Bab 49

1K 35 0
                                    

Setiap rasa sakit yang kau rasakan, itu untuk mempersiapkan hari dimana kau akan terbang lebih tinggi.

-I (Taeyeon ft. Verbal Jint)-
-
-
-
-
-
-
-

🍃🍃🍃

Butir-butir keringat mulai jatuh dan menghiasi wajah Arina. Bibirnya bergetar kala melihat sekelilingnya. Arina tidak pernah membayangkan akan berada ditempat seperti ini. Tempat dimana orang-orang jahat berada.

Jika bukan karena kakak kesayangannya, Arina tidak akan mau pergi kesini walaupun hanya sekedar berdiri selama dua detik.

Ini adalah tempat terakhir yang ingin ia kunjungi.

Arina terus-menerus berharap waktu dipercepat, agar keberadaanya disini pun menjadi lebih singkat. Hingga sosok dihadapannya kini, dengan pakaian khas tempat ini, membuat perhatian Arina teralihkan. Pria yang hampir menua itu, duduk dihadapannya. Tangannya diborgol, dengan kepala yang terus menunduk.

Setelah petugas ditempat ini pergi, barulah pria itu mengeluarkan suaranya. "Ada apa anda mengunjungi saya?"

Tatapan dan suara pria itu benar-benar menaikan emosi Arina dalam sekejap. Emosi yang tertahan beberapa hari ini. Karena ulahnya bersama Terra, semuanya menjadi berantakan.

"Untuk apa saya mengunjungi anda, pak Dokter?"

Sungguh, berada ditempat ini saja sudah membuat Arina ingin segera pergi, ditambah harus bertemu dengan orang licik seperti pria itu, Arina sungguh menyayangkan hidupnya yang miris ini.

Pria itu mendongak, menatap heran Arina. "Lalu?"

"Saya ingin bertanya satu hal"

"Apa?"

Arina tersenyum kecut. Bagaimana pria ini selalu terlihat tenang, membuat emosinya berkobar seperti api yang selalu diberi bensin. "Bagaimana rasanya berada disini? Mengorbankan gelarmu hanya untuk membantu pasien yang sedang melakukan aksi jahat?"

Pria itu tersenyum tipis. "Saya hanya menjalankan tugas. Selebihnya memang saya dibayar khusus"

Arina menggeleng pelan. Tak habis pikir dengan tingkah laku pria di hadapannya ini. Kenapa setiap ucapannya yang keluar, tak terdengar sama sekali rasa bersalah?

"Keterlaluan. Apa itu memang pekerjaanmu?"

"Memangnya bagaimana lagi? Saya tidak perlu memohon-mohon pada anda untuk dibebaskan. Lagipula hukuman saya disini hanya beberapa tahun saja"

Arina berdiri lalu menggebrak meja, membuat semua petugas menoleh dan menegurnya. Arina tidak peduli, bagaimana caranya untuk menghukum pria ini agar tau letak kesalahannya dimana?
"Saya memang tidak mengharapkan maaf dari anda, saya hanya ingin anda tau apa yang anda lakukan adalah hal yang salah. Dibayar untuk membantu berbohong? Sangat tidak berpendidikan"

Pria itu berdiri. Menatap Arina dengan tatapan dinginnya. "Saya sudah melakukan tugas saya sebagaimana seharusnya dan untuk kesalahan saya karena dibayar untuk melakukan kebohongan, bukannya saya disini karena hal itu?" Pria itu berbalik. Namun, sebelum benar-benar kembali ketempatnya, Pria itu kembali menoleh. "Gadis itu, saya memang memeriksanya. Dia memang sedang hamil. Namun, apa yang saya tutupi bukan tentang kehamilannya. Tapi tentang siapa Ayah yang sebenarnya dari janin itu"

SAVVY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang