Bab 19

1.2K 62 0
                                    

Kata orang kebahagiaan sejati itu dari keluarga sendiri. Sebahagia-bahagianya kamu dengan orang lain, lebih bahagia lagi jika kamu merasakannya dengan keluargamu.

Regas merasa itu benar. Dari umurnya tujuh tahun hingga saat ini, ia tak pernah merasakan bahagia luar biasa. Ia boleh saja bahagia bersama Terra saat itu atau bersama kedua sahabatnya, tapi tetap saja kebahagiaan sejatinya belum ia temukan.

Ia menyayangi Mama tirinya sebelum ia merasakan kebencian dari Mamanya saat itu. Dulu Papanya pernah bilang kalau Mama keduanya itu baik hati seperti Mama kandungnya. Mendengar itu Regas kecil bahagia luar biasa. Ia merasa memiliki satu Mama saja sudah bahagia apalagi dua Mama yang menyayanginya. Maka dari itu Regas kecil sangat menunggu pertemuan itu dengan Mama keduanya.

Saat waktu itu tiba, Regas kecil menangis di pangkuan Mama kandungnya. Ia tak mau berpisah dengan Mamanya apalagi melihat Mamanya menangis. Ia merasa seperti takkan menemuinya lagi. Namun Papanya terus memberikan perkataan membujuk hingga akhirnya Regas kecil pun luluh dan dengan pasti meninggalkan Mamanya itu sendirian.

Regas kecil hanya diam dan tak tau Papanya akan membawanya kemana. Ia merasa tak sabar tapi juga merasa tak ingin meninggalkan Mamanya itu. Papanya pun terus mengatakan "Mamamu akan baik-baik saja. Lebih baik kamu persiapkan diri untuk bertemu Mama tirimu"

Regas kecil hanya tersenyum tipis. Ia senang-senang saja saat akan bertemu Mama keduanya. Ia akan berperilaku baik agar Mamanya nanti tak sedih dan tak marah padanya.

Saat sampai dirumah Mama tirinya, Regas segera turun dari mobil dan membawa tas yang berisi baju dan mainannya sedangkan Papanya membawa baju miliknya dan perlengkapan lainnya.

Namun Regas sangat ingat saat itu. Saat dimana Papanya sudah selesai menurunkan barang-barang dan siap untuk memasuki rumah, pintu rumah sudah terbuka dan terlihatlah seorang wanita dan anak kecil perempuan disampingnya. Wanita itu tersenyum begitupun anak kecil disampingnya. Ia juga tersenyum kepada Regas kecil saat itu dan membuat Regas kecil lega melihatnya.

Anak kecil yang umurnya beberapa bulan dibawahnya itu langsung menghampirinya dan membawanya masuk kedalam rumah. Tapi sebelum itu ia sempat melihat Papanya ditampar oleh Wanita itu setelah Papanya membicarakan sesuatu kepada Mama tirinya.

Hingga kini ia baru tau apa yang dibicarakan Mama tirinya hingga ia begitu murka.

Apalagi kalau bukan tentang pernikahannya dengan Mama kandungnya?

Itulah sebabnya Mama tirinya memiliki kebencian yang mendarah daging dihatinya. Dan kebencian itu tertuju padanya.

🐨🐨🐨

Alula mengayunkan kakinya pelan. Bosan dan kantuk sudah menyerangnya beberapa menit yang lalu. Ia kini sedang berada diruang tunggu rumah sakit. Kakaknya Aris, katanya sedang pilek dan minta ditemani pergi ke rumah sakit. Lebay kan? Hmm.. jangan ditanya lagi.

Kakaknya memang begitu. Sedikit saja merasa tidak enak badan, ia akan khawatir luar biasa. Ia akan panik sendiri dan memutuskan untuk kerumah sakit. Saat ditanya ia malah menjawab 'mencegah lebih baik daripada mengobati' maksudnya sebelum parah lebih baik langsung ditangani. Cihh alasan macam apa itu?

"Ayo dek" Alula mendongak. Matanya menyipit sinis. "Lama banget sih? Bayi aja kalo lagi imunisasi gak lama"

"Kamu kira Aa bayi?"

"Kayak bayi yang rentan dengan penyakit"

"Ya gapapa dong. Berarti Aa tuh masih imut dan babyface. Sirik yahh.. karena muka kamu udah tua"

"Enak aja! Jahat banget sihh"

"Biarin. Jahatnya orang ganteng itu beda tau"

"Pertanyaannya emang Aa ganteng?"

"Suho, Lee min ho, Song jong ki, Jungkook, kalah sama Aa. Percaya deh"

Alula melebarkan matanya. Tangannya memukul pelan bahu Kakaknya itu. "Ihhhh amit-amit kalo muka-muka mereka disamain sama Aa karena kebanting banget"

"Laknat banget kamu dek"

"Bodo amat" Alula mengerucut sebal dan pergi meninggalkan Kakaknya itu.

"Dek! Alula! Ck, nih anak!" Aris mengacak rambutnya dan pergi menyusul Alula.

🤖🤖🤖

Regas menatap pintu di depannya dengan ragu. Nomor yang tertera di pintu sama dengan yang diucapkan suster saat ia menanyakan kamar tempat Mamanya dirawat. Pertanyaan kini, haruskah ia menemui Mamanya sekarang?

Regas menghela nafas lalu akhirnya mengangguk mantap sebelum memutar kenop pintu.

Ceklek

Regas melihat sekelilingnya. Aroma obat-obatan langsung menyeruak dan mengganggu indra penciumannya.  Dihadapannya kini sudah ada Mamanya yang sedang terbaring dengan tenangnya.
"Mama?"

Regas melangkah pelan. Matanya lurus menatap Mamanya yang hanya diam tak bergerak.

Regas maraih tangan Mamanya yang pucat. Mamanya yang kini terbaring adalah Mamanya yang dulu mengajaknya bermain, Mamanya yang dulu mengajarinya cara berjalan, Mamanya yang dulu memaksanya makan makanan yang sehat, Mamanya yang dulu, iya dulu.

Kini Mamanya terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit. Matanya terpejam dan bibirnya terkatup rapat. Ia bahkan merasa ini bukanlah Mamanya karena Mamanya tidak pernah sakit. Mamanya selalu sehat dan itulah yang selalu ia lihat.

Regas merasa bulir air matanya jatuh tanpa aba-aba. Dadanya sesak saat melihat keadaan Mamanya sekarang. "Ma? Mama gak kangen Egas?"

Regas menarik kursi dibelakangnya lalu duduk. Matanya memperhatikan setiap inci wajah Mamanya yang sudah tirus. "Mama gak mau ngajak main Egas?"

"Mama bilang Mama orang yang kuat. Mama bilang Mama gak akan sakit kalo Egas juga gak sakit. Sekarang Egas sehat, Mama gak mau sehat juga kayak Egas?" Regas menghapus jejak air matanya. "Mama jahat sama Egas. Mama gak pernah nyariin Egas. Terus pas Egas udah ngalah dan mau nyari Mama, Mama malah nemuin Egas pas kayak gini"

"Mama.. Egas mau cerita sama Mama. Egas mau cerita gimana Egas pernah dibuang di pinggir jalan sama Mama tiri. Egas juga pernah dipukul sama Mama tiri padahal Mama aja gak pernah kayak gitu"

"Cepet bangun yah Ma. Egas udah ada disini. Egas gak bakal tinggalin Mama lagi"

🍉🍉🍉

Bab 19 selesai. Selamat membaca😊

Salam dari bininya Seokjin❤

Rabu, 7 November 2018


SAVVY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang