PART 22

7.7K 727 15
                                        

"Je, cepet dong mandi!"

"Hm, bentar."

Jeno mengacungkan remot televisi, memindah-mindahkan chanel. Persis tadi pagi, dia masih di posisi yang sama. Berbaring di ranjangnya, bergumul dengan selimut, menonton televisi yang sudah berkali-kali ganti acara.

"Anjir, si jeno. Cepetan mandi sono!"

Dari tadi Jeno tuli. Suruhan Abi yang sudah berpuluh-puluh kali, tidak didengar.

"Je, ya'elah, mandi. Bentar lagi waktu makan siang ... JE!"

Abi menyentak kesal, ucapannya tak juga digubris. Jeno anteng berbaring di ranjangnya dari tadi pagi tanpa beranjak sekalipun. Heran sendiri Abi. Ada manusia semager itu. Contoh dong dia belum juga jam 12 siang, tapi udah mandi dua kali. Iya, biar fresh pas ketemu calon pacar.

"Paan, sih, Bi? Rusuh banget lo. Bentaran napa," Jeno menyahut tanpa bergerak.

"Ah, lo tuh dari tadi bentaran-bentaran.. Cepetan lah, Je! Keburu ilang nih wangi parfum gue."

Jeno mendengus. Melirik Abi dengan sebal, tapi kali ini dia bergerak menyibakan selimut dan beranjak.

"Nah, gitu, dong. Dukung dengan baik kalo temen mau punya pacar, tuh."

"Bacot!"

"Eh, kasar, ya, lo, Je!"

"Bodo!"

Jeno mengambil handuk lalu berjalan menuju kamar mandi. Tak sampai 3 menit pintu kamar mandi kembali terbuka. Muncul Jeno dengan muka dan bagian rambut depan yang sedikit basah.
Abi menaikan alis. Matanya mengekor mengikuti Jeno yang melangkah ke arah lemari. Melapisi boxer pendeknya dengan jeans hitam.

"Lah, lo gak mandi?"

"Ngapain mandi? Gue udah wangi."

Jeno melepaskan kaos panjangnya, melempar sembarang ke arah ranjang, kemudian memakai t-shirt pendek dan melapisi dengan jaket yang menggantung di gantungan dinding samping lemari.

Abi menggeleng-gelengkan kepala. "Jorok banget, anjir! Perasaan tadi lo bawa anduk. Apa guna?!" Bibir Abi mendecak-decak. Matanya terus mengekor Jeno yang kali ini sedang bercermin. Merapikan rambut lalu menyemprotkan parfum kebbajunya.

"Eh, lo belom makan, bego!" Abi refleks menyentak saat melihat Jeno mengambil kantong obat dan mengeluarkan satu per satu dari dalam kantong kecil itu.

Jeno melirik sekilas. "Ini, gue makan," ucapnya menengadahkan telapak tangan yang ada beberapa butir obat di atasnya, kemudian mengambil sebotol air mineral dan meminum semua obat itu sekaligus. Menelan dengan sekali tegukan.

"Makan nasi, goblok!" Abi tak tahan untuk tak mengakhiri ucapannya dengan umpatan kesal.

"Lah, gue gak suka nasi," sahut Jeno. Dia beranjak santai mengambil permen yang selalu siap sedia di meja nakas.

"Makan apa gitu lo. Ah, makan ati gue ngomong sama lo!" Abi mendengus. Kesal setengah mati.

Jeno malah tertawa. "Yok, ah, berangkat, ngomel mulu lo," katanya benar-benar acuh pada perkataan Abi tadi.

"Disayang Tuhan gue temenan sama lo. Banyak sabar banget gue." Abi bangkit mengambil jaketnya. Mengikuti langkah Jeno keluar dari kamar. Jeno masih saja tertawa, membuat Abi mengelus dada.
Sabar-sabar, bentar lagi ketemu calon pacar. Harus baek sama mak comblang.

"Uhuk-uhukk. Akh ...."

"Mampus! Lo kena azab."

Jeno menepuk-nepuk dada yang jadi sesak karena tersedak oleh tawanya sendiri, ditambah dari semalam dadanya memang sudah terasa tidak enak.

He's Jeanno (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang