Bentrok

189 20 3
                                    

     Pagi yang dingin itu membuat Betty hanya bisa bersembunyi di balik selimut. Dia menatap jam dinding yang menunjukan pukul 10 pagi. Perlahan kepalanya terangkat dan Betty berjalan keluar kamar dengan selimut yang melilit tubuhnya.

       Pintu apartemen sudah tertutup dan sepertinya penjaga lobi telah kembali pada pekerjaannya. Betty membuka pintu kaca dan melihat pemandangan kota melalui balkonnya. Dia tersenyum ketika wajah Aripin kembali muncul di benaknya. Pria itu seperti rumah. Tempat berlindung sekaligus menemukan berbagai hal yang menyenangkan.

      Teng.... Tong..... Seng.....

      Betty berbalik dan menghampiri pintu. Dia membukanya dan menunculkan sesosok wanita yang sudah sering dia temui, Clovert.

       "Syukurlah aku menemukan kamarmu," ucapnya sambil menaikan sompet ke atas dada sambil tersenyum.

       "Dari mana kau tahu apartemenku?"

       "Penjaga lobi itu yang memberi tahu."

       "Oh.... Masuklah! Di luar sangat dingin."

      Clovert masuk ke dalam kamar aparmentnya. Matanya tidak berhenti menatap panjangan dinding yang diletakan secara horizontal.

        "Duduklah di sana!" tunjuk Betty pada kursi meja makannya. "Aku akan membuatkanmu minum."

        Clovert mengangguk. Dia melangkahkan kaki mendekati meja makan dan duduk di atas kursi. Dompetnya dia letakan di atas meja dan tangannya melepas sepatu hak yang membuatnya tidak nyaman.

       "Soda atau teh?" tanya Betty sambil menatap Clovert.

        "Air putih saja."

       Betty mengangguk kemudian menuangkan air ke dalam gelas anggur. Dia membawanya ke meja makan dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Clovert.

       "Terimakasih," ucap Clovert sembari merih gelas berisi air putih itu dan meminumnya.

       "Kau sudah selesai bekerja?"

        Clovert menyimpan gelas itu di atas meja. Dia menatap Betty penuh perhatian. "Aku kabur dari laki-laki bermata keranjang itu."

       "Kenapa kau melakukannya? Kau akan dibenci selamanya setelah kejadian ini."

       "Aku terpaksa melakukannya untukmu. Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini."

       "Bicara saja."

       "Tapi janji, kau tidak boleh marah atau membenciku." Clovert memberikan tanda perjanjian dengan kelingking.

       "Setuju," ucap Betty sambil mengikatkan kelingkingnya dan tersenyum. Mereka berdua melepaskan klingkingnya dan saling tersenyum.

      "Jadi, aku akan memberitahukan kebenaran Aripin padamu." Clovert memasang wajah sedih dan bola matanya berkaca-kaca. "Dia sudah menikahiku. Tetapi karena aku mandul, dia meninggalkanku begitu saja."

       Betty diam mendengar apa yang Clovert katakan. Senyumnya mulai memudar seiring dengan hatinya yang merasa remuk. "Kau tidak bercanda?"

       "Tidak, aku benar-benar kecewa dengannya." Clovert menyeka air matanya. "Maafkan aku jika selama ini sering memarahimu. Karena aku cemburu padamu. Aku iri melihat kau selalu bersamanya."

       Betty menunduk merasa sakit di hatinya. Aripin yang selama ini dia kagumi bahkan dipuji telah membuat kesalahan yang besar. Hingga akhirnya air matanya menetes, kecewa dengan Aripin.

THE PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang