"Anda baik - baik saja, nona?" Tanya pria berjaket hitam itu seraya memberikannya sebotol air mineral kepada Azyla.
"Ya. Terima kasih karena telah membantu." Ujar Azyla sambil menerimanya botol air minum itu.
"Tidak perlu berterimakasih, ini sudah menjadi tugas saya untuk melindungi anda."
Kedua alis Azyla hampir menyatu karena bingung akan maksud dari pria itu.
"Tugasmu?? Bisa kau jelaskan sesuatu padaku? Aku tidak mengerti apa maksudmu."
"Tidak ada. Ayo saya antar anda pulang. Saya pikir ada baiknya jika nona berganti pakaian dan membersihkan diri di rumah." Pria itu segera mengemudikan mobilnya menuju rumah Wildan.
•|•
"Terima kasih untuk semuanya. Boleh aku tahu namamu? Kurasa kita bisa berteman dengan baik jika kau mau."
" Tentu nona. Saya Arka. Senang bisa menjadi teman anda."
"Baiklah. Aku masuk dulu. Sekali lagi, terima kasih untuk semua bantuan mu. Kau baik sekali." Arka mengangguk untuk menjawab ucapan Azyla.
Tak lama setelah ia melihat Azyla masuk kedalam rumah mewah itu. Ia segera mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. Ia akan memberitahu orang tersebut tentang kejadian hari ini.
•|•
Malam tiba dengan ribuan bintang bertaburan di langit. Ditambah dengan terangnya rembulan semakin menambah keindahan langit malam saat ini.
Namun, indahnya langit malam tak mampu membuat suasana hati seorang gadis menjadi senang. Gadis itu tengah meringkuk di balik selimut tebalnya sambil memikirkan seseorang yang entah bagaimana kabarnya.
Azyla bahkan tak mengerti mengapa bisa seperti ini. Gadis itu terus memikirkan Wildan tanpa henti, ia bahkan berniat untuk tidak keluar dari kamarnya, namun setelah mengingat upaya Meli yang telah menyiapkan makan malam, akhirnya ia pun keluar dan mengajak Meli untuk makan bersama. Setelah makan malam, Meli pulang usai menyelesaikan tugas nya. Dan Azyla kembali menyendiri dikamar.
Lama gadis itu termenung di balik selimutnya. Hingga akhirnya alam bawah sadarnya menjemput untuk bermain didunia mimpinya. Azyla tertidur dengan sangat nyenyak. Mengistirahatkan seluruh anggota tubuhnya yang terasa begitu lelah.
•|•
Dalam pencahayaan yang minim, seorang pria menatap tubuh mungil seorang gadis yang tengah meringkuk dibalik selimutnya. Rasa lelahnya terasa hilang kala melihat gadis yang ia cintai tengah tidur dengan pulas.
Pria bertubuh jangkung itu bergerak mendekati ranjang tempat gadisnya tidur. Dengan senyuman tipis yang menghiasi wajahnya, pria itu semakin terlihat sangat tampan.
Wildan duduk di pinggir ranjang seraya menatap Azyla yang tidur dengan pulas.
"Cantik. Bahkan sangat cantik. Kau tau? Aku sangat mencintaimu. Aku tidak rela jika ada yang menyentuh tubuhmu dengan kasar Azyla. Tapi kenapa? Kenapa kau biarkan mereka menyentuh tubuhmu dengan perlakuan yang tidak pantas? Jika kau tidak berani melawan para gadis sialan itu, maka biarkan aku yang memberikannya hukuman untuk mereka. Aku tak ingin kau diperlakukan buruk lagi oleh tiga gadis iblis itu." Ujar Wildan.
"Cintailah aku sayang, sesegera mungkin kau harus mencintaiku. Karna akan ku pastikan kau akan selalu mendapatkan kebahagian." Lanjut Wildan seraya mengecup dahi Azyla dengan lembut.
Pria itu mulai bergerak dari tempatnya duduk. Ia meletakkan tas kerjanya berserta jas nya di sofa yang ada di sudut kamar Azyla. Wildan berjalan perlahan menuju ranjang empuk yang Azyla tempati. Pria itu akan bergabung bersama dengan Azyla di dunia mimpi. Percayalah bahwa Wildan hanya ingin tidur seraya memeluk gadis yang sangat ia cintai, tanpa sedikitpun hasrat untuk menyentuh Azyla diluar batasnya.
•|•
Tbc..
4 Juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life [REVISI]
RomanceFollow dulu sebelum baca. Dan sedikit peringatan, "CERITA INI BELUM DI REVISI, JADI HARAP SEDIKIT MAKLUM JIKA ADA BAGIAN YANG BRANTAKAN" . . "Jangan pernah sebut anak haram ini milikku." Desis Wildan dengan nada dingin dan tajam. "Tapi sampai kapanp...