Hari ini langit sangat cerah secerah wajah laki-laki yang sedang memegang secarik kertas kecil bertuliskan alamat rumah seseorang. Regas sudah memutuskan untuk memasukan hari ini ke daftar momen menegangkan dihidupnya. Ia merasa hatinya sangat menggebu saat keinginan untuk bertemu Mamanya akan tercapai hari ini.
Regas memasuki area perumahan sederhana yang tak jauh dari depan gerbang perumahan. Matanya terus meneliti dimana kira-kira rumah yang bercat hijau tosca dan bernomor 17.
Saat dirasa ia menemukan rumah yang mirip dengan apa yang ditulis pak Adi di kertas, Regas segera memakirkan motornya di depan pagar. Ia mematikan mesin motor lalu turun dari motornya. Tangannya mengambil gembok yang tertempel disana dan mengetuknya. "Permisi"
Tak lama datanglah seorang wanita paruh baya dengan sapu ditangannya. "Iya ada apa?"
"Apa benar ini rumah Dewi Marissa?"
Wanita itu terlihat bingung. Matanya mengernyit dengan alis yang terangkat sempurna. "Adek siapanya?"
Regas terdiam. Haruskah ia menjawab bahwa ia anaknya? Lalu jika wanita itu malah menghindarinya bagaimana? "Eumm.. saya Regas anak beliau"
Wanita itu terkejut seketika. Tangannya menutupi mulutnya yang menganga saking terkejutnya. Sementara Regas malah bertanya-tanya dengan respon wanita dihadapannya ini. Apa terlalu berlebihan?
"Regas? Regas Alrino Alverne? Benar ini kamu nak?"
"Iya bu. Saya Regas"
Wanita itu segera membuka pagar dan menarik pelan Regas agar memasuki rumahnya. Regas yang bingung hanya menurut dan tak menolak sama sekali. "Lama tidak bertemu Regas"
"Ibu ini siapa yah?"
Wanita itu tersenyum sangat hangat. Bahkan Regas hampir mengira dia adalah Mamanya karena senyum wanita itu tidak asing baginya. "Saya Atin. Pengasuh kamu dari kecil nak. Apa kamu tidak ingat?"
Regas menggeleng pelan. Ketakutan dan penderitaan yang ia alami saat berumur tujuh tahun membuat ia sedikit melupakan kejadian sebelumnya.
Mbok Atin tersenyum maklum. "Tidak apa. Yang penting kamu disini. Tau darimana nak alamat rumah ibumu?"
"Dari pak Adi"
"Pak Adi ini toh selalu membantu dari dulu" mbok Atin mengajak Regas untuk duduk. "Pasti kamu bertanya-tanya dimana ibumu kan?"
Regas mengangguk. "Ibumu ada dirumah sakit nak. Sudah satu tahun ibumu tidak bangun karena mengalami koma" Regas terkejut bukan main tapi ia berusaha sabar untuk tetap mendengar apa yang sebenarnya terjadi. "Ibumu mengalami kecelakaan setelah menemui ayahmu yang terakhir kali"
Regas diam. Berarti Mamanya koma setelah Papanya meninggal dunia dan Regas benar-benar tidak tau apa-apa. Hari ini entah mengapa perasaan sangat bersyukur menyeruak hebat dari hatinya saat akhirnya mengetahui keadaan Mama kandungnya walau terlambat. "Antarkan saya bertemu Mama saya"
"Kamu tidak ingin menanyakan kenapa kamu dibenci ibu tirimu dan berpisah dengan ibu kandungmu?" Mbok Atin menahan tangan Regas yang hendak pergi.
Regas menatap lekat-lekat mbok Atin. Kenapa ia tidak kepikiran untuk itu? Kenapa ia tidak menanyakan masa lalu kedua Mamanya? Kenapa ia tidak menanyakan alasan kenapa ia lahir di dunia?
Hari ini mungkin ia akan tau.
Tau mengapa Mama tirinya membenci dirinya.
Tau mengapa ia berpisah dengan Mama kandungnya.
Dan tau mengapa Papanya menikahi Mama kandungnya meskipun tau jika sudah memiliki istri lain diluar sana yang sama sekali tak dimengerti oleh Regas kecil saat itu.
Hari ini ia akan tau segalanya.
Terima kasih pak Adi.
👊👊👊
Regas berjalan perlahan. Matanya menatap pasien rumah sakit yang berlalu lalang dengan datar. Langkahnya gontai saat mengingat lagi perkataan pengasuhnya saat kecil.
Regas tersenyum kecut. Wahh.. ia benar-benar tidak tau apa-apa.
