah anggota baru kita."
Betty melepas tangannya yang memegang kain jaket Aripin. Dia marah, tidak terima dengan apa yang Aripin katakan. Karena sebelumnya Aripin tidak pernah membicarakan itu.
"Apa? Tidak. Aku bukan anggota atau siapa-siapa." Betty menghentakkan kakinya dan berlari keluar dari dalam tempat itu.
"Tunggu." Aripin menarik lengan Betty namun wanita itu melepaskan pegangannya dan pergi begitu saja.
"Sudahlah." Asep datang dan menepuk pundak Aripin. "Aku tahu, dia sekarang tidak dapat berfikir karena baru mengetahuinya. Tenanglah sobat, dia pasti akan kembali kesini. Menjadi anggota baru kita."
Aripin menatap Betty yang hilang dibalik perempatan. Dia merasa bersalah karena telag melakukan hal bodoh yang tidak pernah dia bicarakan sebelumnya. Sial! Betty pasti tidak akan mengenalnya lagi.
Betty benar-benar merasa kecewa dengan Aripin. Dia tidak menyangka pria itu akan tega menjadikan Betty sebagai anggota baru. Dia tidak mau jika bekerja di tempat latihan tinju atau berprofesi sebagai wanita penghibur. Betty tidak mengerti jalan pikir pria itu, ternyata dia hanya menginginkan balasan atas semua yang telah diberikan dengan menjadikan Betty wanita tidak berguna.
Kedua kakinya terus melangkah dengan cepat menuju apartemennya. Betty sering berjalan kaki dikota ini, dia mempercepat langkahnya takut Aripin akan menyusul.
Dia berbelok memasuki apartemen. Penjaga lobi itu menyapa, tetapi Betty hanya berlalu kemudian naik ke lantai atas menunggunakan tangga. Padahal disana disediakan lift tetapi Betty menyukai jalan yang lebih rumit.
Betty membuka pintu dan menyimpan sepatu yang dipakainya ke dalam rak sepatu dan segera berlari ke dalam kamar. Dia mengambil pakaiannya untuk pindah ke apartemen lain. Dia tidak mau bertemu Aripin lagi. Pria itu sudah menjadi pengkhianat.
Teng
Betty mendengar bel berbunyi. Dia tahu, itu pasti Aripin, dia tidak peduli dan melanjutkan pekerjaannya. Namun bel itu membuat dia begitu kesal, akhirnya Betty berjalan membuka pintu dan memunculkan seorang pria yang tersenyum.
"Selamat siang!" sapa pria itu sambil mengulurkan lengannya.
"Ada apa anda menemui saya? Silahkan masuk ke dalam," tawar Betty pada pria itu. Pria yang bekerja sebagai pengurus keuangan di GMT.
"Silahkan duduk," ucapnya pada pria itu itu yang duduk kursi meja makan. "Jadi, kenapa anda menemui saya?"
"Ini, saya ditugaskan untuk memberikan uang dari perusahaan." Pria itu menyodorkan sebuah amplop tebal dan Betty menerimanya.
Baru saja Betty akan membuka amplop itu, dia merasa kepalanya begitu pusing. Betty berlari menuju kamarnya dan meminum obat. Namun apa yang terjadi sangat tidak diharapkan. Rasa sakit itu bertambah dua kali lipat akibat obat itu. Betty berteriak sambil menjambak rambutnya.
"Nona! Apakah kau baik-baik saja?" Pria itu beranjak dan menghampiri Betty yang merangkak menahan sakit. Dia mendekati Betty dan berusaha menenangkannya.
Arghhh!!!!
Pria itu segera menjauh dari Betty dan mulai panik. Dia berlari menuju pintu, namun sebuah pisau melayang dan pria itu berhasil menghidar, membuat pisau itu tertancap pada pintu.
Betty berjalan mendekati pria itu. Dia menunjukkan wajahnya yang berlinang air mata. Matanya memerah dan rambutnya kusut. Pria itu menjadi ketakutan.
"Aaaa...."
Betty menggigit leher pria itu sampai mengeluarkan darah. Pria itu mendorong tubuh Betty dan berlari menuju balkon. Dia terdesak. Dia tidak mungkin melompat dari balkon, sedangkan Betty sedang berjalan ke arahnya.
Betty berlari untuk mendorong pria itu, namun pria itu berhasil menghindar dan kembali masuk ke dalam kamar apartemen Betty.
Bruk
Betty terjatuh. Pria itu berbalik dan hatinya sedikit tenang. Dia berfikir hantu yang masuk ke dalam tubuh Betty telah pergi. Dia menghampiri Betty dan membantunya untuk bangun.
"Aaaaa....."
Gigitan kedua di dapat pria itu. Dia berjalan mundur menjauhi Betty. Lehernya sudah tidak dapat digerakan. Sepertinya akan putus.
Betty berlari memegang lengan pria itu. Dia menggigit telinga pria itu berulang-ulang hingga putus. Pria itu berteriak namun tidak ada seorangpun yang mau menolong. Bahkan untuk berontak saja tidak bisa. Tubuh Betty terlalu berat.
"Aaaa....."
Betty membuka mulut pria itu dan memaksanya untuk membuka semakin lebar melebihi batas. Rahang pria itu mulai terasa sakit, perih. Kuli pipinya robek dan mulutnya terbuka. Dia meregang nyawa, matanya masih terbuka.
Tidak sampai disitu, Betty berdiri diatas perut pria itu dan melompat-lompat kegirangan tanpa memedulikan darah yang keluar dari dalam mulut korbanya. Dia tertawa sambil terus melompat-lompat hingga rasa sakit itu datang dan membuat kepalanya sangat berat.
🕯️🕯️🕯️
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PSYCHOPATH
Mistério / SuspenseKehausan dalam dirinya untuk membunuh semakin tidak normal ketika bertemu dengan pria dingin dan juga bengis. ---------------------=[PSYCHO]=--------------------- 🚫TIDAK DIPERUNTUKAN UNTUK MANUSIA PENGIDAP PHOBIA DARAH DLL. 🚫TIDAK DIPERBOLEHKAN U...