Apakah semuanya akan lebih baik jika aku menangis sesuka hatiku?
-Zombie (Day6)-
-
-
-
-
-Salah satu hal yang paling Alula tidak suka adalah ditinggalkan. Menjadi orang yang ditinggalkan, menjadikan waktu seolah-olah berhenti. Ditinggalkan, entah karena suatu keadaan atau keterpaksaan, tetap meninggalkan luka.
Dulu, saat ditinggal Ayah, Alula tidak langsung menerima itu. Butuh berbulan-bulan untuk menerima dan butuh setahun untuk kembali pada kehidupannya.
Selain karena merasa diasingkan seperkian detik, Alula merasa ditinggalkan adalah sebuah ujung tombak atas penyesalan. Dibalik itu semua, akan selalu ada penyesalan apapun itu.
Apalagi, saat sadar bahwa terlalu sedikit kenangan bersama, saat itu.
"Maaf tante, aku baru bisa kesini sekarang."
Tepat dihadapannya, sudah ada sebuah gundukan tanah dengan nama Dewi Marissa terukir rapi disana.
Dua minggu yang lalu, wanita yang baru sekali Alula temui, sudah pergi meninggalkannya. Tanpa sebuah pesan atau permintaan. Wanita berharga, wanita kesayangan Regas pergi meninggalkan semua orang.
"Aku bahkan nggak ada buat Regas saat itu. Aku minta maaf."
Menjadi orang terakhir yang tau, Alula benar-benar merasa sangat tidak berguna. Membayangkan kembali bagaimana Regas selalu bersamanya saat sedang di Rumah sakit, namun disatu sisi pria itu baru saja kehilangan orang yang paling dia rindukan. Regas saat itu, Regas yang harus dipaksa menjadi kuat dan tegar. Mendapati satu sosok yang paling ingin dia temui, harus pergi menghadap sang pencipta.
Alula menghela napas. Mengusap air mata lalu merogoh saku celana saat merasakan handphonenya bergetar. "Halo?"
"Kamu dimana?"
"Kan aku udah bilang mau temuin tante Dewi."
"Tapi ini udah sore. Kamu kesana dua jam yang lalu, lho. Inget Alula, kamu baru seminggu yang lalu keluar dari Rumah sakit. Jangan sampe masuk lagi kesana."
"Ih, Aa! Tapi kan aku udah ijin sama Ibu."
"Iya, tapi inget waktu. Mau berapa jam lagi disana? Udah mau sore."
"Iya, oke. Setengah jam lagi."
"Ya Tuhan, Alula. Lima belas menit, nggak ada penawaran lagi."
"Nggak-nggak! Aku ma--, halo? Halo? Aa? Ihh!" Alula menghela napas. Mengatur kembali emosinya yang sudah siap meledak. Kakaknya ini, selalu mengatur dan menetapkan sesuatu tanpa rundingan. Apalagi, kebiasaannya dalam menutup telpon tiba-tiba adalah yang paling menjengkelkan. "Kebiasaan, astaga."
Padahal, dua jam yang lalu itu hanya diisi dengan curhatannya dalam masalah-masalah akhir-akhir ini. Alula sama sekali belum bercerita apapun tentang Regas. Ah, benar-benar! Alula sangat kesal.
"Lo mau sampai kapan disitu, Alula? Lo masih sakit."
Berada disebuah pemakaman umum, bukan berarti hal-hal seperti itu membuatnya ketakutan setengah mati. Tidak perlu susah-susah menampakan wajah terkejut, karena Alula sangat tau siapa yang baru saja berucap atau yang kini sudah berada disampingnya. "Aku belum selesai."
"Lima belas menit, gue tinggal."
"Sebentar lagi, Gas."
Regas menghela napas. Sebenarnya, dua jam lalu pun Regas sudah menunggu Alula tanpa sepengetahuan cewek itu. Karena bagaimanapun, Alula belum sepenuhnya sehat. Salah satu yang masih jadi kekhawatirannya.
Namun, bahkan sampai lima belas menit berlalu, kakinya tak kunjung melangkah, tidak seperti apa yang baru saja dirinya ucapkan pada Alula. Regas tetap disana, menemani Alula yang sedang mendoakan Ibunya.
Regas sudah bersiap pergi saat Alula selesai dengan do'anya, jika saja cewek itu tidak terdiam disana. Menatap Regas dengan senyum tipisnya. "Masih mau disini?"
Alula menggeleng pelan. Tangannya menarik pelan Regas dan membuat pria itu menjadi lebih dekat dengannya. "Baca do'a dulu buat Ibu."
Tanpa harus bertanya kembali, Regas menuruti Alula. Kakinya tertekuk dan tubuhnya sudah setengah duduk. Regas mengucapkan beberapa do'a lalu mengusap wajah dengan kedua tangannya. "Amin."
Alula tersenyum tipis. Menatap Regas dari belakang, terpampang nyata bagaimana rapuhnya sosok Regas sebulan terakhir ini. Pria yang tidak pernah menunjukan lukanya, namun di balik itu semua Regas sangat membutuhkan seseorang yang bisa mengerti dirinya. Pria yang tak pernah menunjukan kegelisahannya, adalah pria yang baru saja ditinggalkan. Dia Regas, pria yang Alula kenal adalah pribadi yang kuat.
Entah mengapa, air mata yang berusaha keras dirinya tahan, pada akhirnya keluar dari persembunyiannya. Tidak lagi kuat menahan kesedihan ini dari Regas.
Sejak Arina pertama kalinya mengatakan kabar kepergian Ibu Regas, saat itu pula Alula tidak bisa memandang Regas baik-baik saja walau bibir itu selalu tersenyum setiap waktu. Dua minggu itu, Regas tidak pernah membahas atau bahkan menceritakan keadaannya. Yang Alula tau, Regas dua minggu itu adalah Regas yang mati-matian menghiburnya. Menunggu dan selalu mendoakannya agar secepatnya sembuh.
Alula berharap, Regas mau menceritakan bahwa pria itu memang rapuh, bahwa Regas sedang tidak baik-baik saja. Cukup sampai disini Alula melihat sisi palsu Regas. Dirinya pun ingin, Regas mengandalkannya. Bersandar padanya.
Namun, melihat dihadapannya Regas masih terdiam disana dengan punggung bergetar, membuat Alula tahu satu hal. Regas pada akhirnya menunjukan itu. Menunjukan kegelisahan dan ketakutannya. Sisi pria itu yang mati-matian disembunyikan. "Regas..."
Alula menghampiri Regas. Menarik pria itu kedalam dekapannya. Memberikan setidaknya keyakinan bahwa pria itu tidak sendirian. Regas memilikinya, Regas bisa mengandalkannya.
Alula bisa merasakan kesedihan yang sudah lama tertahan, meledak seperti bom waktu. Merasakan bagaimana Regas pada akhirnya menyerah dengan pertahanan yang pria itu buat dengan tekadnya. Pada akhirnya, Regas menangis terisak didalam pelukannya.
"Regas, menjadi seseorang yang kuat bukan berarti harus menjadi baik-baik saja setiap waktu. Ada saatnya kamu harus menyerah dengan semuanya. Jadi, jangan sembunyiin semua kesedihan kamu. Aku ada disini, buat kamu."
-
-
-
-
-🍃🍃🍃
Dikit ya? Iya-iya maaf.
Tadinya mau kutambah sama bagian lain, tapi nanti part ini bakal jadi part terakhir.
Jadi, bagian itu aku satuin sama part terakhir aja ya.
Bab 52 selesai. Selamat membaca😊
Salam dari bininya Seokjin❤
Rabu, 1 Juli 2020
07.11
![](https://img.wattpad.com/cover/161851108-288-k397557.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVVY✔
Teen Fiction[Cerita belum di revisi, tata bahasa masih berantakan] Bagi Alula, Regas adalah sebuah bayangan. Sekuat apapun menggenggam, nyatanya hanya hampa yang terasa. Namun, jauh dari kenyataannya, Regas menginginkan Alula. START : Minggu, 16 September 2018 ...