"Gas! Lo udah bilang kan sama si Terra datengnya jam delapan? Ini udah jam sembilan lho. Lupa kali tuh ulet" Alvi terus-terus menatap pintu, berharap ada seseorang yang membukanya. "Bosen gilaaa"
"Kita liat. Lima belas menit belum nyampe gua balik" ucap Rendi menatap Regas sinis. "Punya pacar kok tukang ngaret?"
Regas menatap jam tangannya berulang kali. Bahkan ia telah melakukan dua puluh panggilan dan tidak ada satupun yang dijawab Terra. "Ck. Jangan-jangan dia ketiduran"
Ceklekk..
Pintu kafe terbuka dan otomatis lampu kafe menyala. Namun betapa kecewanya Alvi, Rendi dan Regas saat tau yang membukanya adalah Tresa, disusul Ira dan Alula.
"Anjing! Ngapain lo buka pintu sih? Bikin jantungan aja!" Umpat Alvi dengan kerasnya. Bahkan sebuah balon yang rencananya akan ia letupkan sudah berada di lantai kembali. "Kirain gue si Terra"
Tresa menatap tiga cogan itu sedikit terkejut. Pantas saja dari kejauhan kafe terlihat sepi dan gelap. Ternyata sudah ada yang menyewanya. Salahkanlah sepupunya yang tidak memberitahunya. "Upsss.. sorry. Gue gak akan ganggu acara kalian kok. Gue cuma mau numpang wi-fi.an" ucap Tresa lalu pergi menuju meja yang strategis terkena sinyal wi-fi dan itu berada di pojok kafe.
Mendengar itu membuat Ira dan Alula melotot kaget. Langkah mereka mengikuti Tresa dengan kesal. "Anjing! Gue kira lo mau traktir gue makan gitu sama Alula! Gak modal babi!! Gue keselll"
"Tresaaa. Padahal aku ada jadwal nonton drama korea hari ini. Keselin ihhh" Alula menjewer sekilas telinga Tresa membuat gadis itu memekik kesakitan.
"Anjir. Al sakit ih! Lagian kalo mau ngedrakor disini aja. Sekalian streaming mv oppa-oppa lo pada tuh. Ya kan?"
"Beda dong. Gaenak nonton drakor ramean tau" Alula menepis jauh-jauh saran Tresa.
"Yaudah hari ini ganti aja dulu jadwalnya jadi streaming oppa-oppa lo, ya gak?"
"Yaudah deh" Alula mengeluarkan handphone nya dan membuka aplikasi youtube.
Sementara itu, Alvi yang mulai kesal pun melampiaskan emosinya dengan meniup balon sebanyak-banyaknya. Bagaimana bisa hanya karena ulat gatal, mereka semua menunggu hingga satu jam?
"Tiga menit lagi gue balik" Rendi mulai menghitung kepergiannya. Ia tak mau membuang waktunya sia-sia hanya karena membuat kejutan kepada orang yang bahkan ingat tak ingat jika memiliki janji.
"Gas coba lo telpon lagi si Terra. Duh, mana emak gue nelpon mulu lagi" Alvi yang kesal akhirnya mengangkat panggilan dari Mamanya yang sedari tadi ia abaikan. "Halo?"
"...."
"Apa? Kenapa baru bilang sekarang. Oke aku berangkat sekarang" Alvi memutuskan panggilan secara sepihak. Wajahnya mulai panik luar biasa. "Gue balik yah. Maaf"
"Ada apaan?" Tanya Rendi.
"Keponakan gue udah dijalan mau kerumah gue. Gue harus cepet-cepet pulang buat lindungin poster Elsa gue" Alvi segera mengambil kunci motornya dan bergegas pergi. "Kalo Terra udah dateng titipin amarah gue Ren. Oke?"
"Wahhh" Rendi menggelengkan kepalanya takjub. "Bukan temen gua sumpah! Gak sudi ngakuinnya juga"
Regas tiba-tiba mengambil kunci mobilnya setelah bergelut dengan pikirannya. Ia memutuskan untuk memeriksanya secara langsung, apa Terra benar-benar lupa atau sengaja tak menemuinya malam ini.
"Regas! Lo mau kemana?" Teriak Rendi saat melihat Regas sudah berlari keluar kafe. "Jangan tinggalin gue anjing!"
"Gue mau pastiin sesuatu. Lo kalo mau pulang, pulang aja Ren" teriak Regas sebelum memasuki mobil dan pergi dari kafe.
"Sialan! Temen sialan emang! Nyesel gue temenan sama mereka" Rendi mengacak rambutnya frustasi. Salah Rendi apa ya Tuhan?
Rendi mengambil kunci motornya yang berada di meja. Ia pun memilih pulang dan membiarkan kafe masih dipenuhi dekorasi yang ia buat dengan Alvi.
"Mereka kenapa ya?" Ira melihat satu persatu dari ketiga laki-laki itu pergi keluar kafe dengan wajah kesal yang mendominasi. "Kok kayak pada kesel gitu. Terus ini kafe di hias nya kek acara ulangtahun. Emang ada yang ulang tahun ya?"
"Gatau deh. Kata sepupu gue sih kafe ini disewa sampe jam dua pagi. Ya mungkin emang buat acara ulang tahun" Tresa menatap sekelilingnya. "Palingan si cabe rawit yang ultah"
Ira mengangguk setuju. Siapa lagi memang jika bukan Terra?
"Al? Lo gapapa kan?" Tanya Tresa.
"Gapapa. Jangan ngomong dulu ya Tres aku mau kepoin akun Oppa-ku dulu"
Tresa dan Ira menghela nafas lega. Baguslah jika Alula belum terpengaruh dengan kehadiran Regas karena itu akan sangat baik untuk perasaan Alula.
🎋🎋🎋
Bab 9 selesai. Selamat membaca😊
Salam dari bininya Seokjin❤
Selasa, 9 oktober 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVVY✔
Подростковая литература[Cerita belum di revisi, tata bahasa masih berantakan] Bagi Alula, Regas adalah sebuah bayangan. Sekuat apapun menggenggam, nyatanya hanya hampa yang terasa. Namun, jauh dari kenyataannya, Regas menginginkan Alula. START : Minggu, 16 September 2018 ...