Bab 10

1.3K 74 2
                                    

Jika ditanya apa yang dibenci Alula saat siang hari, Alula akan menjawab bahwa sinar matahari yang menerpa wajahnya.  Karena jika mata dan wajahnya terkena sinar matahari, maka dirinya akan bersin sampai tiga kali berturut-turut.

"Hachim.. haaa haa hachim" Alula menggosok hidungnya karena gatal. "Hachim"

Alula mempercepat langkahnya menuju kelas. Tangannya sudah memegang beberapa lembar kertas yang sudah di fotocopy di tukang fotocopy sebrang sekolah. "Semoga aja gurunya belum masuk ke kelas"

Saat langkahnya menuju kelas sudah dekat, Alula malah melihat Regas dan Terra sedang mengobrolkan sesuatu di gang yang menghubungkan kelasnya dengan kelas Regas. "Aku gak kepo, gak!" Alula berusaha mengusir pikiran untuk mendengarkan percakapan antara Regas dan Terra.

Ia harus segera pergi dari tempat ini.

☇☇☇

"Aku gak tau kamu suruh aku ke kafe. Aku ketiduran Gas" Terra berusaha meraih tangan Regas namun segera ditepis kasar oleh Regas. "Gas, masa kamu gak percaya sama aku?"

"Gak tau? Lo pikir gue gak tau kalo pesan gue buat lo udah sempet lo baca? Dan ya, lo bilang ketiduran? Bisa banget lo bilang kayak gitu saat gue udah tau semuanya kalo semalem lo gak ada dirumah. Kemana lo?"

"Ahhh.. Regas aku gak kemana-mana kok. Beneran"

"Jangan berusaha bohong lagi Terra. Gue bakal benci lo"

"Oke oke. Aku jujur. Semalem aku emang keluar rumah. Tapi aku bukan keluyuran kok, aku cuma pergi ke minimarket"

"Kenapa lo gak bilang sama gue? Lo tau kan bahaya cewek jalan sendirian malem-malem?" Regas mengusap wajahnya kasar. "Lo tuh kenapa sih?"

"Maaf Regas"

"Yaudah sekarang lo kekelas. Gue liatin dari sini"

"Kamu udah maafin aku?"

"Hmm"

Terra tersenyum dan memeluk Regas singkat setelah itu ia pergi dari hadapan Regas.

🌛🌛🌛

Terra berjalan sedikit cepat. Bukan ke kelas seperti yang Regas perintahkan namun ia berjalan menuju taman belakang sekolah.

Matanya menatap kanan dan kiri tapi tak menemukan siapapun. Apa dia sedang bercanda?

"Nungguin yah?"

Terra menoleh. Senyumnya langsung mengembang saat melihat cowok yang sangat ia cintai. "Sayang" Terra segera berhambur ke pelukan cowok itu.

"Baru semalem ketemu sama aku udah kangen yah?"

Terra mendongak. "Gapapa. Kangen sama pacar sendiri masa gak boleh?"

Cowok itu mengusap rambut Terra lembut. "Boleh dong" cowok itu melepas tangan Terra yang melingkar di pinggangnya. "Kamu gak dimarahin Regas kan?"

"Engga. Dia cuma marah gara-gara aku gak dateng waktu malem. Eh iya makasih yah hadiah kalungnya. Aku gak pake hari ini karena aku tau Regas lagi marah sama aku" Terra merogoh sakunya, mengambil sebuah kalung. "Sekarang Regas udah gak marah, kamu pakein aku kalung dong"

Cowok itu terkekeh. "Oke oke. Dasar manja" cowok itu mengambil alih kalung yang digenggam Terra dan memakaikannya di leher kekasihnya. "Cantik"

"Makasih" Terra mengecup pipi cowok itu. "Makasih bangetttt"

Cowok itu memeluk erat Terra. "Aku sayang kamu"

"Aku juga sayang kamu, Rio"

Rio tersenyum. "Aku tau"

Tanpa mereka tau, beberapa meter dari posisi mereka, ada seorang laki-laki yang berusaha menahan emosi dan memukulkan tangannya ke tembok hingga berdarah dan membekas disana. "Terra?"

Kedua orang itu menoleh. Dan terkejut.

🐦🐦🐦

"La! Alulaaaaaa" Ira menghampiri Alula yang sedang membaca novel. "Alulaaa.. Siaga satu"

Alula seketika menutup novelnya. Matanya melirik Ira. "Tresa mana?"

"Dia udah ada disana. Bahaya La, bahaya"

"Apasih. Kamu kalo ngomong yang jelas Iraaa.. jangan muter-muter aja. Aku bingung tau"

"Regas La. Regas"

"Kenapa sama Regas?"

"Regas berantem sama kak Rio. Ayo kesana"

"Hah?"

🐣🐣🐣

Regas mengikuti Terra saat kakinya mulai melangkah. Entahlah, ia merasa hari ini ada yang disembunyikan kekasihnya itu darinya.

"Terra gak kekelas?" Mata Regas semakin tajam saat melihat Terra melewati kelasnya. Cewek itu malah pergi menuju taman belakang sekolah.

Ia semakin penasaran. Langkahnya melambat berusaha terhindar dari penglihatan Tresa.

Saat tiba di taman belakang sekolah, ia langsung disuguhkan adegan dimana Terra mencium seorang cowok dan itu adalah musuhnya?

"Aku sayang kamu"

"Aku juga sayang sama kamu, Rio"

Sungguh, hari ini ia merasa telah ditusuk ratusan pisau yang tajam dan pelakunya adalah kekasihnya sendiri. Ini bahkan sama menyakitkan saat Mamanya menginginkan kematian dirinya. Ini juga sama menyakitkan saat ia ditinggal sendiri oleh Mamanya di jalanan sepi.

Regas tersenyum miring, akhirnya kebencian Rendi dan Alvi kepada Terra ada alasannya. Terra memang benar-benar seorang BITCH!

Regas memukul tembok disebelahnya. Darah menempel dan membekas disana. "Terra?"

Lalu keduanya menoleh dan terkejut.

🐃🐃🐃

Bab 10 selesai. Selamat membaca😊

Salam dari bininya Seokjin❤

Kamis, 11 oktober 2018

SAVVY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang