Bab 11

1.4K 65 0
                                    

Regas menghampiri Rio dengan wajah memerah. Membiarkan Rio hidup dengan tenang memang pilihan yang salah besar. Dulu ia menganggunya dan sekarang ia mengambil Terra di hidupnya?

Atau Terra sendiri yang menghampiri musuh abadinya itu?

Bugg

"Anjing! Bangsat!"

Bugg

Regas mendorong Rio hingga cowok itu tergeletak diatas tanah. Kini posisi Regas berada di atas Rio. Tangannya memegang kerah seragam Rio. "Sialan lo! Kenapa harus Terra? Kenapa anjing?!"

Bugg

Rio berdecih. Tatapan sinis sudah terpampang di wajah cowok itu. "Kenapa harus nanya gue? Kenapa gak lo tanya sama Terra?"

Mata Regas terpejam. Emosinya mulai meluap hingga rasanya membakar kepalanya. "Lo terlalu menunjukkan derajat lo! Lo itu emang sampah!" Regas berdiri. Tatapannya benar-benar mengisyaratkan bahwa perang dimulai dari sekarang.

Regas berbalik. Kini tatapannya jatuh pada Terra yang sedari tadi diam membeku. Tak ada air mata penyesalan bahkan satu kata maaf tak kunjung dikeluarkan oleh wanita itu. "Dan lo? Hari ini kita putus"

Terra memejamkan matanya. Ia menarik nafas panjang sebelum suaranya terdengar menusuk bagi Regas. "Baguslah. Ak__ah gue emang gak pernah cinta sama lo. Semua itu cuma karena uang. UANG!"

Terra menghampiri Rio. Tangannya langsung membantu cowok itu berdiri. "Ayo sayang"

Rio tersenyum miring. Sebelum melewati Regas, suara cowok itu terdengar di telinga Regas. "Kali ini gue menang bro. Tunggu penghancuran dari gue berikutnya" setelah itu Rio dan Terra pergi meninggalkan Regas.

"Arghhhh" Regas mengacak rambutnya frustasi. Ia kesal, marah, kecewa. Kenapa kehancuran datang disaat semuanya merasa telah ia gapai.

Kenapa ia harus terluka karena orang lain juga? Apa masih tidak cukup saat Mamanya saja sudah menyakiti hatinya?

Kringg kringg...

Bel masuk sudah berbunyi. Kumpulan siswa dan siswi yang melihat kejadian tadipun mulai membubarkan diri. Tapi tidak dengan satu orang yang kini sedang menatap Regas cemas. Dia Alula.

"Regas?"

Regas menoleh. Matanya bertemu Alula. Cewek itu sedang berdiri di perbatasan antara sekolah dan taman.

Alula menghampiri Regas sedikit Ragu. Ini perintah Alvi dan ia malah menurutinya. Ah, jika Regas menyuruhnya pergi, Alula akan dengan senang hati pergi dari taman ini.

"Regas gapapa?"

Regas menunduk. Baru kali ini ia terlihat lemah di depan orang lain. Apalagi didepan seorang cewek yang pernah ia abaikan keberadaannya. "Lo pergi!"

"O..oke. aku pergi. Kalo butuh sesuatu kamu bilang yah?" Alula tersenyum kikuk. Tangannya menggaruk tengkuk bingung. "Dahh"

"Al?"

Langkah Alula terhenti. Ia seperti mendengar suara seperti Regas yang telah memanggilnya. Ah ia pasti sedang berimajinasi jika Regas memanggilnya lalu menyuruhnya untuk menemani cowok itu. Gak mungkin kan?

Alula menarik nafas sebelum memberanikan untuk menoleh. Bodo amat jika itu memang hanya khayalannya.

Alula melebarkan matanya saat melihat Regas sudah terduduk dan menangis?

Regas menangis?

"Regas" Alula menghampiri Regas. Tangannya memegang bahu cowok itu. "Regas nangis?"

"Kenapa? Kenapa Terra khianati gue?"

