"Aku akan membuatkan teh untukmu." Betty meninggalkan Aripin di balkon.
Wanita itu mengambil teko kecil dan menyimpannya di tungku pembakaran, menunggu air mendidih. Betty mengambil teh sachet yang tergantung di dekat lemari es dan menuangkannya pada cangkir kecil. Dia mengambil tekonya yang sudah mengeluarkan suara. Betty mencampur air itu dengan teh bubuk dan membawanya pada Aripin.
"Minumlah," seru Betty sambil menyodorkan secangkir teh.
"Terimakasih." Aripin menerima teh itu dengan sangat baik. Dia meminumnya dan kembali menatap kota.
"Aku juga berterimakasih karena kau sudah menolong Netty."
"Ya."
"Oh iya, kau akan tidur di apartemenku?"
Aripin menatap Betty. Wajahnya yang cantik membuat ia tidak dapat berfikir. Bahkan niat untuk membunuh Betty hilang begitu saja. Betty seperti mempunyai energi positif untuk mengurungkan semua niat buruknya.
"Terimakasih sudah melayaniku," ucap Aripin sambil memberikan secangkir teh yang ia pegang pada Betty. "Aku akan pergi, aku tidak mau jika kalian dicap sebagai wanita tidak baik."
Aripin melangkahkan kakinya menjauh dari Betty yang masih berada di balkon. Dia menatap ke belakang untuk memastikan bahwa Betty tidak mengikutinya. Tetapi wanita itu hanya menatap Aripin dengan tersenyum. Aripin segera membuka pintu dan keluar dari kamar apartemen Betty.
Dia melangkah dengan sangat santai, sambil sesekali bersiul membuat suara menggema seperti di dalam gua. Aripin menyukai itu, itu sangat menarik.
🕯️🕯️🕯️
Betty terbangun dari tidurnya. Dia menatap Netty yang masih tertidur dengan pulas. Diaa segera membukakan gorden dan membuat sinar mentari masuk. Betty segera berlajan keluar kamar untuk menyiapkan sarapan.
"Kau sudah bangun?" katanya ketika melihat Netty sedang berjalan dan duduk di kursi meja makan.
"Rasanya tubuhku begitu segar," ucap Netty menerima roti yang diberikan kakaknya.
"Jangan dimakan!" Betty menahan Netty yang hendak memasukan roti itu ke dalam mulut. "Bersihkan dirimu, lalu pakai seragammu."
Netty beranjak pergi dan masuk ke dalam kamar mandi. Betty segera menuangkan air putih ke dalam gelas anggur dan mulai memasak. Memasak daging sisanya yang tidak ia habiskan.
Lama sekali Netty berada di dalam kamar mandi. Semua sarapan sudah selesai Betty buat. Tetapi adiknya belum keluar dari dalam sana.
"Lama sekali, cepat keluar. Makanlah aku juga harus membersihkan diri."
Kedua matanya menatap Netty yang keluar dengan tertutup handuk. Dia menghampiri adiknya dan mengganti posisi untuk membersihkan diri.
"Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu," ucapnya mengakhiri pertemuan dan segera masuk ke dalam kamar mandi.
Netty menyimpan handuk yang dia pegang di gagang pintu. Dia segera memasuki kamar tidur dan melepas handuknya yang lain untuk mengantinya dengan seragam. Setelah itu, ia membelit rambutnya dengan handuk itu dan menghampiri meja makan, mengambil beberapa roti tawar.
Netty menatap daging potong yang disajikan di atas piring kaca. Netty ingin sekali memakannya, tetapi bau amis menyeruak masuk ke dalam hidung. Alhasil, dia mengurungkan niatnya untuk memakan daging itu. Mungkin Betty tidak mencucinya.
"Aku tidak mempunyai uang, kau tidak keberatan kan?" ucap Betty yang menghampiri meja makan dengan masih menggunakan handuk.
"Tidak masalah kak," Netty meneguk air di dalam gelas anggur untuk melarutkan roti tawarnya.
Betty tersenyum mendengar yang adiknya katakan. Dia menggerakkan kedua tangannya untuk mengambil roti dan mengolesinya dengan selai.
"Kenapa tidak kau makan daging itu?"
Netty tersenyum simpul melihat reaksi kakaknya. Dia menggeleng, memberikan isyarat bahwa dia tidak ingin memakannya. Ingat, tidak ingin memakannya.
"Kalau begitu aku akan membuat sup lain kali, atau daging panggang." Betty mengambil danging yang dia masak kemudian mengambilnya satu persatu untuk masuk ke dalam lambung. Enak.
Netty melepaskan handuk yang membelit rambutnya. Dia tidak menyangka ternyata sang kakak menyukai daging yang masih mentah. Dia menelan ludah ketika melihat Betty memakannya begitu lahap.
"Aku akan berangkat sekarang," ucapnya sambil pergi ke dalam kamar dan mengambil tas untuk segera pergi.
Netty terdiam menatap kamar yang tidak menyimpan tasnya. Biasanya tasnya selalu tergantung pada dinding berwallpaper merah. Tetapi sekarang paku yang mencancap itu tidak menyimpan tasnya.
"Kak, kau melihat tasku?"
"Aku menyimpannya di rak sepatu!"
Netty segera berlari dan meraih tasnya yang ada disana. Dia kemudian memakai sepatunya dan pergi dari dalam kamar meninggalkan Betty yang sedang sarapan.
Betty mulai menghabiskan daging itu. Dia begitu menyukainya meskipun masih berbau amis. Dia meneguk air dan kembali melahap daging masakannya hingga habis.
Matanya menatap jam dinding yang menunjukan pukul 06.45 pagi. Betty segera menyudahi sarapannya dan memasukan semua ke dalam lemari es, tanpa terkecuali. Dia segera mengganti pakaiannya dengan pakaian bekerja. Betty akan kembali bekerja di GMT.
Betty keluar dari dalam kamarnya dengan sangat rapi. Rambutnya ia lepas agar dapat terbebas, sedangkan pakaian yang dikenakannya begitu cocok sekali dengan gaya rambutnya yang terlihat begitu fresh.
Matanya menatap jam dindin yang masih memutar. Sekarang sudah hampir mendekati jam tujuh, sedangkan Betty harus segera sampai di GMT pada pukul delapan. Dia tidak memedulikan apapun selain GMT. Dia berlari mengambil sepatu dan memakainya kemudian keluar dari apartemen.
"Betty! Aku mempunyai makanan sisa, kau mau?" teriak seseorang namun Betty menggelengkan kepalanya dan menuruni tangga. Karena yang terpenting adalah pekerjaannya.
Penjaga lobi menyapa namun Betty hanya seperti angin lalu. Dia berlari dengan terburu-buru hingga akhirnya bertemu dengan jalan raya.
"Mari aku antar!" Aripin datang membuka helm yang menutup wajahnya. Kedua matanya saling bertatapan dengan Betty, wanita itu membuat dia seperti tidak berguna.
Betty hanya mengangguk sambil naik ke atas motor Aripin. Mereka berdua bersiap, kemudian Aripin menarik pedal gas dan membuat motor yang dikendarainya melaju dengan cepat hingga berulang kali mengabaikan lamu lalu lintas.
"Bisa pelan sedikit!" Betty berteriak namun sepertinya Aripin tidak mengindahkan perintah itu. Dia malah menambah kecepat motornya lebih tinggi dan membuat Betty memeluknya.
Sebuah gedung cermin mengeluarkan asap hitam yang mengepul di udara. Aripin menghentikan motornya dan menatap gedung itu.
"Ada kebakaran," ucapnya sambil membuka helm.
Betty memandangi pemandangan buruk itu. Dia kenal dengan gedung itu. GMT terbakar.
"Itu tempat aku bekerja! Cepat antarkan aku ke sana!"
Aripin kembali menarik pedal gas dan mengendari motornya menuju GMT. disana terdapat beberapa mobil pemadam kebakaran dan warga kota yang sibuk merekam kejadian itu. Betty segera turun dari motor namun beberapa polisi menghadang. Semua pekerjaanya hilang direnggut api yang terbakar.
"Betty!" Usep menghampiri Betty dan menariknya untuk menjauh dari para polisi itu. "Kau tidak usah menyesal, kau akan diberikan uang jaminan oleh perusahaan."
🕯️🕯️🕯️
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PSYCHOPATH
Mistério / SuspenseKehausan dalam dirinya untuk membunuh semakin tidak normal ketika bertemu dengan pria dingin dan juga bengis. ---------------------=[PSYCHO]=--------------------- 🚫TIDAK DIPERUNTUKAN UNTUK MANUSIA PENGIDAP PHOBIA DARAH DLL. 🚫TIDAK DIPERBOLEHKAN U...