Flashback on
Mbok Atin mempersilahkan Regas untuk duduk kembali. "Ah bagaimana saya menceritakannya?" Mbok Atin membenarkan posisi duduknya. Ia menghela nafas sejenak dan mulai bercerita. "Dulu saat saya masih jadi pembantu nyonya, saya tau nyonya adalah orang yang baik. Ia sangat baik bahkan ia rela menjadi istri kedua Ayahmu.
"Alasannya sangat membuat saya hancur mendengarnya. Ayahmu hanya meminta ibumu untuk melahirkan anak dari darah dagingnya dan setelah itu ibumu tidak dibutuhkan lagi"
Rahang Regas menguat. Matanya memerah. Bagaimana bisa Papanya melakukan hal sebrengsek itu? "Kenapa Papa pilih Mama? Kenapa gak perempuan lain?"
"Ibumu itu adalah sahabat Ayahmu saat Kuliah. Mungkin saat Ayahmu kesulitan, orang pertama yang beliau pikirkan adalah Ibumu. Jadilah mereka menikah siri untuk mendapatkan keturunan. Kamu pasti sudah tau kalau Ibu tirimu belum memiliki keturunan hingga Ayahmu menikah dengan Ibu kandungmu" Mbok Atin tersenyum kecil. "Namun entah Tuhan sedang marah pada Ayahmu atau semesta yang tidak berpihak pada Ayahmu. karena setelah kelahiranmu, Ibu tirimu hamil dan sudah menginjak usia empat minggu
"Hal itu terang saja membuat Ayahmu bingung luar biasa. Niatnya adalah membawamu kerumah dan menceritakan semuanya pada Ibu tirimu. Tapi akan beda cerita jika Ibu tirimu ternyata sedang mengandung darah daging mereka berdua. Seperti yang kamu tau, Ibu tirimu akan membencimu"
Regas menggeleng pelan. "Kenapa Papa menikahi Mama tanpa diketahui istri pertamanya?" Regas berdecih. "Benar-benar bodoh"
"Ayahmu hanya takut nak. Takut melihat istri pertamanya terus tertekan karena merasa tidak bisa memberi keturunan pada Ayahmu. Kamu pasti pernah dengar jika orang sudah putus asa, apapun akan mereka lakukan. Itulah Ayahmu. Beliau putus asa atas kesehatan Ibu tirimu yang terus menurun. Maka dari itu Ayahmu berfikir jika ia membawa anak dari darah dagingnya, Ibu tirimu pasti senang. Tapi mau bagaimanapun seorang Laki-laki berusaha untuk menenangkan hati wanita, tetap saja hati wanita mana yang kuat melihat suaminya menikah lagi dibelakangnya apalagi sampai memiliki anak
"Sampai saat umur kamu tujuh tahun, barulah Ayahmu berani untuk memperkenalkan dirimu kepada Ibu tirimu dan menceritakan semuanya. Namun wanita tetap wanita, yang tidak bisa dengan ikhlas membagi cintanya. Itulah alasan mengapa Ibu tirimu membencimu, dan alasan mengapa kamu berpisah dengan Ibu kandungmu"
"Lalu bagaimana keadaan Mama setelah itu? Ahh maksud saya apa Mama tidak merasa di manfaatkan? Apa Mama membenci Papa?"
"Seperti kata saya di awal, Ibumu adalah orang yang baik. Ia bahkan membiarkan dirimu pergi bersama Ayahmu padahal Ibumu tidak pernah rela membiarkan itu. Ia sangat menyayangimu" Mbok Atin tersenyum tipis. "Bagaimana kabar Adikmu? Apa kamu membencinya juga sama seperti kamu membenci Ibu tirimu?"
"Tidak. Saya sama sekali tidak membencinya. Saya hanya sedikit membenci Mama tiri saya atas sikapnya terhadap saya"
"Wajar jika ia begitu membencimu. Karena saat melihatmu pasti Ibu tirimu seperti melihat Ibu kandungmu. Pasti ia membayangkan pengkhianatan yang dilakukan suaminya dengan Ibu kandungmu. Dan rasanya pasti menyesakkan"
Regas terdiam. Matanya menerawang tak tentu. Apa yang ia rasakan saat sudah mengetahui semuanya?
Hampa.
Kosong.
Dan ia merasa sangat membenci takdirnya.
🌻🌻🌻
Bab 18 selesai. Selamat membaca😊
Salam dari bininya Seokjin❤
Rabu, 31 Oktober 2018
Note : up nya pagi-pagi sekalian jogging mata😂

KAMU SEDANG MEMBACA
SAVVY✔
Ficção Adolescente[Cerita belum di revisi, tata bahasa masih berantakan] Bagi Alula, Regas adalah sebuah bayangan. Sekuat apapun menggenggam, nyatanya hanya hampa yang terasa. Namun, jauh dari kenyataannya, Regas menginginkan Alula. START : Minggu, 16 September 2018 ...