"Regasss....ih ada eskrim" Alula menarik tangan Regas untuk mengunjungi kedai eskrim yang letaknya beberapa meter dari kedai soto ayam. Sumpah demi apapun Alula ingin sekali memakan eskrim tapi Alula tidak bisa. Bukan karena tidak punya uang untuk membeli, tapi jika ia sampai ketahuan oleh kakaknya, ia pasti akan dimarahi sampai dini hari. Karena jika ia memakan eskrim, maka sakit giginya akan kambuh.
Regas menatap bingung Alula yang tiba-tiba menghentikan langkahnya dengan wajah lesu. "Gak jadi beli?"
"Gak deh" Alula menatap kedai eskrim itu dengan tatapan nelangsanya. Sungguh, ia sangat ingin memakan eskrim vanila kesukaannya. "Regas boleh janji sesuatu gak?"
"Apa?"
"Janji jangan bilang-bilang sama Kakak aku yah kalo hari ini aku makan eskrim"
Regas hanya mengangguk setuju. Bukan haknya juga menanyakan alasannya kenapa?
"Yess... ayo kita beli eskrim" Alula berjalan lebih dulu untuk membeli eskrim. "Regas mau rasa apa?"
"Green tea"
"Abangg... Aku beli eskrim vanila satu sama green tea nya satu"
"Siap. Tunggu ya"
Alula tersenyum simpul. Ia menoleh lalu melihat Regas yang tidak berada di tempatnya. Alula mulai panik apalagi jam sudah menunjukan pukul setengah delapan. Jam dimana orang-orang mulai berdatangan dengan pasangan mereka. Pasti akan sangat ramai dan ia mungkin saja tidak akan bertemu Regas. "Regas kemana?"
"Neng? Nih eskrimnya"
Alula mengambil eskrim miliknya dan Regas lalu membayarnya. Ia pun mulai mencari keberadaan Regas.
Tatapan Alula mengelilingi setiap sudut Taman jajan yang sudah terang oleh lampu warna-warni. Kakinya terus melangkah menelusuri setiap kedai yang ia lihat. "Dimana sih?"
Alula ingin menelpon Regas tapi ia ingat baterai ponselnya habis sedari tadi. Alhasil ia kini kebingungan sendiri dan rasanya ingin menangis. Ia tidak tau seluk beluk Taman jajan ini. Ia hanya sekali mengunjungi tempat ini itupun dengan Kakaknya.
"Neng?"
Alula menoleh. Tatapannya terkejut seketika saat melihat sekelilingnya sudah dipenuhi gerombolan Laki-laki berambut gondrong dan berpakaian berantakan. "Ka..kalian siapa?"
"Orang lah neng. Masa setan. Ya gak woyy?" Laki-laki itu menatap teman-temannya. Seketika gerombolan itu tertawa dengan kerasnya. Mereka seperti melihat kelinci lemah diantara mereka. Ya Alula akui itu.
Alula melihat sekelilingnya. Ya benar. Ia memang sudah tidak berada di sekitar Taman jajan. Disini lebih gelap dan bau...Alkohol.
"Permisi. Saya mau kesana"
"Ngapain kesana neng. Disini aja. Disana itu banyak orang jahat"
"Lalu kalian siapa? Orang baik?"
"Iya dong. Kita mau ngajak neng seneng-seneng. Mau?"
"Gak. Makasih" Alula berusaha keluar dari gerombolan laki-laki yang kurang lebih beranggotakan tujuh orang itu. Namun memang benar kata orang. Sekuat-kuatnya seorang wanita, ia tidak bisa mengalahkan kekuatan bejat laki-laki.
Alula menunduk. Ia takut dan ia bingung. Apa yang harus ia lakukan? Berteriak pun mungkin akan percuma. Di Taman jajan terputar musik yang cukup keras dan suaranya yang tidak kencang ini akan tenggelam.
Tiba-tiba mereka disoroti cahaya senter dari arah berlawanan. Gerombolan itu segera lari terbirit-birit meninggalkan Alula yang kini sedang ketakutan. Alula tidak berniat untuk mendongak dan memeriksa siapa yang menyelamatkannya. Mungkin seorang penjaga atau warga sekitar yang sedang berjaga. Atau mungkin bisa__
"Alula?"
Regas. Ya. Bisa orang itu yang menyelamatkan dirinya.
Alula menarik nafas untuk menetralkan degup jantungnya akibat ketakutan. Ia sedikit terisak dan lega. Ia pikir akan mati tadi. "Regas?"
Regas menghampiri Alula. Ia bisa melihat mata Alula yang berkaca-kaca dan tubuhnya yang bergetar. Ia juga melihat kedua tangan Alula memegang eskrim yang sudah mencair. "Lo gapapa?"
"Regas.." air mata Alula akhirnya tidak bisa ditahan lagi. Ia menangis bahkan tidak peduli dengan tangannya yang lengket akibat lelehan eskrim. Ia lega. Hatinya seperti menghangat lagi saat melihat Regas berada dihadapannya. Ia juga lega karena bisa pulang kerumah.
"Kenapa lo bisa disini? Gue tadi nyariin lo di kedai eskrim. Untung aja ada yang ngenalin lo setelah gue kasih tau ciri-ciri lo. Lo gapapa kan?"
"Aku gapapa. Regas kemana aja? Kalo Regas mau ninggalin aku bilang-bilang dulu. Biar aku gak nyariin Regas"
"Gue beli sweater hoodie buat lo. Udara disini dingin banget dan lo cuma pake kaos doang" Regas mengambil tisu di saku celananya. "Buang aja eskrimnya"
Alula membuang eskrimnya lalu tangannya ditarik dan digenggam oleh Regas. Cowok itu membersihkan sisa-sisa eskrim yang mengotori tangan Alula.
Alula hanya diam. Matanya belum berpaling dari wajah serius Regas yang sedang membersihkan tangannya. Senyum tipis pun terukir dari bibir tipisnya.
Kalau terus-terusan begini, ia mungkin harus siap terluka.
Pernah dengar kata-kata, 'siap jatuh cinta, siap juga terluka'
Ya maksudku itu.
🚕🚕🚕
Bab 21 selesai. Selamat membaca😊
Salam dari bininya Seokjin❤
Jum'at, 16 November 2018
![](https://img.wattpad.com/cover/161851108-288-k397557.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVVY✔
Teen Fiction[Cerita belum di revisi, tata bahasa masih berantakan] Bagi Alula, Regas adalah sebuah bayangan. Sekuat apapun menggenggam, nyatanya hanya hampa yang terasa. Namun, jauh dari kenyataannya, Regas menginginkan Alula. START : Minggu, 16 September 2018 ...