Regas keluar dari ruang guru. Ia merapikan sedikit bajunya untuk bersiap kembali ke kelas. Namun sepertinya ia akan menunda lagi karena kini ia melihat Alula yang berada tepat dihadapannya.
"Nih"
Regas menatap sebuah obat merah, kapas dan air mineral yang berada di genggaman Alula. "Buat?"
"Luka kamu. Emang nggak mau diobatin?"
"Itu luka lo juga nggak liat emang? Apa nggak ngerasa lagi?" Regas mengambil semua barang yang berada ditangan Alula. Tangannya membuka tutup obat merah dan mulai meneteskannya ke kapas. "Luka lo juga harus diobatin. Sekali-kali mikir diri lo dulu sebelum mikirin keadaan orang lain"
Alula menahan tangan Regas yang akan mengobati luka di kakinya. "Nggak usah"
"Gapapa biar gue obat__"
"Regas!"
Regas berdiri tegak. Matanya menatap bingung Alula yang baru pertama kali menaikan nada bicaranya. "Lo.."
"Aku cuma mau bilang makasih sama kasih itu doang. Jadi jangan repot-repot obatin luka dikaki aku"
Alula berbalik dan ingin pergi, namun Regas menarik Alula hingga cewek itu kembali berhadapan dengan Regas. "Lo kenapa?"
"Memangnya kenapa Aku?"
Regas terdiam. Tiba-tiba semua protes atas sikap Alula tadi hilang saat mendengar suara Alula yang bergetar.
Alula ikut terdiam. Ia merasa muak dengan semua ini. Ia sudah mengikuti semua kemauan Regas, tapi kenapa cowok itu membuat dirinya menjadi wanita rendahan yang selalu mengharapkan perhatiannya.
Regas kembali dari lamunannya. Ia berusaha memilah kata agar tak menyinggung dan memancing emosi Alula. "Lo marah?"
"Nggak"
"Terus lo kenapa kayak gitu sama gue? Maksud gue lo kenapa__?"
"Bukannya ini yang kamu pengen? Aku rasa dengan gak berhubungannya kita, udah ngejelasin semuanya. Dengan kita gak berhubungan, nggak saling berinteraksi hal yang wajar kan?" Alula melepaskan tangan Regas yang masih menggenggam lengannya. "Jangan membuat semuanya rumit saat kamu sendiri yang memulai merumitkan semuanya"
Setelah mengatakan itu, Alula benar-benar pergi dan Regas tidak menahannya lagi. Tiba-tiba Regas merasa mengerti dengan semuanya sindiran dan omongan Rendi.
Regas tersenyum kecil "gue emang munafik"
🍹🍹🍹
"Wahh.. ada si Tresa tuh. Kagetin ah" Alvi mulai berjalan mengendap-ngendap mendekati Tresa yang sedang membuang sampah tisu ke tong sampah.
Ia tidak bisa menahan senyumnya saat membayangkan Tresa yang terkejut dengan wajah yang memerah.
Satu
Dua
Tig__
"Nggak usah ngagetin, gue udah tau"
Seketika bahu Alvi menurun. Tangannya yang bersiap memukul pundak Tresa pun ikut melemas. "Apaansih nggak asik"
Tresa hanya menggelengkan kepalanya. Tangannya masih sibuk memindahkan sampah tisu dari kotak tisu ke tong sampah.
"Tisunya banyak banget emang? Lama amat masukinnya" tanya Alvi yang sesekali mengintip dari balik punggung Tresa.
Saat Alvi sibuk mengintip, Tresa pun sibuk menghalangi pandangan Alvi agar tak melihat aktivitasnya. "Udah sana. Kan misi lo gagal. Ngapain masih disini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
SAVVY✔
Ficção Adolescente[Cerita belum di revisi, tata bahasa masih berantakan] Bagi Alula, Regas adalah sebuah bayangan. Sekuat apapun menggenggam, nyatanya hanya hampa yang terasa. Namun, jauh dari kenyataannya, Regas menginginkan Alula. START : Minggu, 16 September 2018 ...