"Kita ngapain kesini?"
Alula mendongak, menatap Regas yang lebih tinggi darinya.
Pertanyaan demi pertanyaan sudah memenuhi benak Alula. Dikelilingnya banyak perawat yang kesana-kemari membawa obat. Ada juga dokter yang keluar dari sebuah ruangan. Tak lupa suara teriakan anak kecil yang ketakutan karena tidak ingin disuntik. Ada juga perawat yang panik hebat saat ada pasien kecelakaan yang baru datang.
"Kita mau berkunjung ke seseorang ya?"
Regas menoleh dan tersenyum. "Nanti juga lo tau"
Alula semakin mengeratkan genggaman mereka. Kakinya terus melangkah tanpa tau tujuan. Satu persatu ruangan mereka lewati, dan belum ada tanda-tanda mereka akan memasukinya. "Jadi inget waktu kita ketemu dirumah sakit. Eh iya, baru inget ini rumah sakit yang sama kan waktu kita gak sengaja ketemu? Wahh.. bener ini kita mau ketemu seseorang" Alula menggoyangkan lengan Regas. "Siapa? Siapa?"
"Iya nanti tau, sayang.."
Alula mengalihkan pandangannya. Pipinya terasa panas. Ah.. ia pasti sudah jadi kepiting rebus saat ini. Kenapa Regas selalu membuatnya terbang di waktu yang tidak tepat. "Gak lucu.."
"Mana ada lucunya sih? Orang gue gak lagi ngelawak"
Regas benar-benar menyebalkan. Menyebalkannya melebihi kakaknya. "Tadi bilang-bilang sayang-sayang. Apa maksudnya coba?"
Regas tertawa kecil. Tangannya mengacak pelan rambut Alula. "Emang kenapa? Kan gak ada yang larang"
Alula mengerucutkan bibirnya. Iya, memang tidak ada yang melarang, tapi hati nya yang melarang. Bahaya!
Regas menghentikan langkahnya. Mereka berhenti di sebuah kamar rawat inap dengan nomor 222. "Udah nyampe?"
Regas tersenyum. "Ayo kedalem"
Alula ikut melangkahkan kakinya saat Regas sudah membuka pintu. Pemandangan yang Alula lihat adalah seorang wanita yang terbaring dengan alat yang berada di tubuh wanita itu yang ia tak mengerti fungsinya apa. Alula tersenyum singkat saat ternyata dokter sedang memeriksa wanita itu.
"Bagaimana dok? Ada kemajuan?" Tanya Regas.
"Perawat Ibumu kemarin memeriksa dan dia melihat tangan Ibumu sedikit ada pergerakan. Itu sebuah kemajuan yang bagus"
Alula menutup mulutnya. Terkejut. Jadi wanita dihadapannya ini adalah Ibu Regas? Jadi yang selama ini ia anggap sebagai Ibu Regas itu siapa? Atau.. ah, ia tidak ingin berfikiran terlalu jauh.
Dokter itu tersenyum dan pergi. Meninggalkan dirinya, Regas dan wanita yang ternyata Ibu Regas di ruangan lumayan lega ini. Tapi kenapa ia merasa gerah disini?
"Lo tanya aja. Gue jawab"
Alula menelan saliva dengan susah payah. Ia tidak tau kenapa begitu terkejut melihat ini. Regas memiliki dua Ibu, dan salah satunya sedang terbaring sakit disini. Ia benar-benar tidak menyangka. "Eumm.. aku bingung mau nanya mulai darimana"
"Gue kenalin aja dulu lo sama nyokap gue" Regas menatap wanita di atas ranjang itu dengan senyum lirih. Tatapannya benar-benar selembut kapas. "Dia Mama kandung gue. Namanya Dewi"
Alula mendekati Ibu kandung Regas. Tangannya memegang tangan wanita yang melahirkan Regas itu. "Terus yang selama ini di rumah kamu itu siapa?"
"Dia Mama tiri gue"
"Jadi kamu sama Arina bukan saudara kandung?"
"Bukan. Dia anak kandung Mama tiri gue"
Alula menatap tangannya yang menyatu dengan tangan Ibu kandung Regas. Mengusap setiap jari-jarinya dengan lembut. Alula jadi seperti melihat Ibunya. Membayangkan kerutan halus yang sudah menghiasi wajah cantik Ibunya. Ia sungguh tau kerutan itu adalah bukti bahwa susahnya merawat dua anak sendirian. "Aku gatau harus apa? Aku bingung"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVVY✔
Roman pour Adolescents[Cerita belum di revisi, tata bahasa masih berantakan] Bagi Alula, Regas adalah sebuah bayangan. Sekuat apapun menggenggam, nyatanya hanya hampa yang terasa. Namun, jauh dari kenyataannya, Regas menginginkan Alula. START : Minggu, 16 September 2018 ...