Bab 34

1K 51 2
                                    

Sudah hampir seluruh penjuru sekolah ia periksa, namun dirinya tak menemukan keberadaan Regas sama sekali. Bahkan ia sudah menanyakan semua orang yang ia temui yang masih berada di area sekolah dan hasilnya sama saja, mereka tidak melihat Regas.

Masih ada satu ruangan yang ia harap bisa menemukan Regas agar ia bisa kembali kerumah dan menghabiskan episode drama korea yang sedang ia tonton. Bayangan adegan selanjutnya terus terngiang-ngiang dan itu sungguh menyiksa pikirannya.

Tanpa basa-basi ia segera pergi kegudang. Lokasi terakhir sebelum ia menyerah dan memutuskan untuk pulang saja.

Keadaan pertama yang ia lihat hanya kotor, berantakan, dan berdebu. Pantas saja tidak ada yang mau menjadikan gudang sebagai tempat main. Ya mungkin hanya hantu yang menggunakannya.

Alula memilih langkah dengan hati-hati agar tidak menginjak paku yang bertebaran. Setelah sampai didepan pintu utama gudang, ia mulai membuka pintu gudang.

"Ayo lawan gue dong, hahaha. Bangsat lo"

Aktivitas Alula terhenti. Pintu sudah terbuka sedikit namun Alula tidak berniat melanjutkannya. Ia memilih mendengarkan suara dibalik pintu gudang ini.

"Masa cara lo lindungin cewek gini sih? Sok pahlawan"

"Bangun dong. Masa udah tepar sih?"

"Lo yang nyamperin, lo yang kalah"

Bugg

"Bangun bangsat! Gue gak suka mukulin orang lemah"

Brak

Pintu terbuka. Alula bisa melihat kakak kelasnya, Rio yang sedang menatapnya licik, dan Regas yang terkapar tak berdaya. "Regas?"

Alula segera menghampiri Regas. Mata cowok itu terpejam dan nafas nya tidak teratur. Bahkan bajunya sudah penuh dengan jejak sepatu dan wajahnya sudah penuh dengan luka. "Kak Rio! Kalian berantem lagi?"

"Cih, orangnya dateng Gas. Tadinya gue mau kasih pelajaran lagi tapi liat lo kayak gini demi nih cewek, nggak jadi deh. Gue tinggal ya. Dahh" Rio pergi. Meninggalkan Alula yang panik dan Regas yang tak kunjung membuka matanya.

"Regas. Kamu bangun dong"

Alula membantu cowok itu bersandar di tembok dan tangannya terus menepuk pipi Regas agar kesadarannya kembali.

"Ini gimana? Hubungi siapa? Rendi? Alvi? Tapi gak punya nomornya" Alula mulai berkeringat dingin saat darah disudut bibir Regas tidak mau berhenti. Ia antara takut, panik dan bingung. Ia tidak tau harus melakukan apa.

Tangannya bergetar saat mengetikkan nama di kontak pencarian. Ia berusaha memeriksa lagi apakah ia punya nomor kedua sahabat Regas, namun hasilnya sama dengan ingatannya. Ia tidak memiliki nomor keduanya.

Alula segera memeriksa tas Regas dan menemukan apa yang ia pikirkan. Sebuah obat merah dan beberapa kapas. Ia berfikir Regas mungkin tidak akan membuangnya karena ia membelinya pakai uang. Namun ternyata ada alasan lain kenapa Regas tidak membuangnya yang Alula tidak tau.

Alula segera meneteskan obat merah itu keatas kapas, namun obat merah itu malah jatuh dan mengotori rok sekolahnya. Alula menghela nafas. Tangan bergetarnya membuat semuanya berantakan.

Kini Alula hanya bisa menunduk dan mulai menangis. Ia benar-benar tidak bisa diandalkan karena ia pun takut dengan situasinya.

Tangannya belum berhenti bergetar. Apalagi darah di bibir Regas menetes ke tangannya yang membuat ia makin tak bisa menatap Regas. "Hikss.. Regas aku minta maaf"

"Sshhh"

Alula membuka matanya seketika. Membuang semua ketakutannya dan mulai memeriksa Regas. "Apa yang sakit? Kasih tau aku"

SAVVY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang