Chapter 49

140 17 6
                                    

Kini mereka hanya bisa mematung mendengar penjelasan dari Nathan. Badan Ressa ambruk ke bawah, membiarkan lututnya bertabrakan dengan rumput liar di taman ini. Air matanya tak berhenti mengalir, mengeluarkan suara yang begitu memilukan.

"Res gue-"

"Puas lo sekarang?" tanyanya dengan suara sangat pelan namun tegas

"Gue gak tahu kalo Nathan-"

Lagi-lagi Ressa menyela ucapan Lucas, "Dimana hati lo Cas? Lo masih punya hati kan? Lo masih punya perasaan kan?"

"Gue-"

"Kenapa lo tega sama sahabat lo sendiri? Kenapa lo bisa se egois itu?"

"Ressa-"

"Gue pikir lo tetep sahabat gue yang dulu, ternyata bukan. Lo itu jahat Cas, lo egois, lo gak punya hati."

"Res gu-"

"Gue kecewa sama lo, gue-"

"Gue mau ngomong anjing! Lo jangan motong terus ucapan gue!" tanpa sadar Lucas membentak bahkan mengucapkan 'anjing' kepada Ressa. Sedangkan Ressa, ia terkejut, badannya menegang saat Lucas untuk pertama kali membentaknya.

"Maaf Res gue gak maksud bentak lo. Tadi gue kelepas-"

"Pergi!"

"Tapi Res-"

"GUE BILANG PERGI!" teriaknya dengan terus meneteskan air mata

"PERGI SELAMANYA DARI HIDUP GUE! JANGAN PERNAH LAGI MUNCUL DI HADAPAN GUE! GUE BENER-BENER KECEWA SAMA LO! KALO BOLEH MILIH, LEBIH BAIK GUE GAK PERNAH KENAL SAMA COWOK KAYAK LO, GUE NYESEL PERNAH JADI SAHABAT SEKALIGUS JADI PACAR LO! GUE KECEWA SAMA LO, GUE BENCI BANGET SAMA LO, DAN GUE GAK PERNAH MAU LAGI LIHAT LO ADA DI SINI! MULAI SEKARANG KITA PUTUS! GUE GAK PUNYA PERASAAN APAPUN SAMA LO! DETIK INI JUGA LO PERGI DARI SINI DAN JANGAN PERNAH BALIK LAGI!"

Sakit. Rasanya sangat sakit mendengarkan sebuah ungkapan yang langsung menohok ke dalam relung hatinya. Kata-kata yang tak ia sangka bisa keluar dari mulut sang gadis yang sejak dulu di sayanginya. Namun apa yang bisa ia lakukan? Diam. Hanya diam karena ungkapan itu memang fakta yang tak bisa ia sangkal.

Lucas tersenyum tipis menyembunyikan perasaan sesak yang kini membeludak di hatinya, "Baiklah gue bakalan pergi sesuai keinginan lo Cia. Gue cuma mau jelasin satu hal, dari awal gue gak tahu kalo Nathan putusin lo demi gue, gue gak tahu dia sampe rela lakuin itu demi kebahagiaan gue. Tahu kok gue emang egois sama Nathan, gue gak pernah mikirin gimana perasaan dia, gue gak pernah mikirin perasaan sahabat-sahabat gue."

Lucas tertawa hambar, "Apa gue bilang? Sahabat? Hahaha rasanya kata itu gak pantes buat gue ucap, mana mungkin mereka masih nganggap gue sebagai sahabat, yang ada mereka benci banget dan mandang gue sebagai penghianat."

"Gue minta maaf terlalu maksain supaya lo jadi pacar gue, tapi tenang aja janji yang dulu dibuat udah lo penuhin kok. Oh ya dan gue juga minta maaf kalo selama ini lo gak pernah mau sahabatan sama gue bahkan sampai buat lo nyesel, mungkin karena gue terlalu maksa kali ya. Makasih juga buat penilaian lo tentang gue Res, mungkin selama ini hal yang gue lakuin gak pernah dianggap baik sama lo, ternyata di mata lo gue itu selalu buruk."

"Gue juga bakal minta maaf sama Nathan sebelum pergi dari kehidupan kalian. Oke, kalo gitu gue pamit. Sekali lagi maaf karena selalu bikin lo kecewa, makasih juga buat waktu sementara yang membuat gue bahagia karena lo Cia, sahabat masa kecil gue." lalu Lucas pun berjalan menjauh dari Ressa yang tetap bergeming di tempatnya.

"Apa lagi yang udah lo perbuat kali ini Ressaaaaaaaa?" geramnya pada diri sendiri

Tanpa sadar, seseorang menepuk pundaknya pelan.

Ressa mendongak menatapnya, tak lama kemudian ia bangkit dan mengusap air matanya, "Kak Veno, eh ada apa?" tanyanya dengan memberikan senyum manis

"Gak papa?"

Resa menaikkan salah satu alisnya, "Maksudnya?"

"Lo gak papa?"

"Hahaha emang kenapa? Gue gak papa kok kak." Ressa tertawa renyah di depan Veno

"Gue udah denger semuanya. Jadi lo gak perlu pura-pura ketawa tanpa beban di hadapan gue."

Ucapan Veno membuat tawa Ressa berhenti, lalu cairan bening itu kembali mengalir dari matanya, ia menghempaskan badannya ke bawah seperti semula.

"Lucas pergi gara-gara gue. Nathan berubah gara-gara gue. Persahabatan kalian ancur juga gara-gara gue. Semua ini salah gue, gak seharusnya gue hadir di tengah-tengah kehidupan kalian." Ressa semakin menangis dengan histeris.

Tak lama kemudian Veno pun ikut duduk di bawah dan langsung menarik Ressa ke dalam pelukannya. Sontak Veno shock dengan tindakannya, tangannya seperti bergerak sendiri, jantungnya berdegup sangat kencang karena ini adalah kali pertama ia memeluk perempuan. Dan perempuan itu adalah Ressa, mantan kekasih kedua sahabatnya.

"Keluarin semua air mata lo kalo itu emang bikin perasaan lo tenang. Silahkan pukul dada gue buat dijadiin pelampiasan semua kekesalan lo. Satu hal yang harus lo tahu Res, ini semua bukan salah lo, kejadian yang nimpa lo dan persahabatan gue adalah takdir dari yang kuasa, jadi stop buat terus nyalahin diri lo sendiri. Gue yakin suatu saat nanti keadaan bakal berubah baik-baik aja seperti semula." Sekali lagi Veno membulatkan kedua matanya shock, ia tak tahu mengapa bisa mengucapkan kalimat panjang itu, sungguh ia merasa aneh dengan dirinya sendiri.

"Yaampun Ven, ada apa sama lo?" tanyanya bingung di dalam hati

"Gue minta maaf, maaf, maaf. Rasanya maaf gue gak akan pernah cukup buat ngembaliin keadaan seperti semula."

Veno hanya bisa memeluk dan mengelus rambut Ressa dengan tangan gemetar.

"Jantung ih udahan dong jangan lari marathon mulu, entar kalo Ressa denger bisa berabe astagfirullah yaalloh subhanalloh." batinnya menggerutu

-o0o-

Veno ishh apaan sih anak orang lagi sedih malah sibuk sama keadaan jantungnya sendiri:v

The Cogans Maniac [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang