Sunyi. Sudah hampir satu jam tubuh itu tak bergerak. Matanya berkedip sesekali. Sampai suara pintu terbuka dan seseorang masuk. Dengan wajah datar Jeno menoleh.
"Kenapa?" tanya Joan.
"Gak."
Oh, yasudah. Joan berlalu membawa kantong belanjaannya ke dapur. Televisi mati. Handphone pun tak nampak ada digenggamannya. Joan melirik punggung Jeno yang bersandar pada sofa.
"Je," panggilnya.
"Hm," Jeno menyahut dengan gumaman.
"Lagi ngapain?" tanya Joan.
"Diem," sahut Jeno.
"Jangan bengong." Joan kemudian melanjutkan aktivitasnya. Menyimpanan belanjaan yang dia beli pada tempatnya, lalu mencuci buah-buahan.
"Nih." Joan menyodorkan semangkuk potongan buah-buahan. Setiap hari dia mencekoki Jeno dengan buah-buahan yang katanya bagus untuk penderita ginjal.
Jeno menoleh saat mangkuk putih itu disimpan di pangkuannya begitu saja.
"Kenapa?" Lagi Joan bertanya sembari duduk di sofa, di dekatnya.
Jeno menggeleng. "Gak," sahutnya singkat kemudian menusuk strawberry dengan garpu lalu memasukan ke dalam mulut. Jeno menggeliat lalu bergerak membenarkan posisi duduk. Mengambil remot dan menyalakan televisi.
Joan masih di posisinya. Menatap Jeno yang kini sedang mengunyah dengan mulut penuh.
--
Joan baru saja selesai membersihkan diri, keluar dari kamar mandi. Melirik Jeno yang sepertinya tak ngeuh kalau Joan sudah keluar. Jeno fokus bengong memandang kosong ke depan dengan tangan kanan memegang bandul kalungnya.
"Je," panggil Joan.
Jeno langsung menoleh. Tampak sedikit kaget.
"Bengong mulu."
"Siapa?"
"Lo, ngelamun terus."
Jeno mengedikan bahu. "Gue nggak," katanya.
Joan menghela napas. Mmelangkah menuju ranjang dan duduk di tepiannya, di dekat Jeno yang sedang duduk bersila.
"Kenapa?" tanya Joan untuk kesekian kali. Soalnya dari pagi, Jeno terlihat banyak melamun.
Ekspresi Jeno datar, keningnya mengkerut. "Emang gue kenapa?" tanyanya balik.
"Mau keluar?" tawar Joan. Mungkin Jeno butuh udara segar.
Tapi Jeno menggeleng.
"Mau maen game?"
Jeno terdiam sejenak, melihat ke arah lain, lalu menatap Joan kembali dengan gelengan kecil. "Gak," sahutnya.
"Lo ngantuk? Makan dulu, ya? Terus minum obat, baru lo tidur."
Jeno mengangguk. "Oke."
Joan tersenyum. Beranjak melangkahkan kaki keluar kamar untuk menyiapkan makan.
Tapi setelah selesai makan dan minum obat. Jeno tak kunjung memejamkan mata. Walaupun posisinya sudah siap tidur. Tubuhnya sudah diselimuti, dan lampu sudah dimatikan. Dari tadi Joan memperhatikan dalam diam. Mata Jeno masih terbuka lebar, tapi mulutnya tak bersuara, tak mengeluarkan celotehan sedikit pun. Dia juga sepertinya tak menyadari Joan yang sedang memperhatikan. Sampai waktu sudah menunjukkan tengah malam. Jeno tak kunjung memejamkan mata.
"Lo gak bisa tidur?" Joan bertanya juga setelah tadinya memutuskan untuk membiarkan saja.
"Gak ngantuk," Jeno menyahut datar tanpa menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Jeanno (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** "JE-JE, JEN, JENO, ANJIR, JANGAN KENCENGAN!!" Teriakan dan suara tawa menggema di parkiran supermarket yang sepi. Hanya ada seorang pria berjas abu-abu yang hendak menyalakan mesin mobil, tapi urung saat mend...