Di ujung jalan ini, bisakah aku melihatmu lagi?
-Here we are (Gfriend)-
-
-
-
-
-
-
-Sebuah bangunan lumayan besar, terpampang nyata di depan Regas, Arina, Tresa dan Ira. Seperti petunjuk dari GPS yang terpasang di Handphone Terra, lokasi keberadaan Terra dan tentunya Alula, berada disini. "Kita masuk?"
Arina terdiam sesaat. "Kita tunggu Rendi sama Alvi dulu, gimana?"
Regas mengangguk pelan. Sebenarnya tanpa mereka berdua pun, Regas rasa bisa mengatasi masalah ini. Namun, saat tau tujuan Rendi dan Alvi berpisah dari mereka berdua, Regas bersedia menunggu Rendi dan Alvi sampai tiba.
Beberapa menit berlalu, hingga suara mobil yang terparkir, mengalihkan pandangan Regas dan ketiga cewek disampingnya. Keempatnya kompak menoleh, menatap Rendi dan Alvi yang sukses membawa seseorang yang memang seharusnya berada disini. "Gimana bisa dia kesini? Gue yakin dia gak mungkin langsung nurut kan?"
Rendi tersenyum tipis, lalu Alvi secara spontan mendorong pundak pria itu agar berjalan mendekat. "Anjir lah. Susah kayak ngajak anak perawan ke hotel."
"Lah, goblok," Rendi tertawa terbahak-bahak. Memang, Rendi merasakan itu. Membawa Rio bersama mereka harus ada perkelahian terlebih dahulu. "Nih, Gas. Muka gue bonyok sama si Rio. Sialan!" Adu Rendi sambil menunjukan bukti adanya adu jotos.
"Kenapa lo berontak? Gue ngajak lo kesini bukan minta bantuan. Gunanya lo, biar bisa sekalian tanggung jawab."
Rio bungkam. Dengan begitu Regas segera mengisyaratkan agar Rendi membawa Rio ikut serta kedalam. Regas sudah tidak sabar membawa Alula pergi dari bangunan sialan ini.
🍃🍃🍃
"Ck, kenapa bisa susah gini sih?"Dengan kekesalan yang memuncak, ingin rasanya Terra membunuh saja cewek dihadapannya ini. Jika tidak mengingat tujuannya, Terra mungkin sudah menjadi tersangka atas kasus pembunuhan.
"Pake gunting kan bisa. Lagian kak Terra yang iket aku kayak gitu. Masa bisa iket gak bisa bukanya."
"Diem!"
Alula bungkam. Sejujurnya apa yang terjadi sekarang ia tidak tau. Setelah Terra menerima panggilan, balik-balik wajahnya sudah panik luar biasa. Ditambah Terra yang kebingungan sendiri melepas ikatan ditangan Alula, membuat Alula yakin ada sesuatu yang terjadi secara mendadak yang membuat Terra ketakutan. "Coba talinya ditarik pelan-pelan. Atau coba kak Terra tarik tali yang menumpuk itu. Biasanya itu ikatan yang saling menyambung."
Alula mencoba memberi petunjuk. Bukan apa-apa, jika acara lepas dan tarik-menarik tali itu selesai dengan cepat, Alula juga yang akan merasa kelegaannya. Tarikan Terra yang brutal, membuat sekeliling pergelangan tangannya terasa perih. Alula bahkan tak berniat memeriksa tangannya jika sudah bebas. Pasti ada luka yang membekas disana. Ia tidak tega melihat tangannya seperti itu.
Setelah beberapa menit bergelung dikegiatan menyakitkan itu, Terra akhirnya menghela nafas lega. "Ayo, berdiri!"
Alula mengibaskan kedua tangannya, berharap angin membuat pergelangan tangannya tak terasa perih lagi. Seperti niatnya tadi, Alula tak akan melihat keadaan tangannya. Huh, pasti merah dan hampir berdarah.
Lalu dengan sisa tenaga, Alula mencoba berdiri. Namun tubuhnya linglung dan membuatnya terduduk kembali. Ini pasti akibat Alula terlalu sering duduk. Kakinya kaku bahkan pinggangnya sakit. "Sebentar kak."

KAMU SEDANG MEMBACA
SAVVY✔
Teen Fiction[Cerita belum di revisi, tata bahasa masih berantakan] Bagi Alula, Regas adalah sebuah bayangan. Sekuat apapun menggenggam, nyatanya hanya hampa yang terasa. Namun, jauh dari kenyataannya, Regas menginginkan Alula. START : Minggu, 16 September 2018 ...