Lee's resto 'n café adalah gabungan dari restaurant dan café yang nyaman dan bernuansa mewah dengan suasana menyenangkan yang cocok untuk dijadikan pilihan sebagai tempat makan bersama keluarga, ataupun nongkrong dengan teman-teman. Sebagaimana tujuan dari si pemilik tempat itu, Joanta Lee Dramani, pria berusia 29 tahun, berprofesi sebagai direktur utama dan executive cheft di hotel besar berbintang lima milik keluarganya di Bandung. Tiga tahun Joan memegang jabatan sebagai direktur utama, sebelumnya dia tidak ada niatan sama sekali untuk membuka usaha sendiri karena hotel yang dia pegang pun sudah dijanjikan sang ayah akan diwariskan kepadanya. Tapi hari ini, Lee's ada di hadapannya dengan tanda open menyala-nyala. Tak terelakkan, Joan merasa sangat bahagia, Lee's resto 'n cafe, akhirnya terwujud.
"Kak Joan!" teriak seseorang.
Pria dengan jas hitam rapi itu menoleh lalu tersenyum. Seorang gadis cantik dengan dress putih sedikit berlari menghampiri diikuti seorang remaja berjas abu-abu casual, dan di belakangnya ada sepasang suami istri yang melangkah sembari bergandengan tangan mesra.
"Selamat ya, Kak." Gadis cantik itu memeluk Joan. "Aku kangen banget sama Kakak," ucapnya kemudian dengan bibir mengerucut.
Joan menyentil gemas hidung Zara, adik manjanya yang baru masuk SMA.
"Kemarin kan ketemu, Cantik," kata Joan gemas.
"Kenapa gak balik lagi tinggal di Bandung, sih?" Bibir Zara makin mengerucut. Dia memang yang paling manja kepada Joan. Tak ada Joan jadi kehilangan. Lio, adik lelaki Joan yang baru saja sampai, menjitak pelan kepala Zara.
"Dasar bocah orok manja," ledeknya.
"Tuh, Kak. Di rumah kalo gak ada kak Joan sama Kak Lucky. Aku tuh disiksa mulu sama dia." Zara memberengut menunjuk Lio, kakaknya yang hanya beda satu tahun dengannya itu.
Lio mendekati Joan, tak mempedulikan Zara. "Selamat ya, Kak. Tempatnya keren, sumpah," katanya. Bibirnya tersenyum lebar dengan ekspresi wajah yang berubah 180 derajat ketika menatap Zara tadi.
Joan tekekeh, merangkul bahu Lio yang beberapa centi lebih pendek darinya.
"Udah gede masih aja berantem mulu," ucap Joan sembari melirik kedua adiknya bergantian.
Zara dan Lio saling mendelik. Memang sudah kodratnya mereka berdua itu bagaikan tom 'n jerry yang rukunnya hanya sesaat. Joan melepaskan rangkulan dari bahu Lio saat Jonathan dan Tyana sampai di hadapannya dengan senyuman bangga.
"Selamat ya, Sayang. Hebat kamu." Tyana memeluk singkat putra pertamanya.
Joan balas memeluk singkat tubuh mungil sang ibu sembari tersenyum penuh. "Makasih, Bun," ucapnya. Lalu dia beralih ke Jonathan yang berdiri di samping Tyana. Giliran sang ayah yang memeluk singkat sembari menepuk pundak Joan. Tak terasa pundak itu semakin kekar dan kuat, membuat Jonathan bangga.
"Ayah bangga sama kamu, Jo."
"Semua juga berkat ayah," Joan berucap tulus diiringi senyuman lebar.
Jonathan menatap manik mata sipit putra sulungnya. Melengkungkan senyum tipis. Sebisa mungkin menekan sesak di dada. Membangun sebuah café dan restoran adalah impian mendiang istri pertamanya dulu yang belum sempat terwujud. Jonathan sangat ingat itu, Reyne selalu merencanakan pembangunan cafe sekaligus restoran, yang digadang akan menjadi tempat kedua putra mereka berkumpul kelak, mengobrol bersama, ataupun makan bersama dengan mereka.
Tapi, semua tidak sempat terwujud, Jonathan yang menghancurkan impiannya. Dan tak disangka, hari ini putranya yang mewujudkan impian itu dengan nama Lee, nama keluarga Reyne yang menjadi nama tengah Joan dan mendiang putra kedua mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
He's Jeanno (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** "JE-JE, JEN, JENO, ANJIR, JANGAN KENCENGAN!!" Teriakan dan suara tawa menggema di parkiran supermarket yang sepi. Hanya ada seorang pria berjas abu-abu yang hendak menyalakan mesin mobil, tapi urung saat mend...