Chapter 38

231 18 0
                                    

Setelah sampai di rumah Rena, Lexi memencet bel. Lalu seorang perempuan paruh baya keluar. Yaa dia adalah bi 'Atun pembantunya Rena.

"Eh den Lexi. Nyari non Rena ya?"

"Iya bi, Rena nya ada kan?"

"Ada kok. Sebentar ya biar bibi panggilin, mari masuk dulu den."

Lexi menunggu di sofa ruang tengah. Tanpa di bimbing ia sudah tahu seluk beluk rumah Rena.

"Ekhem."

Lexi memutarkan badannya menghadap asal suara itu, ia yakin bahwa itu adalah Rena.

"Ren."

Saat berbalik, Rena terkejut melihat pelipis Lexi terluka seperti sayatan, dan pakaian yang Lexi kenakan basah bahkan sedikit kotor. Ia khawatir, namun ia juga harus berpura pura acuh terhadap Lexi.

"Ada apa?" ketusnya

"Aku mau minta maaf sama kamu Ren." ucapnya lembut sambil tersenyum

"Oh. Katanya lima menit, ini udah 15 menit loh! Kalo gak bisa nepatin makannya gak usah bilang janji."

"Iya maafin aku Ren, tadi aku udah ngebut kok ngebut banget malah, tapi pas di jalan ada -emm ada sedikit hambatan." lirihnya

"Oh iya ini martabak coklat kesukaan kamu. Maaf kalo bentuknya jadi rada penyok atau gepeng, bahkan jadi gak rapi." lanjutnya

Rena mengambil bungkus martabak itu lalu membukanya, alangkah terkejutnya ternyata martabak itu sangat acak-acakan, coklatnya berteteran di mana mana. Mungkin karena tadi ikut tertindih motor sepertinya.

"Apaan nih, kamu nyuruh aku makan martabak kayak gini?" ia menunjukkan bungkus martabak itu di depan wajahnya

"Ma- maaf Ren. Yaudah nanti biar aku beliin lagi yang baru."

Rena melempar martabak itu sekenanya di atas meja. Jujur sebenarnya ia tak ingin melakukan itu tapi egonya lebih besar untuk memberi pelajaran terhadap Lexi.

"Udah kan cuma itu aja? Mau ngapain lagi di sini?" sinisnya

"Aku juga mau minta maaf tadi sore gak jemput kamu, aku bener-bener gak inget dan aku ketiduran. Ak-"

"Terus?"

"Aku bener-bener minta maaf Ren. Tadi kamu pulangnya gimana? Ada taksi atau angkot? Atau ada yang jemp-"

"Aku bareng sama kak Bagas!"

Deg. Hati Lexi mencelos seketika. Badan yang sudah lemah menahan rasa sakit di lukanya semakin melemah saat tahu Rena pulang dengan siapa.

"Bagas kakaknya temen kamu? Yang tadi pagi itu?"

"Heem."

"Oh gitu, syukur deh."

"Masih ada yang mau di omongin?"

"Nggak. Aku cuma mau minta maaf sama kamu. Besok pagi aku jemput ya."

"Besok Bagas mau jemput, tadi aku mau nolak tapi gak enak soalnya dia udah bantuin aku."

"Oh. Yaudah aku pulang dulu!" pamitnya disertai senyuman manis -ralat itu hanya sebuah senyuman palsu untuk menutupi rasa sakit yang hatinya rasakan.

Lexi memutar badannya hendak keluar dari rumah Rena. Dengan kekuatan penuh ia berjalan melewati tubuh Rena.

Rena heran mengapa Lexi berjalan dengan kaki terpincang seperti itu, sebenarnya dia kenapa?

"Lex kaki kamu kenapa?" tanyanya lembut

"Gak papa."

Setelah sampai di luar, Lexi segera menaiki motornya dengan perlahan.

"Kamu gak pake helm?"

"Nggak."

"Kenapa?"

"Lupa, tadi aku buru-buru ke rumah kamu soalnya khawatir banget dan gak sempet bawa helm."

"Loh nanti kam-"

"Aku duluan. Selamat malam, sayang." Lexi melenggang pergi, ia benar-benar tak tahan lagi menghadapi ini semua

Lexi berhenti di sebuah gang kecil yang sangat sepi. Ia menghubungi Kirei -musuh bebuyutan Nathan andthechik.

"Halo?"

"..."

"Iya lo cepetan ke sini, tangan gue udah gatel pengen adu jotos!"

"..."

"Terserah lu mau bawa siapa juga!"

"..."

"Gak usah banyak bacot anjing, cepetan dateng kalo lo emang cowok!" Lexi mematikan teleponnya sepihak

===

Sepuluh menit sudah Lexi menunggu dengan perasaan yang tak kunjung tenang. Akhirnya Kirei pun datang bersama geng nya.

"Banci anjing!" gumamnya

"Ada ap-"

"Bugh!" sebuah pukulan keras mengenai wajah mulus Kirei

"Lo lama anjing!" teriaknya

Bugh.. Bugh.. Bugh..

Melihat Kirei yang terus mendapat serangan, teman-temannya pun tak tinggal diam, mereka menarik dan menahan tubuh Lexi.

"Lepasin gue anjing!" teriaknya

Kirei memberikan instruksi agar mereka melepaskan Lexi. Ini adalah urusannya jadi yang lain tak usah ikut campur.

Bugh.. Satu pukulan mengenai mulut Lexi, bibirnya sobek dan darah segar mengalir di sana.

"Lo kenapa sob tiba-tiba pengen fighting sama gue?"

"Alahh gak usah bacot mulu anjing!"

Akhirnya adu jotos pun benar-benar terjadi antara Lexi dan Kirei. Keduanya sudah saling bonyok dan berlumur darah, namun tak ada yang berhenti, bahkan teman Kirei pun tak berani untuk memisahkan.

Merasa Kirei sudah sangat kehabisan tenaga, akhirnya ia merebut tongkat baseball yang dipegang salah satu temannya.

"Tenaga gue udah mau abis, sorry bro gue mukul lo pake tongkat ini, gue gak mau kalah dan terlihat lemah di depan lo!"

"Anjing lo dasar banci!"

"Gak usah banyak bacot, nih rasain!"

Kirei memukul perut Lexi menggunakan tongkat baseball, dilihatnya Lexi masih bertahan ia langsung memukul punggungnya sampai Lexi benar-benar tersungkur ke jalanan. Tak hanya sekali, namun tiga kali Kirei memukul punggung Lexi.

Saat Lexi terkapar tak berdaya, Kirei menarik rambutnya, "Kalo lo gak bisa ngalahin gue, jangan sok- sok an manggil gue ke sini, lemah!" bisiknya

Lalu Kirei dan geng nya melesat pergi sebelum ada orang yang melihat.

"Gue.sayang.sama.lo.Rena!" lirihnya sebelum Lexi hilang kesadaran. Ia sudah tak tahan lagi, luka di tubuhnya sangat banyak, bahkan darah berceceran di mana-mana.

===

The Cogans Maniac [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang