BL 🍃 // 011

1.3K 48 0
                                    

Wildan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Azyla. Pria itu tak akan bisa tenang bila belum memastikan keadaan Azyla secara langsung.

Setibanya di depan rumah Azyla, Wildan berbicara kepada kepala pengawalnya untuk memperketat penjagaan. Bila perlu menambah anggota untuk menjaga Azyla.

Wildan membuka pintu rumah Azyla dengan kunci cadangan yang entah dari mana ia dapatkan. Pria itu benar - benar melakukan segala hal untuk Azyla.

Ia tersenyum tipis melihat isi rumah yang tertata rapi pada tempatnya. Ia mulai membayangkan wajah Azyla yang di penuhi keringat ketika membereskan rumah. "Ia pasti sangat cantik jika dalam keadaan seperti itu. Ahh,,, aku tidak sabar untuk menjadikannya istriku." Ujar Wildan lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar Azyla.

Pria itu mengetahui seluruh isi rumah Azyla seolah ia adalah salah satu penghuni dirumah itu. Wildan membuka pintu kamar Azyla dengan perlahan. Pria itu tersenyum lega melihat Azyla yang tidur dengan pulas diatas ranjangnya. Ia mendekati ranjang yang sudah usang itu.

Hatinya seperti tersayat melihat semua barang yang gadis nya gunakan adalah barang lusuh nan usang. Barang yang seharusnya berada pada tempat sampah, tapi malah masih di gunakan oleh Azyla.

"Aku adalah penganggum mu. Tidak kah kau sadari itu? Aku sudah lama mencintaimu. Mencintai dalam diam benar - benar membuat dada ku terasa sesak. Tapi tak apa, tak lama lagi kau akan menjadi milikku. Apapun dan bagaimana pun caranya, kau harus menjadi milikku. Aku sangat mencintaimu, Azyla. Sangat." Wildan mengakhiri kalimat nya dengan mengecup lembut dahi Azyla. Pria itu membenarkan selimut yang di gunakan Azyla dan keluar dari kamar gadis itu.

Ia tak berniat untuk pulang. Ia malah membaringkan tubuhnya di sofa usang milik Azyla. Baru beberap detik saja, tubuhnya sudah terasa sakit berbaring diatas sofa itu. Hal itu membuatnya semakin sedih memikirkan keadaan ekonomi Azyla yang sangat tidak baik.

Tapi Wildan pun salut akan ketegaran gadis nya. Azyla mampu menjalani semuanya dengan tabah. Semua cobaan yang ia dapatkan perlahan melatih dirinya menjadi pribadi yang tanguh.

Lama Wildan berkelana dengan semua pikirannya, hingga rasa kantuk melanda dan ia tertidur dalam posisi duduk bersandar di sofa.

××××

"Kenapa tiba - tiba aku mimpi pak Wildan menyatakan cinta yaa? Astaga... Apa aku sudah gila?" Azyla menggeleng untuk mengusir pikiran bodoh nya.

Gadis itu beranjak dari ranjang menuju dapur. Ia berniat untuk mengambil segelas air putih untuk membasahi tenggorokannya.

Belum sampai langkahnya menuju dapur, gadis itu berhenti. Ia terkejut melihat Wildan yang tidur dalam posisi duduk di sofanya. Yang jadi pertanyaan besar di kepalanya adalah bagaimana dosennya itu bisa masuk kedalam rumahnya?

Sementara, Ia yakin sudah mengunci pintu rumahnya dengan baik sebelum tidur. Walaupun ada banyak pria berpakaian hitam diluar rumahnya yang berjaga.

Gadis itu mendekati Wildan yang terlelap. Wajah polos pria itu ketika tidur terlihat sangat tampan dan lucu. Azyla hampir saja tertawa keras melihat wajah polos Wildan. Setelah sekian detik ia memandangi Wildan, akhirnya gadis itu kembali ke kamar nya dan mengambil bantal serta selimut untuk Wildan.

Wajah polos Wildan mengisyaratkan bahwa ia sangat lelah sampai Azyla tak tega untuk membangunkannya. Gadis itu akan membangunkan Wildan pagi - pagi sekali untuk menyuruhnya pulang dan bertanya maksud dari penjagaan didepan rumahnya. Ia merasa tak enak dengan para tetangga nya.

"Untuk malam ini, saya persilahkan anda untuk tidur disini. Tapi anda harus menjelaskan maksud dari penjagaan didepan rumah saya besok, setelah itu anda harus segera pulang."

Azyla membaringkan tubuh kekar Wildan lalu menyelimuti nya. Ia juga melepaskan dasi dan sepatu pria itu. Selesai dengan Wildan, ia melanjutkan langkahnya menuju dapur dan meneguk dua gelas air putih hingga habis. Ketika hendak kembali ke kamarnya, Azyla tak sengaja mendengar Wildan sedang mengigau.

"Jangan.. Aku mencintai Azyla,, kumohon jangan,, aku sangat mencintainya... Jangan sakiti dia.."

Gadis itu mematung usai mendengar ucapan Wildan dengan suara lemahnya tapi cukup terdengar jelas ditelinga gadis itu. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengar. Semuanya seperti mimpi. Tak mungkin pria sempurna seperti Wildan jatuh cinta padanya.

Azyla tertawa kecil, gadis itu menertawakan dirinya yang terlalu percaya diri. Ia menepis semua pikirkan tentang ucapan Wildan dan kembali ke kamarnya dan melanjutkan tidurnya. Setidaknya, mimpi disaat tidur lebih menyenangkan dibandingkan mimpi disaat sadar.




Tbc...

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1.januari.2019

Bad Life [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang