Sakit

208 16 0
                                    

     Chandra mulai memutar kunci dan menyalakan mesin mobil. Lampunya menyorot wajah Zedit yang sedang membuka gerbang.

      Ditt......!

      Chandra berulang kali menekan klakson mobilnya ketika merasa kesal karena Zedit tidak kunjung berhasil menggeser pagar itu. Dia kembali menekan klakson dan membuat beberapa orang pria datang membantu Zedit.

       Akhirnya pagar itu bergeser dan mempersilahkan Chandra untuk membawa mobilnya pergi. Zedit memang sudah tua. Otot tangannya sudah sangat lemah jika dipaksa untuk mendorong beban yang lebih dari energinya. Seharusnya dia sudah tidak bekerja tetapi Fredys selalu memaksanya untuk tetap bekerja meskipun berulang kali Zedit meminta pulang.

       "Kau nampak lelah. Duduk saja, biarkan aku yang melanjutkan pekerjaanmu," ucap temannya yang pergi membawa Zedit untuk duduk di teras rumah sedangkan yang lainnya menutup pagar kembali.

        Chandara menatap jalanan yang lumayan ramai. Hatinya merasa canggung telah melakukan tindakan seperti itu pada Netty. Sebenarnya Chandra tidak jahat. Dia hanya melakukan apa yang memang sewajarnya dia berikan pada Netty.

        Berulang kali matanya menatap spion untuk melihat keadaan Netty. Tapi gadis itu belum juga terbangun dan membuatnya sedikit khawatir.

         Ditt......!

        Dia kembali menekan klakson mobil ketika memasuki kawasan tertib lalu lintas. Beberapa mobil itu membuatnya berulang kali berdecak kesal.

        "Cepatlah!" cercanya di dalam mobil.

        Netty perlahan membuka matanya. Tangan kanannya memegang dahi yang terasa pusing. Dia duduk dan menyender pada kursi mobil. Samar-samar dia mendengar ocehan Chandra yang sangat berisik. Kedua matanya kini sudah bisa melihat keadaan di sekitar.

        "Tenanglah," imbuhnya.

        Chandra menatap ke belakang dan melihat Netty sudah bangun. Bibirnya merekah mengukir senyum yang sangat menakutkan. Dia tertawa melihat Netty sudah kembali seperti semula.

        "Oh sudah bangun." Chandra kembali menatap jalanan yang kembali lancar.

       Mobil itu kembali berjalan melewati lampu lalu lintas. Chandra menginjak rem dengan cepat dan membuat kepala Netty membentur kursi.

        "Bagaimana? Pasti sakit ya...." Chandra kembali menginjak pedal gas dan memutar mobilnya.

        Dia menginjak rem kembali dan membuat Netty terbentur. Gadis itu kembali pada posisi semula. Tangan kanannya memegang dahi yang semakin sakit. Dia menatap Chandra yang sedang tertawa senang.

       "Turun!"

       Netty membuka matanya lebar-lebar. Dia menatap Chandra yang sekarang diam di balik kemudi.

        "Aku turun di sini?"

        "Cepat turun!"

        Netty membuka pintu mobil itu dan menghirup udara kota Welis yang segar. Dia memperhatikan mobil Chandra yang masih diam. Kaca mobil itu terbuka dan memunculkan wajah Chandra di baliknya.

        "Ambil ini." Chandra menyodorkan beberapa lembar uang. "Belikan aku makanan itu!"

       Netty meraih uang yang disodorkan Chandra. Dia menatap toko kue yang berdiri di samping jalan.

        "Uangnya kurang."

       "Aku tidak peduli."

       Netty melangkah dengan sangat pelan. Dia memotong arus lalu lintas dan membeli sebuah kue yang tidak terlalu besar. Kedua matanya menatap ke depan lantas menarik nafas dan membuangnya kasar. Kedua kakinya melangkah kembali membelah arus lalu lintas dan dia berdiri di samping mobil Chandra.

THE PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang