"Lihatlah Zyla.. Betapa lucu nya Wildan saat kecil. Kau tau? Paman dan bibinya bahkan sangat suka mencubiti pipi Wildan hingga dia menanggis dan mengandu pada daddy nya." Aletta bercerita dengan sangat antusias.
"Yaa dia memang terlihat lucu. Bahkan sangat lucu."
"Dan ini, lihatlah. Wildan sedang bermain bersama Darren. Saat itu adalah liburan pertama mereka bersama. Yang artinya, itu adalah liburan pertama bagi Darren." Aletta menunjukan foto Wildan dan Darren tengah bermain pasir di tepi pantai.
Azyla tersenyum melihat betapa menggemaskannya Wildan saat kecil. Ia jadi teringat saat Wildan tengah tidur. Azyla baru menyadari bahwa wajah polos nya kala itu, terlihat begitu menggemaskan.
"Berapa usia Darren mom?"
"Usia Darren terpaut 4 tahun dirimu. Dia berusia dua puluh empat tahun. Anak itu sekarang ada di Spanyol. Ahh.. Mommy begitu merindukan tingkah lakunya yang sering kali membuat orang tertawa."
"Kenapa dia ada di Spanyol? Apa dia bekerja di sana?"
"Yaa, dia bekerja sebagai photograper. Entah apa yang membuatnya begitu menyukai kamera. Padahal, ada banyak posisi yang pas untuknya di perusahaan daddy nya ini."
"Dan ini adalah daddy nya Wildan. Pria yang sangat mommy cintai setelah kakek Wildan. Dia adalah pria hebat yang sangat mommy cintai. Bahkan setelah sebelas tahun meninggal, tidak ada satupun yang bisa menggantikan posisinya di hati mommy." Aletta bercerita seraya menatap foto suaminya dengan sedih. Terisrat kerinduan yang teramat di mata indah itu.
"Mommy harus sabar. Zyla yakin, Tuhan telah memberikan tempat terbaiknya untuk suami mommy. Jadi mommy jangan sedih, perbanyak lah berdo'a. Agar nanti kalian bisa bertemu kembali di surga." Aletta tersenyum mendengar ucapan Azyla. Gadis itu pun membalas senyuman Aletta dengan tulus.
"Oh ya Zyla,, dimana Wildan? Apa dia sedang bekerja?"
"Entahlah mom. Saat kita ke mari, dia tidak mengikuti kita. Mungkin saja dia ada kamarnya atau di ruang kerjanya. Atau mungkin di tempat lain."
"Mommy yakin dia sedang bekerja. Anak itu selalu saja bekerja di setiap waktu. Kau tau Zyl.. Wildan itu adalah pria yang gila kerja. Jadi bisakah kamu mengubah nya perlahan? Ajak lah Wildan untuk berlibur, agar dia tidak terlalu stres akan pekerjaan nya yang sangat banyak itu."
"Umhh.. Baiklah mom. Akan ku coba." Jawab Azyla yang tidak sepenuhnya yakin dengan jawabannya.
Aletta tersenyum. Wanita paruh baya itu merasa sangat nyaman berbincang dengan Azyla. Gadis manis ini memang sangat menyenangkan dan nyambung diajak bercerita. Dan hal ini pula lah yang membuat Aletta semakin senang dan menerima Azyla dengan senang hati. Entah datang dari mana keyakinan ini, ia begitu yakin bahwa Azyla dapat mengubah sifat buruk Wildan yang terlalu banyak bekerja. Ia yakin jika Azyla adalah pilihan Wildan yang paling tepat.
"Ah yaa,, apa kau keberatan jika mommy meminta tolong untuk memanggil kan Wildan di ruang kerjanya?"
"Tidak mom, akan Azyla panggilan. Tunjukkan saja dimana ruangan nya."
"Ruangannya ada di atas. Pintu pertama yang kau lihat itu adalah ruang kerjanya Wildan. Pintu berwarna coklat." Azyla mengangguk dan segera melangkah menuju lantai Dua rumah ini.
Gadis itu menaiki tangga dengan jantung yang berdegub kencang. Gadis itu sampai heran kenapa jantungnya bisa berdetak secepat ini.
"Astaga.. Aku masih malu karna kejadian tadi siang. Tapi,, dosen gila itu sepertinya tampak santai. Seolah tak terjadi apapun. Sudahlah.. Lebih baik aku lupakan kejadian itu dan cepat panggil dia." Azyla segera mengetuk pintu yang Aletta tunjukkan sambil menahan degupan jantungnya yang semakin menjadi - jadi.
"Masuk lah." Azyla membuka pintu besar ruangan itu dengan perlauan. Ia masuk dan mendapati Wildan tengah sibuk dengan beberapa lembaran kertas dihadapannya. Gadis itu terpanah melihat wajah Wildan yang begitu tampan dengan kacamata yang bertengger manis membingkai wajahnya.
"Kenapa dia bisa tampan sekali. Jika seperti ini,, tampaknya aku tak bisa lebih lama menahan diri untuk tidak jatuh padanya." Gumam Azyla seraya menatap wajah Wildan.
"Apa aku begitu tampan sampai kau tak bisa mengalihkan pandangan mu?"
"Ap.. Apa Maksudnya? Siapa yang menatap anda? saya tidak menatap anda." Azyla menjawab ucapan Wildan dengan cepat. Sehingga membuat Wildan tertawa.
"Kau tau? Kau itu baru saja mengaku bahwa kau baru saja menatap ku. Jadi ada apa kau menyusul ku kemari? Apa kamu sudah begitu merindukan ku?"
Wildan menarik tangan mungil Azyla agar mengikuti langkahnya menuju sofa di ujung ruangan. Pria itu mengajak Azyla duduk agar lebih enak untuk berbicara.
"Mommy menyuruh saya untuk memanggil anda. Jadi, ayo kita segera turun."
"Gunakan aku - kamu. Aku tidak akan mendengarkan perkataan mu jika kamu masih saja menggunakan kata saya. Sekali lagi kamu menggunakan kata saya, maka akan ada hukuman nya."
"Selalu saja memaksa."
"Jika dengan memaksa aku bisa mendapatkan mu, kenapa tidak?"
Azyla diam. Gadis itu lagi - lagi terpesona melihat senyuman Wildan. Ia tak kuasa menahan detak jantungnya yang kian bertambah dari detik ke detik.
Saking sibuk nya gadis itu menetralkan jantungnya, ia sampai tak sadar jika wajah Wildan berjarak tak jauh dari wajahnya. Jarak wajah mereka hanya beberapa senti saja.
"Kau tau? Aku tidak akan pernah puas. Jika aku adalah yang pertama, maka aku ingin mengambil yang kedua." Pria itu lantas menempelkan bibirnya pada bibir Azyla.
Awalnya memang hanya menempel. Namun lama ke lamaan, Wildan mulai menggerakan bibirnya. Pria itu terus berusaha untuk membuka bibir Azyla agar lidah nya bisa masuk dan mengabsen setiap gigi gadis itu.
Tapi saat Azyla mulai sadar, gadis itu tau bahwa ini adalah kesalahan. Maka dari itu, ia segera mendorong tubuh Wildan agar menjauh dari nya. Ia menghirup udara sebanyak mungkin, nafas nya sesak karna Wildan tak memberikan jeda untuknya mengambil nafas.
"Dasar pemaksa yang mesum." Azyla segera pergi meninggalkan Wildan yang tersenyum bahagia. Pria itu tak merasa bersalah walau sedikit. Ia bahkan senang karna bisa kembali mencicipi bibir manis milik gadisnya. Dan Wildan tidak bodoh untuk mengetahui bahwa sebenarnya Azyla juga menikmati sentuhannya, hanya saja, sepertinya ada hal yang terus saja menjadi pengalangan bagi gadis itu untuk menikmati sentuhannya.
•|•
TBC..
24.6.19
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life [REVISI]
RomanceFollow dulu sebelum baca. Dan sedikit peringatan, "CERITA INI BELUM DI REVISI, JADI HARAP SEDIKIT MAKLUM JIKA ADA BAGIAN YANG BRANTAKAN" . . "Jangan pernah sebut anak haram ini milikku." Desis Wildan dengan nada dingin dan tajam. "Tapi sampai kapanp...