Alula diam. Ia tak tau harus menanggapinya seperti apa. Ia takut ucapannya bukan menghibur malah menambah beban Regas.

Tangan Alula tiba-tiba mencengkram bahu Regas cukup kuat membuat cowok itu mendongak. "Ah maaf"

Alula tersenyum kikuk dan berniat untuk melepaskan tangannya yang berada di bahu Regas namun sebelum tangan Alula benar-benar terlepas dari bahu Regas, tangannya lebih dahulu ditarik dan kini berada di pinggang Regas.

Alula terkejut bukan main. Regas sedang membuat dirinya memeluk cowok itu. Benarkah Regas melakukan itu?

"Sebentar aja. Gue butuh lo" Regas menunduk. Wajahnya sudah tenggelam dalam pelukan Alula membuat cewek itu terdiam membeku. "Re__regas?"

Bahu Regas bergetar membuat Alula mengurungkan niatnya untuk pergi dari taman ini. Sepertinya Regas memang sedang benar-benar membutuhkan seseorang disampingnya. "Aku pernah denger kalo nangis ditahan itu bisa bikin penyakit. Tapi aku sering ngelakuin hal itu. Sekarang baru kerasa takutnya deh. Jadi jangan ditahan-tahan ya. Keluarin aja selagi tangis itu benar-benar menyesakkan"

Alula mengusap punggung Regas dan ia merasakan bahu cowok itu sudah tak bergetar lagi. "Kalo aku boleh bilang, Regas udah bener kok mutusin kak Terra. Bukannya karena posisi aku sebagai yang kedua yah. Karena kata Ibu bohong itu gak baik. Kalo Regas pertahanin hubungannya sama kak Terra itu buat kak Terra makin lama bohongnya. Nanti dosanya makin banyak"

Alula tersenyum. "Itu kata Ibu aku yah bukan kata aku"

Regas terdiam. Tiba-tiba tangannya melingkar di pinggang Alula. Mengeratkan pelukan mereka.

Hari ini semesta menjadi saksi bahwa Alula benar-benar terkejut. Hari ini semesta menjadi saksi bahwa Alula makin terjerat akan hubungannya dengan Regas. Hari ini tanpa mereka tau, mereka sudah saling terikat tanpa ada lagi yang menghalangi.

🎲🎲🎲

"Alula mana, Ra?" Tresa menatap seluruh penjuru kelas yang ramai namun tak ada satupun tanda-tanda keberadaan sahabatnya yang satu itu. "Tadi gue bilang kan jagain Alula. Sekarang Alula kemana?"

Ira yang sedang membalas komen-komen dari para pengikutnya pun menoleh. "Lagi di taman"

"Ngapain?"

"Tadi kan lo yang suruh ke taman buat liat Regas berantem sama Rio. Ya karena gaada lo disana dan gue ada keperluan jadi gue tinggal Alula disana. Sekarang gue gak tau si Alula dimana"

"Bego kok di pelihara Iraaaaa. Gue kan bilang jagain Alula. Baca pesan gue makanya jangan baca pesan pengikut lo yang gak jelas itu!"

"Sembarangan bilang pengikut gue gak jelas. Gue mutilasi lo lama-lama!"

"Bodo amat. Sekarang lo cari Alula. Buruan!"

"Gak mau"

"Gue sita handphone lo yah?"

"Enak aja!"

"Iraaaaa!!"

"Tresaaa"

"Lo lupa Ira kalo gue udah sabuk hitam? Heh?"

Ira terdiam. Tanpa berfikir lagi kakinya mulai melangkah mencari Alula.

Bahaya banget kalo Tresa udah bawa-bawa tingkatan sabuk taekwondo yang sudah dimilikinya. Bisa-bisa lo pulang tinggal nama.

📍📍📍

Bab 11 selesai. Selamat membaca😊

Salam dari bininya Seokjin❤

Sabtu, 13 oktober 2018

SAVVY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang