Aku sangat sadar akan kenyataan yang ada.
Saatnya telah tiba.
Aku harus melepaskanmu.-We don't talk together (Heize ft. Giriboy)
-
-
-
-
-
-
-🍃🍃🍃
Saat kecil, Alula selalu menjadi kebanggaan orang-orang yang dikenalnya. Entah keluarga, tetangga, bahkan guru-guru sekolah dasarnya. Alula yang pintar, Alula yang sopan, Alula yang penurut, dan sifat pujian lainnya.
Namun, jauh dari itu semua, Alula hanya ingin bebas.
Alula tidak ingin belajar setiap malam, Alula tidak mau bicara aku-kamu yang dulu menurutnya norak sekali. Alula tidak ingin makan sayur, Alula tidak mau minum susu, Alula mau menonton film kesukaannya sampai tengah malam, bukan terkantuk di meja belajar. Alula ingin hidup seperti teman sebangkunya.
Alula tidak mengerti jalan pikiran Ibu saat itu. Alula hanya mengikuti dan mengumpat dalam hati. Alula kecil bisa apa? Merengek pun akan terlihat main-main. Ucapan anak kelas 5 sekolah dasar tidak akan mudah dipercayai setidaknya bagi Ayah.
Hingga saat sekolah menengah pertama, Alula mulai memberontak. Alula jarang belajar, Alula selalu pulang malam, sering menginap dirumah teman, bahkan Alula mulai berbicara kasar. Walaupun sudah diperingati Ibu dan dimarahi kakaknya, Alula tetap melawan dan melakukan semaunya.
Dampaknya? Tentu pada sekolahnya. Peringkat Alula menurun, hampir semua mata pelajaran, Alula harus mengulang. Ibu, Ayah, dan kakaknya tentu marah besar. Namun bagi Alula, semua itu hanya gertakan.
Tapi, Alula ingat sekali saat itu. Apa yang membuatnya berhenti melakukan hal nakal lagi. Masih membekas diingatan dan menggores hatinya setiap detik. Alula bahkan masih merasakan betapa terlukanya dirinya saat itu. Alula sangat hancur. Jiwa dan raganya. Alula menyesal.
Saat itu, saat pulang sekolah, Alula berniat kembali menginap dirumah temannya. Alula bahkan tetap melawan saat Ayah tidak mengijinkan.
Diperjalanan pulang, semua baik-baik saja. Alula dengan senyum hangatnya mengiringi setiap langkahnya. Namun, semakin kakinya melangkah jauh, semakin terdengar suara riuh di ujung trotoar.
Alula dengan sifat penasaran yang tinggi, segera menghampiri. Langkahnya dipercepat diiringi hentakan kaki yang bersautan. Senyumnya masih terpasang sekedar untuk menyapa orang-orang yang melewatinya. Hingga tepat kakinya terhenti di dekat seorang Ibu yang menggendong anaknya. Senyumnya masih terpasang untuk sang balita yang melihat penuh kagum dirinya.
Pandangannya beralih. Berusaha melihat apa yang terjadi.
Seketika, senyum hangatnya hilang. Matanya melotot kaget dengan bibir sedikit terbuka. Tangannya bergerak untuk menggeser orang-orang yang menghalanginya. Tentu, dengan begitu Alula dapat melihat dengan jelas, siapa yang terbaring lemah dengan darah mengalir disekitar kepalanya.
"A-ayah?"
Alula menangis histeris. Tangannya terus mengguncang tubuh kaku Ayah. Matanya mengerjap beberapa kali, menetapkan hati bahwa dihadapannya benar sosok Ayah yang ia kenal. Ayah kebanggaannya. Ayah kesayangannya. Ayah yang telah meninggalkannya.
"A-ayah? Ayah? Ayah!!"
Alula membuka matanya lalu menghela napas. Jantungnya berdetak dengan hebat. Peluh keringat sudah membanjiri seluruh wajahnya. Tubuhnya kaku, bahkan tangannya terasa berat untuk diangkat.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAVVY✔
Teen Fiction[Cerita belum di revisi, tata bahasa masih berantakan] Bagi Alula, Regas adalah sebuah bayangan. Sekuat apapun menggenggam, nyatanya hanya hampa yang terasa. Namun, jauh dari kenyataannya, Regas menginginkan Alula. START : Minggu, 16 September 2018 ...