Tiba di hari reuni yang dinanti-nanti. Iya, dinanti-nanti Abi. Padahal yang reuni itu kelas Jeno. Jeno sendiri malah ogah-ogahan. Dari awal tidak berniat bergabung sebenarnya. Bukan karena tak rindu dengan teman seperjuangan dulu. Tapi Jeno Malas. Malas, pasti ada saja temannya yang masih mempertanyakan ketidak hadirannya di hari perpisahan, atau di malam promnight ala-ala pada saat itu. Dan ditambah lagi hubungannya dengan seseorang teman sekelas di masa lalu yang kandas begitu saja.
Beda dengan Jeno yang ogah-ogahan. Abi terlihat jelas sangat antusias. Tiba ditujuan. Sebelum turun dari motor lelaki dengan rambut dispike jambul itu berkaca pada spion motor, menilik-nilik wajah, dan rambutnya yang sebelum berangkat diberi pomade yang mungkin habis setengah wadah. Mengkilau sekali. Puas dengan ketampanannya, Abi senyum-senyum sendiri. Berdehem, membenarkan baju, dan menegakkan badan.
"BI, WOI! Cepet, anjir! Lama banget lu!"
Mendengar teriakan Jeno. Senyuman manis di bibir Abi luntur seketika. Digantikan decihan dan lirikan sebal.
"Iyee, sabar dikit dong, ah," katanya sembari mencabut kunci motor dengan cepat, lalu berjalan menyusul si yang tak sabaran, yang sudah berjalan beberapa langkah di depan.
Jeno mendecih dengan jengah untuk kesekian kali. Iya, dari sebelum berangkat Jeno sudah dibuat jengah. Gimana gak jengah. Abi datang ke acara reuni saja dandanannya, ya ampoonnn ... Jeans hitam legam yang baru dibeli kemarin. Kemarin Jeno digaet paksa untuk mengantarnya belanja. Kemeja abu yang digulung sesiku yang juga baru.
Sneakers hitam yang baru Jeno lihat, sepertinya masih baru juga, dan jam tangan hitam yang tak biasanya dipakai.
Jangan lupakan rambutnya yang ... Gewlaaa, sejam Abi mantengin kaca. Wangi parfumnya jangan ditanya, sebotol kali Abi pake.Padahal ini reunian kelas Jeno, bukan kelasnya. Jeno sendiri dandan seadanya dengan jeans hitam dan hodie abu. Kakinya pun hanya dihiasi sendal jepit hitam kebanggaannya. Dan semua gara-gara Abi. Iya, gara-gara A-B-I! Tadi Jeno baru saja bangun tidur, sedangkan Abi sudah siap berangkat dengan dandanan primanya. Lelaki dengan wangi parfum sangat menyengat itu langsung memburu-buru dengan tidak sabaran, hanya memberikan Jeno waktu 15 menit untuk bersiap-siap, katanya gak enak kalo ngaret. Heiiii ... Balik lagi. Ini yang reuni sebenernya siapaaaa?????
--
"JENOOO!!!" Semua mata langsung memandang saat suara teriakan itu terdengar.
Jeno sepertinya datang paling akhir. Teman-temannya sudah hampir full team, alumni rakyat IPS 3 berkumpul di bale yang ada tak jauh dari pantai. Jeno terkekeh dengan senyuman lebar khasnya, melangkah lebar-lebar mendekati mereka. Memberikan tos tangan satu per satu kepada 13 lelaki IPS 3. Teman-temannya itu berdiri saat Jeno menghampiri, saling menyapa sembari melemparkan candaan, termasuk pada Abi yang membuat mereka geleng-geleng kepala.
"Gak lepas ya, lu berdua, nempel terus."
"Anak mana lu? Anjir."
Abi hanya cengengesan, menyahut candaan itu sekenanya.
"Nih, yang ngilang begitu lulus, tanpa pamit. Jangan-jangan lu berdua kawin lari ke Thailand, ya?"
"Yee, gue mah ada kali," sambar Abi sewot.
Jeno tak menanggapi, masih menyalami satu per satu teman-temannya. Sekarang ke bagian siswi yang tadi sedang berselfi-selfi ria di pantai. Ada indah, yang tadi berteriak memanggil, teman menggila Jeno di kelas.
"Whatsaappp, mamamennn??!!!" sapa Indah heboh. Merangkul Jeno. Menepuk-nepuk punggungnya. Indah itu cewek jantan. Sekarang walaupun dengan sikap yang tak hilang, masih terlihat slengean dan tomboy, tapi Jeno sedikit terpukau dengan dandanan natural dan dress putih sebawah lutut yang dia pakai. Membuat wanita itu terlihat agak lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Jeanno (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** "JE-JE, JEN, JENO, ANJIR, JANGAN KENCENGAN!!" Teriakan dan suara tawa menggema di parkiran supermarket yang sepi. Hanya ada seorang pria berjas abu-abu yang hendak menyalakan mesin mobil, tapi urung saat mend...