Chapter 13

268 24 0
                                    

"Sebenernya kak Nathan itu kenapa sih, kok tiba-tiba cuek? Apa iya gue bikin kesalahan sampai dia sakit hati. Tapi nggak deh, masa iya anak sebaik gue bikin orang lain sakit hati." ucapnya sambil menerka-nerka

"Kak Nathannnn perasaan baru beberapa hari lu perhatian sama gue, tapi kok sekarang malah kayak gini."

"Kak Nathan gue kangen sama lo. Gue kangen denger semua gombalan yang bikin melayang sampai langit ke 7. Apa yang mesti gue lakuin biar lo balik kayak dulu lagi."

"Kak Nathan, gue sayang sama lo."

Ucap Ressa sambil sedikit berteriak. *biar apa Res? Biar doi denger semua yang lo ucapin? Mustahil! *

Di tengah kegundahan yang ia rasakan, telponnya pun berdering dan tertera nama "Oppakuh tercintahh". Ada apa dia meneleponnya, tumben. Mungkin dia rindu Ressa, pikirnya.

"Gue harap lo datang ke rumah Rena sekarang juga. Ini darurat, cuma lo yang bisa bantu dia."

Belum sempat Ressa mengucapkan sepatah kata pun, orang itu mematikan teleponnya secara sepihak.

"Kesel gue lama-lama. Eh tapi ada apa ya sama si Rena. Jadi penasaran, mending gue kesana aja deh."

***

Sesampainya di sana, Ressa bingung kenapa Rena yang hatinya sekuat baja dan jarang menangis bisa seperti sekarang. Setahunya Rena tak akan menangis jika itu cuma hal sepele.

Dengan setengah berlari Ressa pun menghampiri Rena yang sedang menangis sesenggukan dalam dekapan Lexi. Lalu ia pun -hah Lexi?? Iyaa ternyata orang yang membantu Rena tadi adalah Lexi, tapi herannya kini ia sedang berada dalam dekapan oppa nya. Oh tuhannnn sepertinya Rena sedang memanfaatkan keadaan.

"Rena lo kenapa?"

Yang ditanya pun menoleh, bahkan langsung memeluk Ressa erat.

"Resssss si Far hiks -rik dia datang lagi hiks hiks." ucapnya terbata-bata

"Farik? Mantan lo yang bajingan itu?" tanyanya dengan nada tinggi

"I- iya hiks, tadi dia minta maaf hiks sama gue hiks hiks, tap- tapi gak gue maafin hiks, dan gue bilang hiks dia itu layak dianggap sampah busuk yang harusnya hiks dibakar biar gak nyebabin pencemaran. Tapi hiks hiks dia gak terima dan langsung dorong gue ke tembok, dan dia hiks diaa hiks hiks hiks." jelasnya susah payah sampai ia tak sanggup meneruskan

"Dia mau cium gue, cium leher gue, dia mau lecehin gue Res dia mau hancurin gueeeee." lanjutnya kemudian diiringi tangisan yang pecah kembali, Ressa pun memeluk Rena, berupaya menenangkannya

Tanpa mereka sadari, ternyata Lexi mendengar semuanya. Ia geram, rahangnya mengeras, tangannya mengepal, entah apa yang ia rasakan saat itu, yang pasti hatinya ikut teriris sakit melihat Rena diperlakukan seperti itu.

"Gue pergi dulu, Res lo jagain si Rena." pamitnya sambil berjalan ke luar rumah dengan tergesa gesa

Ressa pun hanya mengangguk patuh. Apa yang akan dilakukan Lexi sekarang?

***


Keesokan harinya Rena tak masuk sekolah, bilangnya sih dia sakit. Padahal Ressa tahu itu hanya alasan untuk menutupi rasa trauma atas kejadian kemarin. Rencananya pulang sekolah nanti ia akan pergi ke rumah Rena untuk menjenguk.

"Hmm pagi yang buruk." gumamnya

Tanpa disadari akhirnya bel masuk berbunyi. Siswa siswi di kelas pun mendadak pergi ke bangkunya masing-masing, menyadari jam pertama adalah pelajaran sejarah oleh bu Tintin, kelas pun mendadak hening.

Yaa bu Tintin yang biasa dipanggil BuTin atau di plesetin menjadi buah Tin, adalah guru yang paling killer sepanjang massa. Hampir sama seperti BuLuk, hanya saja guru yang satu ini tak pernah tertawa jika sedang mengajar. Tugasnya juga yang tak pernah bisa dipikir dengan logika dalam setiap harinya. Sudahlah daripada gini, mendingan kita mati saja.

Yang ditunggu pun akhirnya tiba, anehnya ia melihat bahwa guru itu membawa seseorang di belakangnya. Kemudian Ressa membelakkan matanya, ternyata orang itu adalah orang yang Ressa kenal, bahkan sangat ia kenal. Yaa dia Farik. Orang yang sudah membuat sahabatnya merasakan rapuh.

"Hari ini kelas kalian kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan diri kamu!" titah buTin

Lelaki itu pun memperkenalkan diri, dan dipersilahkan duduk di belakang.

Saat melewati meja Ressa, mereka berdua saling bertatapan, bukan tatapan cinta layaknya drama korea atau film-film romantis di televisi, tapi ini adalah tatapan benci. Benci yang sangat mendalam.

"Gue gak akan pernah biarin hidup dia tenang!" ancamnya pelan sebelum ia berjalan ke belakang untuk duduk

***


Apa yang kalian tahu tentang Farik?
Setelah kejadian itu, apakah Rena bisa hidup tenang atau tidak?? Wahh tunggu lanjutannya terus yaa manteman 😹😹

Jan lupa tekan bintang nyaa, alapyu😍😘😘😘

The Cogans Maniac [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang