PART 32

6.8K 680 56
                                    

Setelah bangun dari tidurnya selama perjalanan tadi. Sampai kosan Jeno terlihat kembali akan tertidur di ranjangnya. Berbaring dengan mata merem-melek memaksakan untuk tetap bangun menonton film action yang sedang tayang di televisi.

"Gue pengen itu ...." Dia tiba tiba bersuara. Menggumam, seperti orang ngelindur.

Joan yang sedang tiduran di sofa melirik. Tampak Jeno masih membuka matanya sedikit.

"Hn? Pengen apaan?" tanya Joan. Menunggu kelanjutan dari gumaman Jeno.

Mata Jeno merem sejenak. Berat sekali untuk terbuka. Beberapa detik kemudian melek lagi. "Pengen Pizza," sahutnya disela usaha untuk tetap melek.

"Order pizza dong, Bi." Dengan suara samar, Jeno menyuruh Abi yang lagi tiduran anteng di karpet bawah.

Abi menguap lebar. Menggeliat. "Tar gak lo makan lagi," menyahut dengan gumaman. Sama seperti Jeno, Abi juga mengantuk.

"Gue makan," kata Jeno pelan sedikit memberengut.

"Biar gue yang order, Bi."

Joan memang pahlawan :). Tahu saja Abi sudah tak sanggup. Sekadar untuk melihat handphone saja matanya berat. Kehidupannya sudah ada di ambang mimpi.

"Pizza apa?" tanya Joan. Sudah siap dengan handphone di tangan.

"Yang ada beefnya." Abi yang menyahut dengan mata hampir terpejam.

Joan mencari. Tidak butuh waktu lama satu pizza ukuran besar sudah terpesan.
Dan kemudian terdengar dengkuran beriringan dari dua pemuda di dekatnya.
Baik Jeno maupun Abi, sepertinya sudah terjun ke dunia mimpi masing-masing.
Joan menghela napas. Katanya mau pizza, tapi malah pada tidur.

-

Entah berapa lama Jeno tertidur yang pasti saat membuka mata. Joan dan Abi sudah tampak memakai baju berbeda. Sudah mandi dan berganti pakaian.

Jeno menggeliat. Mengerjap-ngerjapkan mata, lalu bangun dari posisi tidurnya. Duduk dengan tatapan mata masih kosong, setengah rohnya masih di perjalanan pulang. Beberapa menit kemudian. Kedua matanya berkeliling, dan berhenti di kotak besar pizza yang disimpan di atas meja dekat sofa.

Abi yang sadar Jeno sedang menatap apa. Langsung mengambil kotak pizza itu, lalu meletakannya di atas kasur.

"Nih, pizza lo," ucapnya membuka tutup kotak. Tersisa setengah lingkaran pizza dengan topping beef, paprika, dan keju di atasnya, seperti yang biasa mereka beli.

Tanpa bersuara, Jeno mengambil sehelai. Menggigitnya lebar. Joan terkekeh. Yang baru bangun dari tidur panjang, laper juga ternyata. Kemarin-kemarin, bahkan untuk menggigit satu makanan saja Jeno harus dipaksa. Diiming-imingi liburan baru digigit, itu pun secuil.

Jeno beranjak setelah menghabiskan tiga helai pizza. Mengambil sebotol air mineral dan meneguknya sembari mendudukkan diri di samping Joan.

"Jam berapa, sih, Jo?" tanyanya.

"Jam setengah Sembilan," Joan menyahut.

Jeno meletakan botol air, kemudian beranjak, kembali ke kasur. Berbaring lagi. Dia tidur dari siang sampai malam dan berniat tidur lagi.

"Obat, Je."

Suara Joan menghentikan gerakan Jeno yang akan menarik selimut. Jeno mendesah. Tanpa protes, dia bangun. Menyibakkan kembali selimutnya.

"Bi, tolong aer gue," pintanya.

Abi mengambilkan air mineral yang tadi Jeno minum. Menyodorkan tanpa suara,
Sedang fokus main game.

Dengan ujung mata, Joan memperhatikan Jeno yang mengeluarkan satu per satu obatnya, kemudian memasukan semua ke dalam mulut. Done. Joan kembali menatap layar handphone setelah memastikan Jeno sudah selesai meminum semua obatnya.

He's Jeanno (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang