Chapter 45

198 17 0
                                    

~Flash back off

Setelah acara dinner nya dengan Nathan, Ressa langsung diantar pulang ke apartemennya. Sepanjang perjalanan tak ada percakapan apapun. Setiap Nathan ingin memulai pembicaraan namun Ressa tetap saja tak bergeming.

Saat sampai di depan apartemen pun ia tak berbicara sepatah kata pun kepada Nathan. Sebenarnya Nathan melakukan kesalahan apa sampai membuat Ressa mendiamkannya seperti itu.

***

"Res kamu sebenernya kenapa sih? Tadi pagi juga kok kamu berangkat duluan?" tanya dengan raut bingung

Ressa masih tak bergeming dari tempatnya, "Sorry." jawabnya dingin

"Kamu kenapa Res? Aku bikin salah ya? Aku minta maaf, tolong jangan kayak gini."

"Kayak gini gimana sih hah? Udah dibilangin gue gak papa ya gue gak papa, berisik banget lo jadi cowok!" teriaknya dengan suara lantang

Cukup sudah Nathan menahan emosinya, ia benar-benar hilang kesabaran.

"Aku cuma nanya apa yang sebenarnya terjadi sama kamu, tapi kamu jawabnya malah kayak gini. Aku daritadi berusaha sabar ya ngadepin kamu, tapi kamu malah ngelunjak." ucapnya sambil tersenyum miring

"Arrgghhhh gue pusing! Bisa gak sih lo ngertiin gue kali ini aja, plis Than otak gue lagi gak sinkron sama hati. Gue cuma minta lo jangan terlalu ikut campur dulu sama hidup gue!"

Nathan tercengang mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ressa, lalu beberapa detik kemudian ia tertawa hambar, "Hahaha oke kalo itu mau lo! Mulai sekarang gue gak akan ikut campur lagi sama kehidupan lo." ucap Nathan tajam lalu berlalu meninggalkan Ressa yang masih mematung.

"ANJING!" geramnya dengan frustasi

"Cewek itu gak boleh ngomong kasar." ucap seorang lelaki di belakang Ressa.

***

"Eh anjir batagor gue jangan dimakan goblok!" pekik Kennard saat Raymond memakan makanannya

"Itu minuman gue!" tegas Veno saat Raymond berusaha mengambilnya

"Rarai anjing ih!" timpal Kennard yang langsung mendapatkan toyoran keras di kepalanya

"Sakit kepala dedek."

"Alay!"

"Si Lexi sama si Lucas kemana cuy?"

"Si Lexi palingan juga ngapel sama si Rena."

"Kalo si Lucas?"

Raymond memutar bola matanya malas, "Gue bukan emaknya nyet!"

"Berti lu bapaknya!"

"Bukan juga sempak!"

"Berti lu abangnya!"

"Ya bukan lah babon!"

"Berti lu-"

"Ngomong sekali lagi gue timpuk pake sepatu!"

"Gak asik lu coy ah!" Kennard mengerucutkan bibirnya

"Jijik anying! Woy Ven, si Nathan ngapa diem mulu sih?"

"Tanya orangnya langsung." jawabnya tanpa menoleh ke arah Raymond

"Ckk! Than lu kenapa diem diem bae, ngopi apa ngopiiii."

"Berisik upil anoa!" jawab Nathan lalu berdiri dan meninggalkan mereka semua

"Apa salah Rarai ya Alloh, mengapa mereka semua dzalim kepada hamba yang tak bergelimang dosa ini." Raymond mengelus dadanya sabar

***

Kakinya melangkah menuju taman belakang sekolah. Entah dorongan apa yang berhasil membawanya ke sini. Yang jelas seperti ada sebuah magnet yang menariknya ke tempat ini.

"Tapi gue gak bisa!" ucap seorang perempuan yang sedang duduk berdua bersama sang lelaki

"Kamu pasti bisa. Apa kamu gak inget sama janji kamu hah?"

"Sekarang sama dulu itu beda. Dulu gue masih kecil dan gak ngerti sama sekali tentang cinta. Tapi sekarang, gue udah tahu dan paham arti dari cinta itu apa. Gue udah punya pacar dan gue bener-bener sayang sama dia!"

"Lo harus putusin Nathan, Cia!" sentaknya

"Tapi gue gak bisa Em, gue sayang sama dia."

"Dari dulu gue mati-matian nyari keberadaan lo bahkan sampai gak pernah pacaran karena gue mau lo yang jadi pacar pertama gue. Tapi apa? Setelah kita ketemu, ini balesan yang harus gue dapat hah?"

"Gue minta maaf." lirihnya

"Cia, rasa sayang gue gak pernah berkurang sedikit pun sama lo. Dari dulu gue gak pernah rasain bahagia sama seorang cewek. Gue mohon, jangan buat gue semakin berlarut lagi dalam kesendirian."

"Tapi gue pacar sahabat lo Em." ucapnya dengan suara parau

Tiba-tiba saja Lucas langsung menarik Ressa ke dalam pelukannya. "Gue yang lebih dulu kenal lo sebelum Nathan, Cia. Tolong jangan bikin gue semakin menderita. Hilangnya lo dari hidup gue bener-bener buat gue frustasi, jangan pergi lagi, gue mohon." lirihnya dengan nada tertahan. Tak lama kemudian Ressa pun membalas pelukannya dan terisak di dadanya.

Sementara seseorang yang daritadi bersembunyi di balik pohon besar hanya bisa mematung menyaksikannya, merasakan sesak yang menjalar sampai ke tubuhnya. Hatinya sakit bagai teriris pisau yang tak henti-hentinya mengikis. Ia hanya mampu tersenyum getir saat melihatnya, dan tak lama kemudian ia pun segera pergi dari sana. Tak tahu menuju kemana, namun sepertinya kaki orang itu melangkah ke arah rooftop.

***

The Cogans Maniac [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang