Alula melipat sweater hoddie yang tadi Regas berikan untuknya lalu memasukkannya ke lemari.
Hari ini sangat panjang. Dimulai ia mengantarkan kakaknya yang berujung pulang bersama Regas. Lalu ia malah mengajak Regas untuk ke Taman jajan dan cowok itu malah dengan mudah menurutinya.
Alula menghela nafas. Ia harus berusaha menjauhi Regas. Keselamatan hatinya kini jadi prioritas utama. Ia tidak mau jatuh dan terperangkap di hati yang bahkan sama sekali tidak menginginkan keberadaannya.
Jika hatinya mulai meluluh ia akan berusaha mengingat bahwa Regas hanya bayangan belaka baginya. Jika hatinya mulai menghangat ia akan berusaha keras memantapkan hatinya bahwa hubungannya dengan Regas tidak seserius itu. Apapun akan ia lakukan asal tidak membuat hatinya luka nantinya.
Namun tanpa Alula sadari, semua hal itu akan sia-sia jika hati sudah memilih dimana ia akan berlabuh. Semua akan sia-sia jika perasaannya sudah bersarang dihati yang tidak diinginkan sekalipun.
Dan mungkin saat sudah menyadari, yang akan Alula dapatkan hanya luka dan kekecewaan.
Bukan. Bukan memang seperti itu jalan kerjanya. Tapi karena hati itulah yang menolak menerima perasaan Alula.
🍆🍆🍆
Regas merebahkan tubuhnya di atas sofa yang berada di ruang keluarga. Setelah berhasil mengorek seluruh cerita masa lalu kedua Mamanya, ia lega. Dadanya terasa kosong tanpa beban. Ia seakan sudah mendapat setitik cahaya yang menerangi hatinya yang gelap.
Ia merasa tidak perlu membenci siapapun. Ia merasa sudah saatnya menghapus kebencian yang melekat dihatinya bertahun-tahun. Ia memantapkan hatinya untuk mulai menyayangi Mama tirinya. Mama yang menyimpan luka lebih dulu dibanding dirinya.
Regas menoleh saat mendengar derap langkah sesorang menuruni tangga. "Regas udah pulang?"
Regas berusaha tersenyum selebar yang ia bisa. Namun yang tampak hanya senyum kecil menghiasi bibirnya. Ia masih canggung. "Ma..ma belum tidur?"
Devina melebarkan matanya. Dadanya bergemuruh tak tentu. Regasnya, Regas yang membencinya. kemana kini tatapan tajam anak itu? Kemana kini sikap dingin putranya itu? "Regas?"
"Iya Ma?"
"Regas..kamu udah maafin Mama?"
"Regas belum maafin Mama. Tapi Regas berusaha jadi anak yang menyayangi ibunya"
Devina berpegangan di pinggir tangga. Rasanya semua tulangnya melemah dan tidak mampu menopang tubuhnya. Ia terduduk di lantai tangga. Tangannya menutup seluruh wajahnya. Ia tidak bisa jika tidak menangis.
Regas yang melihat itu langsung menghampiri Mamanya. Tangannya berusaha melepaskan tangan Mamanya yang sedang menutupi wajahnya. "Ma?"
Devina menatap Regas sambil tersenyum. Tangannya meraba wajah anaknya. "Regas beneran ini kamu?"
Regas mengangguk pelan. Matanya mulai buram akibat air mata yang menumpuk dimatanya.
"Regas..." Devina mengangguk pelan.
"Gapapa. Gapapa Regas belum maafin Mama. Jangan marah lagi ya nak. Mama sayang sama kamu"Regas menggeleng pelan. Tidak. Ia tidak akan membuat jarak lagi antara ia dan Mamanya. "Maafin Regas Ma"
"Engga. Regas gak salah. Regas jangan minta maaf nak. Hati Mama sakit kalo Regas bilang begitu"
Kini ada lagi orang yang melihatnya begitu rapuh. Kini ada lagi yang melihatnya terluka. Kini ada lagi yang melihatnya menangis. Mamanya telah melihat sisi terburuk dirinya setelah beberapa hari yang lalu, Satu perempuan lain yang lebih dulu melihatnya rapuh, terluka, dan menangis.
Dia adalah Alula.
🍞🍞🍞
"Besok adik kamu ke Indonesia. Kamu mau jemput?"
"Arina pulang?"
Devina tersenyum kecil. "Iya. Gak betah katanya tinggal sama nenek kamu. Berisik"
Regas hanya mengangguk pelan. Senyum tipis terukir di bibirnya. Welcome back again adik nakal.
"Dia udah pesen ke Mama kalo maunya dijemput sama kamu. Jadi jangan lupa ya Regas"
"Iya Ma"
Devina memberikan segelas susu coklat panas yang tadi ia buat. Regas menerimanya dan tak lupa mengucapkan terima kasih.
"Makasih Regas"
"Buat?"
"Makasih karena kamu ngasih kesempatan kedua buat Mama memperbaiki semuanya. Makasih karena kamu kasih waktu buat Mama agar bisa jadi ibu yang baik sama kamu"
"Iya sama-sama"
"Oh iya Regas Mama lupa nanya sama kamu. Kenapa kamu berubah pikiran buat gak ngebenci Mama lagi. Ehmm.. maksud Mama kenapa kamu ngerelain perasaan benci kamu sama Mama?"
"Regas... Regas udah nemuin Mama kandung Regas"
Devina terkejut. "Kamu udah bertemu sama Dewi?"
"Iya. Dan Regas udah tau semuanya"
"Semuanya? Maksud kamu apa Regas?"
"Tentang Mama yang dibohongi Papa, tentang Papa yang bermaksud baik dengan cara yang salah, dan tentang Mama yang tau bahwa Papa nikah siri dengan Mama kandung Regas"
Devina menutup mulutnya. Ia merasa tercekat. "Regas?"
"Regas gak tau kalau Mama lebih tersakiti dibanding Regas. Itulah kenapa Regas menyesal telah membenci Mama"
"Engga Regas. Kamu memang harus membenci Mama. Mama bersikap kasar sama kamu padahal kamu gak salah apa-apa, Mama membenci kamu yang sama sekali tidak tau apa-apa. Maafin Mama Regas"
"Regas gak benci Mama. Regas sayang sama Mama"
"Makasih Regas. Makasih banyak"
Regas menghampiri Mamanya dan memeluknya dengan erat.
Regas merasa telah menemukan kebahagiaan sejatinya. Kebahagiaan yang hadir dari keluarga.
Ia merasa hatinya sudah sepenuhnya terbalut. Ia merasa tubuhnya sudah bertumpu dengan benar. Dan sampai saat ini ia merasa hidupnya sudah baik-baik saja.
Namun sebelum beberapa waktu terlewat nanti, ia merasa ini lebih dari cukup.
🌰🌰🌰
Bab 22 selesai. Selamat membaca😊
Salam dari bininya Seokjin❤
Sabtu, 24 November 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
SAVVY✔
Fiksi Remaja[Cerita belum di revisi, tata bahasa masih berantakan] Bagi Alula, Regas adalah sebuah bayangan. Sekuat apapun menggenggam, nyatanya hanya hampa yang terasa. Namun, jauh dari kenyataannya, Regas menginginkan Alula. START : Minggu, 16 September 2018 ...