Chapter 20

261 24 0
                                    

Satu tamparan lagi Ressa dapatkan di pipi kirinya, sungguh sangat sakit ditampar bulak balik seperti itu. Rasanya ia ingin menangis menghadapi ini semua, namun apa dayanya ia harus terlihat kuat apapun yang terjadi.

Apa kalian tahu? Yang habis habisan menampar Ressa adalah Kathy. Dia adalah gegedug diantara Nathan andthechik lainnya.

"Plak!"

"Berhenti!" teriaknya penuh emosi

"Anjir itu si Nathan ke sini, tamat nih riwayat kita." bisiknya pelan

"Apa ini maksudnya hah?" suara Nathan menggema seantero kelas, ditambah gebrakan meja yang ia pukul keras

"Siapa yang nyuruh kalian lakuin hal ini?" tanyanya lagi

"Jawab anjing!"

Emosi Nathan semakin meningkat karena tak ada satu pun yang menjawab pertanyaannya.

"Siapa dalang dibalik ini semua?"

"Jawab! Kalo gak jawab gue bakal bikin hidup kalian gak pernah tenang!" ancamnya

Mendengar ancaman seperti itu, akhirnya mereka menunjuk Kathy sebagai dalang semua ini. Kathy yang ditunjuk pun tak dapat berkata apa apa lagi, ia takut melihat wajah Nathan yang sudah sangat murka.

"Kalo lo berani lakuin hal kayak gini atau nyakitin dia lagi, siap siap aja gue bakal hancurin hidup lo!"

"Bukan buat dia aja, tapi ini berlaku buat kalian semua! Camkan baik baik, gue gak pernah main main sama ucapan gue sendiri!" ucapnya yang dibalas dengan anggukan patuh dari mereka

Nathan pun menarik tangan Ressa keluar, membawanya ke taman belakang yang cukup sunyi.

Sesampainya di sana, Nathan melepaskan genggaman dari tangan Ressa. Sedangkan Ressa, ia hanya bisa menunduk, menahan sakit yang menjalar di pipinya.

Tangan Nathan meraih dagu Ressa hendak melihat luka di pipinya, namun dengan cepat Ressa tangkis. Ia tak sudi jika laki laki bejat di depannya ini menyentuh dirinya walau sedikit pun.

"Apa sekarang lo puas?" tanyanya tetap menunduk dengan suara lirih

Karena tidak terdengar respon apa apa, akhirnya Ressa mengangkat wajahnya, menatap dalam manik mata lelaki itu.

"Apa sekarang lo puas?? Lo seneng??? Lo bahagia lihat gue kayak gini hah???" ucapnya penuh emosi sambil meneteskan air mata

Nathan sungguh terkejut melihat gadis di depannya, ia tak tega. Wajahnya benar benar sangat pucat, di kedua pipinya terdapat bekas tangan yang menjiplak sangat merah, mukanya merah padam menunjukan bahwa ia sedang emosi tinggi.

"Apa salah gue sama lo, tuan Nathan Alfonzo Salvatore seorang most wanted di sekolah ini? Apa kesalahan yang bikin lo lakuin ini semua sama gue? Apa hah apa?" lirihnya

"Kenapa diem? Harusnya lo tersenyum bangga lihat gue hancur kayak gini. Harusnya lo tepuk tangan atas keberhasilan para pengabdi lo yang wakilin dendamnya sama gue."

"Semenjak kenal sama lo, hidup gue jadi gak tenang, musuh ada di mana mana. Gue gak bisa sebebas dulu lagi. Gue nyesel udah kenal sama cowok kayak lo." tangisnya semakin pecah

Semilir angin yang menerpa menambah kesan dramatis antara Nathan dan Ressa, ditambah lagi di taman itu hanya ada mereka berdua.

"Hal yang paling gue sesalin seumur hidup  adalah gue bisa se sayang dan se cinta ini sama lo. Gue bener bener nyesel biarin rasa ini tumbuh buat orang kayak lo." tuturnya dengan suara yang makin lirih

Wajahnya semakin pucat, tak lama kemudian darah segar mengalir dari hidungnya, sontak membuat Nathan khawatir terhadap Ressa.

Ia meraih wajah Ressa hendak mengusap darah di hidungnya, namun lagi lagi Ressa menyangkal tangannya.

"Hidung lo berdarah." ucapnya lembut

"Kenapa? Bukannya ini hal yang paling lo suka? Lihat gue menderita kan!"

"Itu darahnya banyak, nanti lo kenapa- kenapa."

"Apa peduli lo sama gue hah? Gak usah belagak khawatir padahal di lubuk hati lo bersorak riang. Darah ini?" ia mengusap kasar darah di hidungnya "Darah ini gak seberapa dibanding rasa sakit yang hati gue alamin!"

Nathan menelan saliva nya susah payah. Apa iya dia sejahat itu kepada Ressa?

"Res lo pucat!"

"Seandainya gue mati pun lo gak akan pernah peduli!"

Ressa beranjak pergi dan meninggalkan Nathan di sana. Tapi lagi- lagi kepalanya terasa berat sekali, matanya berkunang- kunang, tubuhnya sangat lemas.

"Res." ia menyentuh pundak Resaa

"Jangan sentuh gue!"

Dengan sekuat tenaga Ressa mulai berjalan menjauhi Nathan, baru beberapa langkah ternyata ia tak kuat lagi, badannya ambruk ke bawah di sertai darah yang masih setia mengalir di hidungnya.

Nathan sangat terkejut, ia menggendong Ressa ala bridal style menuju UKS.

Di tengah perjalanan, mata Ressa samar- samar terbuka. Ia melihat wajah orang yang sedang membawanya. Saat mengetahui itu adalah Nathan, ia ingin sekali berontak meminta dilepaskan namun sayangnya Ressa tak punya cukup tenaga, bahkan ia kembali pingsan tak sadarkan diri.

"Res, gue minta maaf." ucapnya lirih

***

Yeyy akhirnya kelar jugaaa. Nathan itu gimana sih? Kayanya dia labil banget. 😹😹😽

The Cogans Maniac [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang