Daripada percakapan seru dengan orang lain, lebih baik aku berada di situasi canggung denganmu.
-....-
📯📯📯
Alula mengerjapkan matanya. Berusaha mengumpulkan kesadarannya dari tidur dua jam nya. Ia terkejut saat Arina sudah tidak ada di tempat tidur. "Arina?"
Cklek..
"Iya kak?"
Alula menghela nafas lega saat melihat Arina yang baru keluar dari kamar mandi. "Tadi gue bangun gerah banget. Jadi langsung mandi"
Alula tersenyum. Ia sedikit lega saat melihat keadaaan Arina yang jauh lebih baik dari semalam. "Hari ini aku temani ke Psikolog, mau?"
Arina tersenyum lalu mengangguk patuh, Membuat Alula tersenyum senang. Bicara pelan-pelan dengan Arina memang membuahkan hasil. "Oke. Aku mandi dulu kalau gitu"
📍📍📍
Alula menuruni tangga bersama Arina. Adik Regas itu terus menunduk dan menutupi wajahnya dengan kupluk sweater yang ia pakai. "Aku ke luar sama Arina. Kita juga kayaknya bakal pulang sore"
Regas ingin menghampiri adiknya itu yang terus bersembunyi di balik punggung Alula tapi ia urungkan saat mengingat apa kata dokter semalam. Bahwa menjaga jarak dengan Arina saat ini benar-benar membantu penyembuhannya. "Oke. Hati-hati"
Alula mengangguk dan segera menuntun Arina. Mereka berdua pun keluar dan menghilang dibalik pintu.
"Alula baik banget. Padahal disini kayaknya dia sakit hati" Rendi kembali duduk di sofa ruang tamu. Tangannya mengambil toples berisi kacang dan memakannya dengan santai.
"Hah?"
"Ha he ho doang bisanya njing?! Kabarin Alvi kalau mau berguna. Nanti dia misuh-misuh gara-gara telat dikasih tau"
"Lo ngomong apasih?"
"Kabarin Alvi, Jaenudin?!! Denger gue gak? KABARIN AlVI! Udah denger? Udah?"
Regas mengangguk dan segera menjauh dari Rendi untuk menelpon Alvi.
"Hidih ngejauh segala kayak lagi telponan sama simpenan" cibir Rendi. "Dasar anak cacing! Lo pikir gue gak denger lo ngomong apa semalem di dapur? Lo pikir gue gak liat semalem Alula lari-larian sambil ngusek-ngusek mata? Kadang heran, gue pinter dan peka, lah punya temen begonya bener-bener di obral" gumam Rendi sambil terus memakan kacangnya.
Ia sungguh ingin mengungkapkan kekesalannya langsung didepan cowok itu, tapi ia pikir Regas sudah dewasa dan tau mana yang salah dan mana yang benar. Dan mungkin ia salah, karena cowok itu benar-benar tidak bisa membedakan apapun.
"Dua-duanya munafik. Yang satu terlalu banyak 'gua pikir lo itu, lo anu' yang satu lagi ngikut aja padahal hati meronta-ronta kek setan yang lagi di iket" Rendi menjadi semangat untuk mengunyah kacang yang sudah ada di mulutnya. "Ahhh... kangen Alvi yang gak munafik dan langsung ngaku kalo dia suka sama Elsa"
"Alvi... where are you?"
☠☠☠
"Gimana kata bu psikolog nya?" Alula menatap Arina yang baru keluar dari ruangan terapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVVY✔
Teen Fiction[Cerita belum di revisi, tata bahasa masih berantakan] Bagi Alula, Regas adalah sebuah bayangan. Sekuat apapun menggenggam, nyatanya hanya hampa yang terasa. Namun, jauh dari kenyataannya, Regas menginginkan Alula. START : Minggu, 16 September 2018 ...