BL 🍃// 027

842 27 0
                                    

🎶 : camila cabello - never be the same

Jangan lupa vote yaa💕💕
---------------------------

Pagi tiba dengan sejuta harapan baru.
Memberikan kesempatan bagi semua orang untuk memperbaiki yang lalu dan mempersiapkan masa depan agar menjadi lebih baik.

•|•

"AAA!!!!!!"

Azyla memekik kencang karena menemukan Wildan yang terlelap tepat disampingnya. Bahkan tangan pria itu memeluk perutnya yang rata.

"Astaga Azyla,, kenapa berteriak? Kalau mau membangunkan ku, jangan seperti ini sayang." Ujar Wildan dengan suara seraknya yang terdengar begitu seksi.

"Apa yang kau lakukan??!! Astaga..."

"Aku tidak melakukan apapun. Kau tenanglah. Aku benar-benar hanya tidur disamping mu. Tidak lebih" Ucap Wildan yang masih menutup matanya.

"Bangun!!! Cepat pergi dari sini! Kau menyebalkan!!!" Ujar Azyla seraya memukuli tubuh kekar Wildan dengan bantal.

"Hei..." Wildan menahan tangan Azyla agar berhenti memukuli tubuhnya. "Aku baru pulang semalam. Apa kau tidak merindukan ku?? Ayolah Azyla... berbaringlah dulu disini."

Azyla hanya diam saat Wildan menuntun tubuhnya agar berbaring disamping pria itu. Gadis itu sibuk menetralkan detak jantungnya.

"Bagaimana kabarmu selama seminggu ini? Tidak kah kau merindukanku? Aku sengaja tidak memberi kabar padamu. Aku ingin tahu apakah kau akan merindukan ku atau tidak. Yang pasti saat ini, aku yang sangat merindukan mu. Bahkan aku hampir gila karna ingin segera bertemu denganmu. Bagaimana denganmu? Kau merasakan hal yang sama?" Tanya Wildan seraya mengelus rambut Azyla dengan sangat lembut.

Sementara Azyla, gadis itu masih sibuk dengan detak jantungnya, dan ada sedikit rasa senang ketika mengetahui bahwa Wildan sangat merindukan dirinya. Itu artinya, selama seminggu ini, ia tidak merindu sendiri.

"Kenapa tersenyum? Kau juga merindukan ku yaa?"

"Tidak." Bohong Azyla. "Sudah sana keluar. Kau harus mandi. Pagi ini, aku yang akan membuatkan sarapan untukmu." Gadis itu segera melepaskan diri dari dekapan Wildan. Ia segera mengambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi dengan tersenyum bahagia.

•|•

"Bagaimana rasanya?" Tanya Azyla saat Wildan tengah melahap nasi goreng buatannya.

"Enak. Kau memang pandai dalam hal dapur. Tak sia-sia aku memilihmu sebagai calon istri ku." Jawab Wildan yang membuat Azyla tersipu malu.

"Kau benar - benar sulit untuk mendengarkan perkataan seseorang. Dasar keras kepala. Perlu berapa kali lagi aku katakan padamu bahwa aku tidak mau menjadi istrimu. Apa ucapan ku ini sangat sulit untuk dipahami? Sampai kau tidak mengerti walau aku sudah beribu kali berbicara hal yang sama." Omel Azyla.

"Sayang.... Aku akan tetap menikahi mu walau kau menolak. Bahkan hingga jutaan penolakan pun, aku akan tetap menikahi mu. Menjadikan mu sebagai milikku." Ucap Wildan. Pria itu menatap mata Azyla dalam. Membiarkan sepasang mata cantik itu menyelami matanya.

"Baiklah. Aku harus pergi bekerja. Untuk hari ini, kau tidak kuliah kan? Tetaplah dirumah sayangku. Renungan apa yang seharusnya kau renungkan. Kau mengerti??"

"Apa maksud mu? Merenungkan tentang apa?"

Wildan berjalan mendekati Azyla. Pria itu mendekatkan bibirnya dengan telinga Azyla. Lalu ia berkata, "Tentang perasaan mu padaku." Bisik Wildan.

"Baiklah, aku harus segera pergi. Jaga diri baik-baik sayang. Aku akan menjemputmu saat jam makan siang. Kita makan siang bersama nanti." Wildan meninggalkan Azyla yang masih membeku ditepi meja makan.

Seperti apa yang Wildan katakan, Azyla akan merenungi tentang perasaan nya pada pria itu. Gadis itu mulai merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya saat berjauhan ataupun berdekatan dengan Wildan.


|•


Jam makan siang tiba. Seperti yang Wildan janjikan pada Azyla. Pria itu datang menjemput Azyla untuk menghabiskan makan siang bersama di salah satu restoran.

"Baiklah Azyla, jika sudah selesai, bagaimana jika kau ikut aku ke kantor? Temani aku bekerja. Kau mau?"

"Kurasa tidak. Sebaiknya antar saja aku pulang."

"Baiklah. Kau akan menemani ku di kantor. Ayo kita pergi." Ujar Wildan seraya menarik tangan Azyla.

"Heii... Aku tidak mau menemanimu. Antarkan saja aku pulang. Aku lebih baik di rumah di banding menemani mu. Itu pasti akan sangat membosankan." Tolak Azyla.

"Kau tahu bahwa aku tidak menerima penolakan." Azyla mendengus mendengar jawaban Wildan yang begitu menyebalkan.

"Dasar pemaksa."

Wildan hanya tersenyum kecil mendengar grutuan Azyla. Pria itu tetap membawa Azyla kekantor nya. Wildan ingin terus melihat gadisnya sepanjang hari.



•|•











TBC 💕

.
.
.

14 Juli 2019

See u on the next part 💕💕💕💕





Bad Life [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang