Chapter 39

273 19 0
                                    

"Ih Nathan geli, gak usah banyak tingkah deh kalo nyetir ya nyetir aja jangan sambil pegang tangan!"

"Apa sih sayang, jangan belagak biasa aja sikapnya, kelihatan tuh di spion pipinya lagi merah."

"Huu dasar. Lepasin tangan aku Than."

"Kenapa?"

"Lepasin dulu aja apa susahnya sih!"

Nathan pun melepaskan genggaman tangan Ressa, ia kembali fokus menyetir.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba saja sebuah tangan memeluk Nathan dari belakang, memberi kehangatan di tengah dinginnya angin malam. Tak hanya itu, Ressa menyenderkan kepalanya di bahu Nathan. Nyaman. Itu yang mereka berdua rasakan.

"Kamu tahu gak apa yang aku takutin selama ini?" tanya Ressa

"Apa emangnya? Takut kehilangan aku yaa?"

"Gak cuma itu, aku takut perlahan-lahan perhatian kamu mulai berkurang dan rasa sayang kamu mulai menghilang." lirihnya

"Gak akan Res, itu gak akan pernah terjadi."

"Dulu dia juga bilang kayak gitu, tapi apa? Ujung- ujungnya tetep aja ninggalin."

"Ditinggalin pas lagi sayang sayangnya itu lebih sakit daripada kepeleset di kamar mandi Than." lanjutnya

"Tetep sakitan di php in pas lagi baper-baper nya."

"Pengalaman ya?"

"Bukan pengalaman, orang aku yang selalu lakuin itu sama cewek. Hehehh!"

"Apa kamu juga lakuin hal itu sama aku? Setelah kamu buat aku terbang setinggi langit, kamu bakal jatuhin aku serendah mungkin, gitu Than?"

"Nggak Res aku gak bilang kayak gitu. Aku gak akan lakuin itu sama kamu, kamu itu beda dari yang lain. Kamu bisa luluhin kerasnya hati aku, kamu bener bener bikin aku jatuh cinta Ressa, perasaan ini bukan cuma main main."

"Apa kamu janji gak akan pernah ninggalin aku?"

"Aku gak bisa maen asal ngucap kata janji, tapi sebisa mungkin aku berusaha buat buktiin ucapan aku sama kamu."

"Aku takut kamu bohongin aku Than." lirihnya sambil mempererat pelukan

"Gak akan Ressa." ucapnya meyakinkan

"Than Nathan itu di depan apaan? Kayak orang yang pingsan gitu!" ucap Ressa sambil menunjuk ke arah seberang

"Gak tahu. Kita samperin ya, siapa tahu butuh bantuan."

"Eh jangan Than, nanti kayak di film-film itu trik perampok yang pura-pura pingsan di tengah jalan, terus pas ada yang nolongin temen- temennya datang dan mereka ngepung kita, terus kalo nggak dirampok aja ya kitanya dibunuh. Udahlah mending kita pulang aja ya, di sana sepi banget gila!"

"Jangan gitu Ressa, kita harus bantuin orang lain. Tenang aja ada aku, kamu pasti aman."

Motor Nathan perlahan-lahan mendekat ke sana. Sepertinya ia mengenal motor itu, bahkan postur orang yang sedang tergeletak sambil telungkup itu ia seperti mengenalnya.

"Than jangan turun!"

"Bentar Ress, kayaknya aku kenal sama orang ini."

Nathan membalikkan tubuh orang itu, mereka berdua sangat terkejut ternyata orang itu adalah Lexi. Oh Tuhan, wajahnya benar-benar sudah tak berbentuk, memar dan darah bercampur menjadi satu. Nathan dan Ressa tak sanggup melihat keadaan Lexi.

Akhirnya mereka pun berniat membawa Lexi ke rumah sakit. Tapi bagaimana caranya, Nathan kan naik motor.

"Gimana caranya bawa Lexi ke rumah sakit?" tanya Nathan

The Cogans Maniac [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang