Bab 41

923 48 0
                                    

Aku berharap bahwa kau mencintaiku seperti halnya kemarin, aku tidak akan melepaskan lagi tangan ini.

-Heartbeat (BTS)-
.
.
.
.
.
.
📍📍📍

Sudah keduakalinya Arina mengetuk pintu kamar kakaknya, namun sama sekali tidak ada jawaban. Ia benar-benar frustasi dan tidak tau harus berbuat apa. Sedangkan hatinya bergejolak menginginkan penjelasan dari Regas dengan segera. "Kak Egas.. buka dong. Ini cuma Arina doang. Gak ada yang__"

"Regas udah keluar?"

"__lain" Arina menoleh dan sedikit menggeram kesal. Bagaimana jika kakaknya itu makin tidak mau membuka pintu saat dibaliknya sudah ada lebih dari dua orang. "Lo pada ngapain kesini?" Tanya Arina dengan tajamnya. Sesekali ia mengusap air matanya yang masih mengalir.

"Emang lo aja yang penasaran? Kita juga kali!" Jawab Alvi tak kalah tajam.

"Bodo ah" ucap Arina akhirnya. Mungkin ia akan membiarkan Alvi menang debat darinya kali ini. Namun lain kali Arina tidak akan membiarkannya.

"Udah daritadi diketuknya?" Tanya Rendi.

Arina mengangguk pasrah. "Gue takut dia kenapa-kenapa. Ren, lo tau kan cara bujuk dia"

"Regas bukan orang yang berfikir sependek itu. Dia kalo ada masalah pasti cari solusi bareng kita. Mungkin masalah kali ini dia juga gak tau harus ngelakuin apa"

Arina menghela nafas. Ia kembali mencoba mengetuk pintu Regas. Namun kali ini bukan hening lagi yang ia terima, Arina kini mendengar suara langkah dari dalam. Sepertinya pintu akan terbuka.

"Kak Egas!!" Arina segera memeluk Regas saat cowok itu menampakkan diri di hadapan semua orang. "Lo gak kenapa-kenapa kan?" Arina melepas pelukannya, lalu matanya membulat saat melihat penampilan Regas saat ini.

Bibir pucat, mata sembab, rambut hingga pakaian sudah berantakan. "L--lo nangis?"

Arina segera menyambut pelukan Regas saat cowok itu menggerakan tubuhnya lebih kedepan. Arina sangat tau kakaknya saat ini adalah kakaknya yang rapuh seperti saat dulu. Saat Devina tidak menganggap keberadaannya.

Sudah lama Arina tidak melihat Regas bersedih, bahkan saat masalah berat yang menimpa cowok itu, Regas tidak akan mengakhiri emosinya dengan menangis. Cowok itu akan lebih banyak diam dengan pikiran yang bergelut di otaknya.

Setidaknya hari ini Arina tau, kakaknya yang rapuh hari ini adalah kakaknya yang memiliki cinta.

Dan cinta itu sedang berada di ujung tanduk. Siap untuk jatuh dan hancur berkeping-keping.

🍃🍃🍃

Tresa mengusap pelan punggung Alula yang masih bergetar hebat dengan isak tangis yang sudah terdengar begitu lama. Alula sedari tadi tidak berhenti menangis setelah menceritakan semua masalah yang dialami cewek itu dengan Regas. "Udah ya. Kita cari solusi sekarang"

"Sumpah! Beneran gak sih Regas begitu? Gak nyangka gue" Ira masih mondar-mandir bagai setrika. Ia tidak tau apa efeknya melakukan itu untuk kinerja otaknya, karena sedari tadi yang dipikirannya hanya kebingungan luar biasa. "Lo percaya gak Tres?"

SAVVY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang