Suara ayam sudah mulai saling bersahutan berkokok, menandakan bahwa Matahari sudah mulai memperlihatkan diri.
Azyla, gadis sederhana yang menggunakan selimut tipis seadanya itu mulai terbangun dari tidurnya. Gadis itu mengerjapkan matanya lalu melihat jam yang ada diatas nakas.
Gadis itu segera bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Karna ini adalah hari libur, Azyla akan menggunakan waktunya untuk membereskan rumah. Baginya, tak apa rumahnya ini jelek dan reot, asalkan selalu dalam kondisi yang bersih.
"Kemana pergi nya pria itu?" Gumam Azyla bingung ketika mendapati sofanya sudah kosong dengan bantal dan selimut yang tersusun rapi.
Azyla tak ambil pusing tentang hal itu, ia melanjutkan langkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Selang beberapa menit, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan menggunakan pakaian santai rumahan dengan rambut yang masih basah. Ia berjalan mendekati jendela, ia menghela nafas ketika melihat penjaga didepan rumahnya tak berkurang satu pun. Bahkan bertambah. Ia merasa tak enak hati jika ada tetangga nya yang teranggu akan para penjaga itu.
Azyla menghela nafas lalu segera menuju kamarnya untuk mengeringkan rambut dan bersiap untuk sarapan. Didalam benaknya sudah terbayang sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi yang ditambah kan dengan irisan timun.
Azyla tersenyum membayangkan makanan itu, gadis itu mengayunkan kakinya menuju dapur dengan niat untuk memasak sarapan yang sudah terbayang dibenak nya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Wildan sedang menata makanan diatas meja makan nya.
"Kenapa anda_"
"Ayo sarapan. Kamu perlu tenaga untuk membereskan pakaian." Azyla mengerutkan dahinya bingung.
"Apa maksudnya dengan membereskan pakaian? Memangnya saya akan pergi kemana?"
Wildan menyunggingkan seulas senyum tipis karna merasa Azyla sudah mulai bersikap santai padanya. Tidak seperti hari biasanya yang selalu bersikap formal.
"Habiskan dulu makananmu, baru saya akan beri tahu." Azyla duduk di kursi yang berhadapan dengan Wildan. Gadis itu sedikit senang karna sarapan yang Wildan bawakan adalah nasi goreng. Sesuai dengan bayangannya tadi. Sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi yang di tambah dengan irisan timun kini ada di hadapannya dan siap untuk mengenyangkannya.
Selang beberapa menit kemudian, kedua insan itu menyelesaikan makannya yang di akhiri dengan Azyla yang membereskan meja.
Entah kenapa, pagi ini Azyla tidak memberontak atau menolak semua yang Wildan katakan. Gadis itu seperti seorang yang terhipnotis ketika mendengarkan Wildan berbicara.
"Azyla.."
Gadis bersurai panjang itu membalikan badan nya.
"Segeralah bereskan pakaianmu dan beberapa barang penting milikmu. Karna kamu akan tinggal bersama saya, dirumah saya. Saya tidak menerima penolakan dan alasan dalam bentuk apapun. Jadi segera lakukan apa yang saya katakan." Azyla hanya diam dengan wajah terkejutnya.
Gadis itu segera mengeringkan tangan dan mencari Wildan untuk memprotes. Ia tak mengerti kenapa dirinya harus tinggal bersama dengan pria itu. Lagi pula, apa Maksud dan tujuannya Wildan mengajak nya tinggal bersama? Mereka bukan sepasang suami-istri atau pun kekasih.
"Kenapa anda selalu memaksa apa yang anda inginkan kepada saya, pak? Saya bukan robot atau budak. Jadi tidak bisakah anda bersikap selayaknya dosen kepada mahasiswanya dengan normal?"
Rasa kesal Azyla semakin membuncah melihat Wildan yang tidak menanggapinya. Pria itu hanya memasang wajah datar nya dan menyimpan ponselnya kedalam saku celananya.
"Tidak, karna kamu bukan hanya mahasiswi saya, tapi kamu adalah calon istri saya. Jadi sekarang lebih baik kamu cepat bereskan pakaian mu. Kamu harus tinggal bersama dengan saya untuk keamanan dirimu sendiri."
"Tidak!! Saya tidak mau tinggal dengan anda. Memangnya bahaya apa yang mengancam sehingga saya harus tinggal bersama anda? Anda juga tidak bisa memaksakan kehendak anda pada saya." Ujar Azyla dengan suaranya yang mulai keras.
"Baiklah jika begitu, kamu tidak perlu memberskan pakaianmu. Lagipula Saya bisa menyuruh orang lain untuk mengambil barang - barangmu, atau mungkin saya bisa membelikan semua yang kamu butuhkan." Azyla menyipitkan matanya melihat Wildan yang berjalan semakin mendekat.
Gadis itu pun mundur secara perlahan. Saat ia hendak lari menuju kamarnya, Wildan lebih dulu menariknya lalu menggendong tubuh mungilnya itu.
Azyla sempat hanyut akan wangi tubuh Wildan yang begitu menggoda, tapi ia segera sadar dari lamunan nya dan memberontak dengan keras. Hingga beberapa kali ia hampir terhempas ke lantai. Namun, Wildan lebih kuat darinya, hingga gadis itu berhasil dibawa masuk menuju mobil.
"Jangan coba - coba untuk melawan, karna saya tidak akan memberikan kamu kebebasan walaupun sedikit jika kamu masih membangkang." Ujar Wildan dengan nada datar dan tajamnya yang menusuk. Azyla terdiam. Gadis itu menahan amarahnya dan mematuhi perkataan Wildan.
Ia cukup takut akan ancaman pria itu mengingat Wildan adalah pria yang memiliki kekuasaan tinggi. Bukan tidak mungkin baginya mewujudkan apa yang ia inginkan. Maka dari itu, Azyla lebih memilih untuk patuh sementara waktu.
"Jangan takut, saya tidak akan menyakiti kamu. Saya hanya ingin melindungi kamu. Percaya lah Azyla, saya tidak mungkin melakukan hal buruk padamu." Lanjut Wildan.
•|•
Tbc..
----------------___--_--_---_____-----_===__--__---__==----------________------------________---------__------------___--------------_----________------___--------------____-------------______---___---__--_--_-_-_-___--------______--__-----------------_____-------------
19.10.2019
![](https://img.wattpad.com/cover/153900703-288-k605869.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life [REVISI]
RomanceFollow dulu sebelum baca. Dan sedikit peringatan, "CERITA INI BELUM DI REVISI, JADI HARAP SEDIKIT MAKLUM JIKA ADA BAGIAN YANG BRANTAKAN" . . "Jangan pernah sebut anak haram ini milikku." Desis Wildan dengan nada dingin dan tajam. "Tapi sampai kapanp...