Kenangan Masa Lalu

1.1K 70 0
                                    

     Aripin menyentuh pundak Betty. Wanita itu bergerak untuk menghindari sentuhan Aripin. Dia kembali meminum kopinya.

     "Kau menangis?"

     "Tidak."

     Penjaga lobi itu mendekat kemudian tersenyum pada Betty dan Aripin. Sialan! Penjaga lobi itu berhasil membuat kesempatan besar untuk Aripin hilang. Padahal dia harus menyeka air itu.

     "Nona, ini sudah lewat jam sembilam malam. Kau lebih baik tidur, dan tidak diperbolehkan membawa seorang laki-laki."

     Betty mengangguk kemudian berjalan menaiki tangga melupakan Aripin yang masih duduk di lobi. Dia menyempatkan diri untuk meminum kopinya, sambil sesekali menatap kebelakang memastikan agar tidak ada Aripin.

     Betty membuka pintu dan menyimpan alas kaki yang dia gunakan ke dalam rak sepatu kemudian menuju kamar.

      "Astaga Netty!"

      Gara-gara Aripin dia menjadi melupakan Netty. Entahlah, Betty sangat tidak mengerti dengan sikap Aripin yang selalu membawanya tenang. Betty tidak akan bisa keluar malam karena penjaga lobi itu pasti akan menahannya.

🕯️🕯️🕯️

   
     Netty mengetuk pintu dan Gewend mempersilahkan dia untuk masuk. Netty mengambil posisi duduk dan menyeka air matanya ketika Gewend mulai mendekat.

     Nafas berat Gewend terdengar semakin jelas saat ia duduk dan menatap Netty. Kedua tangannya dilepas ke udara, dengan bebas menyentuh Netty.

     "Kau menangis?" tanyanya sambil memegang wajah Netty.

     Netty menjauhkan tangan Gewend dari wajahnya. Dia mulai terisak dan kembali menyeka air matanya.

     "Ada masalah ya?" Gewend berusaha menenangkan tetapi Netty hanya diam dan sesekali terdengar isakan.

     Gewend beranjak dan memyeduhkan sebuah teh untuk Netty. Dia menatap gadis itu sedang duduk dengan tangis yang tidak pernah berhenti. Gewend berjalan menghampirinya dan duduk kembali sambil menggeser gelas berisi teh itu pada Netty.

     "Terimakasih," ucap Netty sambil meraih gelas itu dan meminumnya.

     Gewend merapatkan kedua bibirnya dan mengangguk. "Sepertinya kau tidak bisa menghentikan air mata itu."

     Netty menyimpan gelas itu di atas meja dan menatap Gewend. "Aku ingin tinggal bersamamu." Netty memejamkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang dikatakannya.

      "Maaf Netty, kau tahu sifat ayahku kan? Jika dia melihatku sedang bersama seorang perempuan, maka dia akan menikahkanku."

     "Tapi Gewend, aku sedang tidak ingin bertemu dengan Betty."

     "Betty? Baru kali ini aku mendengar kau menyebut nama kakakmu. Ada masalah ya?"

      Netty menutup matanya untuk bersiap merasakan sakit saat dia akan bercerita. "Aku bertengkar dengan dia."

     "Ekonomi ya?"

     "Tidak, bukan soal itu."

     "Lantas?"

     "Betty membunuh Penta."

     Gewend tidak sengaja terkekeh dan itu dilihat Netty. Dengan segera dia berdiri kemudian berjalan menghampiri lemari es dan mengambil satu buah apel yang dia makan sendiri.

     "Penta pacarmu itu?" Gewend menghampiri Netty dan berdiri belakangnya, dia menutup mata Netty dengan kedua tangannya. "Aku turut berduka cita."

THE PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang