Follow dulu sebelum baca.
Dan sedikit peringatan, "CERITA INI BELUM DI REVISI, JADI HARAP SEDIKIT MAKLUM JIKA ADA BAGIAN YANG BRANTAKAN"
.
.
"Jangan pernah sebut anak haram ini milikku." Desis Wildan dengan nada dingin dan tajam.
"Tapi sampai kapanp...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
Wildan sudah pergi melakukan perjalanan bisnisnya sejak kemarin. Hari ini, Azyla hanya bersiap untuk mengantarkan skripsinya yang sudah ia cetak ulang dengan sangat rapi. Azyla pun teringat akan amplop yang diberikan orang suruhan Jack saat itu. Hingga saat ini, ia belum membuka amplop itu, ia hanya menyimpan nya dan fokus melayani semua keperluan Wildan.
Wanita itu sengaja tidak memberitahu kan hal ini kepada Wildan, ia takut akan terjadi keributan sebelum kepergian pria itu. Ia tak ingin Wildan merasa khawatir dengan meninggalkan nya sendirian di rumah. Azyla tidak ingin pikiran Wildan semakin terbebani, biarlah pria itu fokus membereskan masalah yang ada di perusahaan minyak miliknya.
Azyla mengehela nafas, ia berjalan gontai menuju ranjang sambil membawa amplop yang masih terbungkus rapi. Ia bedo'a semoga tidak ada hal buruk di dalam amplop ini, ia tak ingin Wildan marah padanya. Azyla membuka amplop itu dan mendapati beberapa lembar foto. Ada kedua orang tuanya. Lalu foto dua orang anak kecil berlawan jenis tengah tersenyum bahagia sambil memeluk, ia kaget saat melihat anak perempuan difoto itu adalah dirinya saat kecil. Dan yang terakhir, foto kedua orang tuanya bersama dirinya dan seorang anak lelaki yang tampak lebih tua darinya.
Darah Azyla terasa mengalir lebih cepat karena jantung nya yang berdetak tak karuan, ia kaget bukan main. Di tambah lagi dengan isi surat yang semakin membuat jantungnya seakan hendak lepas. Ia jadi teringat akan kejadian yang cukup aneh beberapa waktu lalu. Seorang pria yang tidak sengaja menarik rambutnya saat ia sedang mengantri untuk memesan makanan di kedai FastFood, dan seorang wanita yang tidak sengaja membuatnya terjatuh hingga mengakibatkan lengannya tergores. Luka gores itu tentu saja mengeluarkan beberapa tetes darah meski tidak terasa begitu perih. Saat itu, Azyla sama sekali tidak berpikir macam-macam, sebab di saat kejadian itu berlangsung, wanita yang tak ia kenali itu langsung meminta maaf dan menyeka lukanya dengan helaian sapu tangan. Wanita itu juga hendak membelikan ia beberapa obat untuk membalut lukanya agar tidak infeksi, namun Azyla langsung menolak niat wanita itu mengingat ukuran lukanya yang tidak seberapa.
Sadar jika dua hal itu berhubungan dengan kertas ini, Azyla pun segera menghubungi nomor telpon yang ada didalam amplop itu. Ia tak tau harus bagaimana, yang ia terpikirkan olehnya saat ini hanyalah, ia harus segera kampusnya untuk mengantarkan lembaran kertas skripsinya dan lekas menemui Jack untuk meminta penjelasan tentang semua hal yang terasa sangat membingungkan ini.
•|•
"Nona?" Seorang pria berpakaian serba hitam menghampiri Azyla yang duduk termenung di salah satu kursi yang ada ditaman kampusnya. Pikirannya masih melayang mengenai isi amplop yang ia dapat.
"Ya? Kau orang yang disuruh untuk menjemput ku?"
Pria itu mengangguk. Azyla pun segera berdiri dan mengikuti langkah kaki pria didepannya. Azyla masuk kedalam mobil. Selama perjalanan menuju tempat yang entah dimana, Azyla hanya diam. Ia tak sabar mendengar semua penjelasan dari Jack.
Mobil itu berjalan tanpa terasa, pikiran Azyla hanya tertuju pada bayangan - bayangan masa kecilnya. Dimana saat itu ia terlihat sangat bahagia bermain bersama keluarganya. Azyla teringat bagaimana kala itu ia bermain bersama saudaranya hingga di suatu hari, kejadian yang tidak pernah di inginkan terjadi. Suatu musibah besar menimpa keluarga Azyla dan mengakibatkan meninggalnya orang tua beserta saudaranya.
Kepalanya sakit. Sangat - sangat sakit memikirkan semua ini. Ia tak tau apa maksud dari Jack yang mengiriminya dokumen hasil tes DNA yang menyatakan adanya kecocokan diantara mereka. Jack bukan lah nama dari kakaknya, nama kakak kandungnya yang hilang adalah Giovano. Tapi Azyla tidak bisa memastikan apakah Gio dan Jack adalah orang yang sama atau tidak karna ia pun tak bisa mengenali wajah Gio diusia saat ini. Saat kecelakaan mengerikan itu terjadi, Azyla masih sangat kecil, dan Gio pun baru berusia dua belas tahun. Dari yang ia tau, jasad Gio memang tidak ditemukan. Tim pengevakuasi mengatakannya jika jasad Gio berkemungkinan telah hangus dilalap api yang berkobar membakar mobil bus itu. Kemungkinan yang di katakan oleh orang - orang saat itu adalah Gio kembali masuk ke dalam Bus usai mengeluarkan Azyla, dan saat ledakan terjadi, Gio sudah tidak sempat lagi untuk keluar dari Bus karena ia belum berhasil menarik keluar kedua tubuh orang tuanya keluar dari Bus.
Memikirkan ini semua membuat kepalanya semakin sakit. Seperti ada satu ton batu yang bertumpuk diatas kepalanya.
"Nona, kita sudah sampai." Ujar pria yang mengemudikan mobil itu bersamaan dengan terbukanya pintu mobil.
Azyla tersentak kaget, ia terlalu larut dalam pikirannya hingga tak sadar jika mobil sudah berhenti. Azyla mengehela nafas lalu mengumpulkan seluruh tenaganya untuk menemui Jack. Sungguh ia sudah tak sabar ingin mendengar semua penjelasan Jack tentang masalah ini.
•|•
. . . . . . . TBC 💕💕💕 27 November 19
. . . . . Hai gais, maaf ya aku lama updatenya, kesehatan aku menurun jd gak bisa nulis. Gak konsen dan ga ada ide buat nulis hehehe.
Jangan lupa tinggalin vote dn komen yaw ❤️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.